Antropolog Jerman Ungkap Asal-usul Kuntilanak, Ternyata Begini Penjelasannya

Artikel ini mengupas berbagai versi asal-usul kuntilanak, mulai dari roh wanita yang meninggal saat melahirkan hingga pengaruh budaya luar, serta kaitannya dengan mitologi Hindu dan refleksi sosial budaya.

oleh Nurul Diva diperbarui 11 Feb 2025, 10:54 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 10:54 WIB
arti mimpi kuntilanak
kuntilanak ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Kuntilanak telah lama menjadi bagian dari mitologi masyarakat Melayu dan Indonesia yang dikenal sebagai sosok wanita berambut panjang dengan pakaian putih serta suara tawa menyeramkan. Cerita mengenai kuntilanak telah beredar luas di berbagai negara Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Brunei, dan Singapura, dengan beberapa variasi lokal yang membentuk mitos tersendiri.

Namun, sebuah penelitian yang dilakukan oleh antropolog asal Jerman, Timo Duile, memberikan sudut pandang baru mengenai asal-usul kuntilanak dari perspektif antropologi dan sejarah Melayu. Dalam penelitiannya, ia mengungkap bahwa narasi tentang kuntilanak bukan sekadar legenda horor, tetapi juga berkaitan dengan perkembangan masyarakat Melayu, modernisasi, dan perubahan budaya di wilayah tersebut. Penelitiannya ini didasarkan pada pengamatan langsung saat ia tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat, pada 2014 silam.

Dalam penelitiannya, Timo juga menyebut bahwa kehadiran sosok kuntilanak tak bisa dilepaskan dari muasal pembangunan Kota Pontianak di abad ke-18 silam. Lantas, bagaimana sebenarnya asal-usul kuntilanak menurut penelitian ini? Berikut ulasan lengkapnya, dirangkum Liputan6, Selasa (11/2).

Berbagai Versi Asal-usul Kuntilanak

Sebenarnya, tidak ada satu penjelasan tunggal yang disepakati bersama secara sosial dan ilmu pengetahuan mengenai asal-usul kuntilanak. Kebanyakan, cerita sosok yang beredar di masyarakat amat bervariasi tergantung daerah dan budaya. Salah satu penjelasan yang paling umum adalah arwah wanita yang meninggal secara tragis saat hamil atau melahirkan. Kematian yang menyakitkan dan tidak wajar menyebabkan rohnya bergentayangan, penuh dendam, dan konon mencari pembalasan.

Versi lain mengaitkan kuntilanak dengan pendirian Kota Pontianak. Legenda menyebutkan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, pendiri Kesultanan Pontianak, diganggu oleh makhluk ini saat memilih lokasi pembangunan istana. Nama "Pontianak" sendiri, dalam beberapa interpretasi, dihubungkan dengan "perempuan mati beranak", meskipun ini hanyalah sebuah legenda.

Pengaruh budaya luar juga diduga berperan dalam membentuk citra kuntilanak. Beberapa peneliti berpendapat bahwa karakteristik kuntilanak yang menyerupai vampir, seperti menghisap darah dan aktif di malam hari, dipengaruhi oleh budaya Barat. Penggambaran ini kemudian bercampur dengan kepercayaan lokal, membentuk citra kuntilanak yang kita kenal sekarang.

Selain itu, ada pula yang mengaitkan kuntilanak dengan Yakshi, makhluk perempuan jahat dalam mitologi Hindu. Yakshi digambarkan menghantui kuburan dan meminum darah manusia. Teori ini menyebutkan legenda Yakshi berevolusi menjadi cerita kuntilanak di Nusantara.

Asal-usul Kuntilanak Menurut Antropolog Jerman

Di tengah perdebatan tentang asal usul kuntilanak, seorang Antropolog Jerman, Timo Duile, mencoba menelaahnya secara logis. Dalam penelitiannya yang berjudul "Kuntilanak: Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia" dijelaskan bahwa kisah kuntilanak bukan sekadar mitos, tetapi mencerminkan perubahan sosial dan budaya di masyarakat Melayu dalam menghadapi modernisasi.

"The Kuntilanak narratives mentioned in the following are to a large extent based on stories collected during a six-month fieldwork trip in 2014. During frequent visits to Pontianak in the following years, I was able to gain even deeper insights into the ghost narratives present in the city (Narasi Kuntilanak yang disebutkan di bawah ini sebagian besar didasarkan pada cerita yang dikumpulkan selama kunjungan lapangan selama enam bulan pada tahun 2014. Selama kunjungan rutin ke Pontianak pada tahun-tahun berikutnya, saya bisa mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang narasi hantu yang ada di kota tersebut," kata Timo di penelitiannya, mengutip brill.com.

Menurut penelitian ini, kisah tentang kuntilanak berakar dari narasi pendirian dan pembangunan kota Pontianak oleh Sultan Syarif Abdurrahman pada 1771. Saat itu, daerah yang menjadi lokasi kota ini diyakini dihuni oleh roh-roh jahat yang sering mengganggu penduduk dan pekerja pembangunan. Untuk mengusir roh tersebut, Sultan menggunakan meriam sebagai bentuk ritual simbolis yang menandai perlawanan terhadap kekuatan mistis.

Lebih lanjut, Timo menjelaskan bahwa konsep kuntilanak juga berkaitan dengan bagaimana masyarakat Melayu membedakan antara dunia modern dan mistis. Ia berpendapat bahwa dalam masyarakat Melayu, terdapat interaksi yang kompleks antara Islam, kepercayaan tradisional, dan pengetahuan ilmiah yang membentuk pemahaman tentang dunia, termasuk kepercayaan terhadap hantu seperti kuntilanak.

"‘Ponti’ in Pontianak originates from the Malay pohon tinggi, meaning ‘tall tree’ or ‘tall trees’. Whereas Kuntilanak/Pontianak elsewhere is often associated with banana trees (Musa genus; in Indonesian: pohon pisang), people in Pontianak usually associated the ghost with large trees, for instance banyan fig trees (Ficus genus; Indonesian: pohon beringin). ('Ponti' di Pontianak dikatakan berasal dari bahasa Melayu pohon tinggi , yang berarti 'pohon tinggi'. Sementara Kuntilanak/Pontianak di tempat lain sering dikaitkan dengan pohon pisang ( genus Musa ; dalam bahasa Indonesia: pohon pisang ), orang-orang di Pontianak biasanya mengaitkan hantu itu dengan pohon-pohon besar, misalnya pohon beringin ( genus Ficus ; bahasa Indonesia: pohon beringin))," tambahnya. 

Kuntilanak sebagai Urban Legend di Indonesia

Di Indonesia, kuntilanak telah menjadi bagian dari legenda urban yang terus berkembang dan diperkaya melalui cerita rakyat serta media modern. Sosoknya sering dikaitkan dengan berbagai peristiwa mistis yang terjadi di pemakaman, rumah kosong, atau daerah yang dianggap angker oleh masyarakat setempat.

Kisah mengenai kuntilanak tidak hanya beredar secara lisan, tetapi juga ditampilkan dalam berbagai film, buku, dan tayangan televisi. Dalam banyak film horor Indonesia, kuntilanak digambarkan sebagai entitas yang menakutkan, sering muncul dengan efek suara khas berupa tawa melengking yang menghantui orang yang melewati tempat-tempat tertentu di malam hari.

Sebagai legenda urban, kepercayaan terhadap kuntilanak juga digunakan sebagai bentuk kontrol sosial dalam masyarakat. Misalnya, orang tua sering menceritakan kisah kuntilanak untuk menakut-nakuti anak-anak agar tidak keluar rumah di malam hari, atau sebagai cara untuk memperingatkan perempuan agar lebih berhati-hati saat bepergian sendirian.

Sosok Kuntilanak dalam Budaya Populer

Dalam budaya populer, kuntilanak sering kali menjadi ikon horor yang dikenal luas di berbagai media, baik dalam film, komik, maupun permainan video. Penggambaran kuntilanak dalam film-film Indonesia telah berkembang dari sekadar sosok hantu yang menakut-nakuti menjadi karakter dengan latar belakang yang lebih kompleks.

Misalnya, dalam beberapa film horor Indonesia, kuntilanak digambarkan sebagai roh penasaran yang mencari balas dendam atas kematian tragisnya. Beberapa produksi bahkan mencoba menggali sisi emosional dari karakter ini, menampilkan kisah yang lebih dalam mengenai penderitaan yang dialami sebelum menjadi entitas mistis.

Di luar film, kuntilanak juga sering muncul dalam karya sastra dan seni modern, termasuk novel dan lagu-lagu bertema mistis. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan media digital, sosok kuntilanak terus menjadi bahan eksplorasi dalam berbagai bentuk hiburan.

Jenis-jenis Kuntilanak di Indonesia

Di Indonesia, masyarakat mengenal berbagai jenis kuntilanak berdasarkan ciri khas dan tingkat kekuatannya. Berikut adalah beberapa varian kuntilanak yang dikenal dalam kepercayaan masyarakat:

  • Kuntilanak Putih – Sosok yang paling umum ditemui, biasanya digambarkan mengenakan pakaian putih dengan aura yang lebih menyeramkan tetapi tidak agresif.
  • Kuntilanak Merah – Memiliki tampilan yang lebih menakutkan dan agresif, sering dikaitkan dengan roh penuh dendam dan bau amis darah.
  • Kuntilanak Hitam – Sering dianggap sebagai kuntilanak yang terikat dengan praktik ilmu hitam, digunakan oleh para dukun untuk tujuan tertentu.
  • Kuntilanak Biru – Jarang ditemui, tetapi dianggap sebagai yang paling kuat dan berbahaya, mampu menyebabkan gangguan fisik dan psikis pada manusia yang melihatnya.
  • Kuntilanak Berkaki Kuda – Jenis kuntilanak yang memiliki bentuk fisik unik dengan kaki menyerupai kuda, sering dikaitkan dengan kejadian supranatural misterius.

Keberagaman jenis kuntilanak ini menunjukkan bahwa mitos mengenai sosok ini terus berkembang di berbagai daerah, dipengaruhi oleh kepercayaan lokal dan pengalaman mistis yang diceritakan dari generasi ke generasi.

People Also Ask

Apakah kuntilanak benar-benar ada?

Kuntilanak adalah bagian dari mitologi dan kepercayaan masyarakat, namun keberadaannya masih menjadi perdebatan.

Apa yang menyebabkan seseorang menjadi kuntilanak?

Dalam kepercayaan tradisional, kuntilanak berasal dari perempuan yang meninggal saat hamil atau melahirkan.

Bagaimana cara mengusir kuntilanak?

Kepercayaan masyarakat menyebutkan bahwa paku atau benda tajam bisa menangkal kuntilanak.

Apakah kuntilanak hanya ada di Indonesia?

Tidak, mitos tentang kuntilanak juga dikenal di Malaysia, Singapura, dan Brunei dengan nama pontianak.

Mengapa kuntilanak sering dikaitkan dengan pohon besar?

Banyak cerita rakyat yang menyebutkan bahwa kuntilanak bersemayam di pohon tinggi sebagai tempat tinggalnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya