Liputan6.com, Jakarta Menjelang Idul Fitri, umat Muslim diwajibkan menunaikan salah satu rukun Islam yaitu zakat fitrah. Bagi pasangan suami istri, memahami niat zakat fitrah untuk suami istri menjadi hal penting karena berkaitan dengan tanggung jawab kepala keluarga. Dalam syariat Islam, niat zakat fitrah untuk suami istri biasanya diucapkan oleh suami sebagai penanggung nafkah utama, meskipun ada kondisi tertentu di mana istri bisa mengeluarkan zakatnya sendiri.
Sebagai ibadah wajib, ketepatan dalam melafalkan niat zakat fitrah untuk suami istri mempengaruhi keabsahan ibadah tersebut. Para ulama telah menyepakati beberapa lafadz khusus untuk niat zakat fitrah untuk suami istri yang dapat digunakan saat menunaikan kewajiban ini. Pemahaman yang tepat tentang niat zakat dan tata caranya akan memastikan ibadah kita diterima oleh Allah SWT.
Advertisement
Baca Juga
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai ketentuan syar'i dan tata cara niat zakat fitrah, terutama yang berkaitan dengan niat zakat fitrah untuk suami istri beserta doa-doa yang dianjurkan untuk dibaca saat membayar dan menerima zakat. Dengan pemahaman yang komprehensif, diharapkan ibadah zakat fitrah kita dapat dilaksanakan dengan sempurna dan sesuai dengan tuntunan agama Islam.
Advertisement
Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi lengkapnya, pada Rabu (26/2).
Pengertian Zakat Fitrah dan Kewajibannya dalam Islam
Zakat fitrah merupakan salah satu bentuk zakat yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim di akhir bulan Ramadhan. Mengutip dari Badan Amil Zakat Nasional, zakat adalah sebagian harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim apabila telah mencapai syarat yang ditentukan. Sebagai salah satu rukun Islam, zakat ditunaikan untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya yang disebut sebagai asnaf.
Menurut istilah dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan sebutan pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. Definisi ini memberikan batasan jelas mengenai ketentuan zakat, termasuk zakat fitrah yang memiliki kriteria dan aturan khusus dalam pelaksanaannya.
Sementara menurut Peraturan Menteri Agama No.52 Tahun 2014, zakat diartikan sebagai harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang Islam untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Regulasi ini semakin memperkuat posisi zakat dalam hukum positif di Indonesia.
Zakat fitrah sendiri merupakan zakat yang wajib bagi setiap muslim untuk dilakukan, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa hingga anak-anak. Zakat ini dilakukan sebagai pembersih dari hal-hal yang mengotori puasa dan dibayarkan menjelang salat Idul Fitri. Kewajiban ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha' kurma atau satu sha' gandum kepada hamba sahaya, orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak kecil, dan orang dewasa dari kaum muslimin, dan beliau memerintahkan agar ditunaikan sebelum orang-orang keluar untuk shalat (Idul Fitri).
Advertisement
Niat Zakat Fitrah untuk Berbagai Kondisi
Niat merupakan komponen penting dalam ibadah zakat fitrah. Dalam pelaksanaannya, terdapat berbagai bentuk niat sesuai dengan kondisi dan status muzakki. Berikut adalah penjelasan mengenai berbagai niat zakat fitrah yang dapat diamalkan.
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri
Bagi yang menunaikan zakat fitrah untuk dirinya sendiri tanpa diwakilkan, niat yang dibaca adalah:
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفطر عَنْ نَفْسِيْ فَرْضًالِلهِ تَعَالَى
"Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri 'an nafsi fardhan lillahi ta'ala."
Artinya: "Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diri sendiri, fardhu karena Allah Lillahi Ta'ala."
Niat ini menunjukkan bahwa ibadah zakat fitrah dilakukan semata-mata untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim dan dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT.
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Anggota Keluarga
Bagi kepala keluarga yang menunaikan zakat fitrah untuk dirinya sendiri serta seluruh anggota keluarga yang wajib dinafkahi, niat yang dibaca adalah:
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَنِّيْ ﻭَﻋَﻦْ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻣَﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُنِيْ ﻧَﻔَﻘَﺎﺗُﻬُﻢْ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﻓَﺮْﺿًﺎ ﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
"Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri anni wa an jami'i ma yalzimuniy nafaqatuhum syar'an fardhan lillahi ta'ala."
Artinya: "Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan semua orang yang nafkahnya menjadi tanggunganku, fardu karena Allah Lillahi Ta'ala."
Niat ini menunjukkan tanggung jawab kepala keluarga dalam memenuhi kewajiban zakat fitrah bagi seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungannya.
Niat Zakat Fitrah Suami untuk Istri
Khusus untuk suami yang menunaikan zakat fitrah untuk istrinya, niat yang dibaca adalah:
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِﻋَﻦْ ﺯَﻭْﺟَﺘِﻲْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
"Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri 'an zaujati fardhan lillahi ta'ala."
Artinya: "Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk istriku, fardu karena Allah Lillahi Ta'ala."
Niat ini khusus diucapkan oleh suami yang menunaikan kewajiban zakat fitrah untuk istrinya sebagai bagian dari tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga.
Niat Zakat Fitrah untuk Anak
Untuk orang tua yang menunaikan zakat fitrah bagi anak-anaknya, terdapat niat khusus sesuai dengan jenis kelamin anak tersebut:
Untuk Anak Laki-Laki yang belum Baligh
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻭَﻟَﺪِﻱْ … ﻓَﺮْﺿًﺎ ﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
"Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri 'an waladi (…..) fardhan lillahi ta'ala."
Artinya: "Saya niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-laki saya bernama, fardu karena Allah Lillahi Ta'ala."
Untuk Anak Perempuan yang belum Baligh
ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِﻋَﻦْ ﺑِﻨْﺘِﻲْ … ﻓَﺮْﺿًﺎ ﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
"Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri 'an binti (…..) fardhan lillahi ta'ala."
Artinya: "Saya niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuan saya bernama, fardu karena Allah Lillahi Ta'ala."
Doa-Doa Terkait Zakat Fitrah
Selain niat, doa juga merupakan bagian penting dalam ibadah zakat fitrah, baik bagi yang membayar zakat (muzakki) maupun bagi yang menerima zakat (mustahik). Berikut adalah penjelasan mengenai doa-doa yang terkait dengan zakat fitrah.
Doa Setelah Mengeluarkan Zakat Fitrah
Setelah membayarkan zakat, muzakki biasanya akan dipandu oleh pengurus zakat untuk memanjatkan doa bersama, supaya amal ibadahnya tersebut dapat diterima Allah dan bernilai sebagai pahala yang besar di sisi-Nya. Berikut adalah doa yang dibaca ketika usai menyerahkan pembayaran zakat:
اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا مَغْنَمًا وَلاَ تَجْعَلْهَا مَغْرَمًا
"Allahummaj-'alha maghnaman wa la taj'alha maghraman"
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah (zakatku) ini sebagai keberuntungan bagiku (untuk dunia dan akhirat) dan janganlah engkau menjadikannya sebagai denda (yang menimbulkan kegundahan di hatiku)."
Selain itu, muzakki juga bisa membaca doa berikut usai membayar zakat:
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Robbana taoqobbal minna innaka antassami'ul "alim"
Artinya: "Ya Allah, terimalah dari (zakat) kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Doa-doa ini menunjukkan harapan muzakki agar zakatnya diterima oleh Allah SWT dan menjadi amal kebaikan yang bernilai pahala di sisi-Nya.
Doa Menerima Zakat Fitrah
Bagi mustahik, setelah menerima zakat dianjurkan melafalkan doa untuk kebaikan muzakki, pemberi zakatnya. Sebab, walaupun zakat fitrah merupakan kewajiban seorang muslim, tapi zakat juga merupakan amal baik kepada orang lain. Maka dari itu, sebagai seorang yang telah menerima kebaikan, sebaiknya membalas kebaikan tersebut salah satunya dengan doa.
Hal ini ditulis oleh Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani dalam Nihayatuz Zain (2002) sebagaimana dikutip dalam laman NU Online, "Seyogianya orang yang menerima zakat mendoakan mereka yang menyerahkan zakatnya. Dengan kata lain, siapa saja yang berbuat kebaikan kepadamu, maka balaslah ia dengan kebaikan serupa. Jika kalian tidak sanggup, maka doakanlah ia dengan sungguh-sungguh, hingga terwujud pembalasan kebaikan yang setara."
Berikut bacaan doa bagi penerima zakat untuk yang memberikan zakatnya oleh Syekh Nawawi Banten:
طَهَّرَ اللهُ قَلْبَكَ فِي قُلُوْبِ الأَبْرَارِ وَزَكَّى عَمَلَكَ فِي عَمَلِ الأَخْيَارِ وَصَلَّى عَلَى رُوْحِكَ فِي أَرْوَاحِ الشُّهَدَاءِ
"Thahharallāhu qalbaka fī qulūbil abrār, wa zakkā 'amalaka fī 'amalil akhyār, wa shallā 'alā rūhika fī arwāhis syuhadā'."
Artinya: "Semoga Allah menyucikan hatimu pada hati para hamba-Nya yang abrar. Semoga Allah bersihkan amalmu pada amal para hamba-Nya yang akhyar. Semoga Allah bersalawat untuk rohmu pada roh para hamba-Nya yang syahid."
Sementara itu, mengutip Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Jawa Timur, mustahik juga bisa melafalkan doa menerima zakat di bawah ini:
أجَرَكَ اللهُ فِيْمَا أَعْطَيْتَ, وَبَارَكَ لَكَ فِيْمَا أَبْقَيْتَ, وَاجْعَلْهُ لَكَ طَهُوْرًا
"Ajarokallahu fiimaa a'athoita wa baaraka laka fiimaa abkoita waj'alhu laka thohuuro."
Artinya: "Semoga Allah memberikan pahala kepadamu atas apa yang engkau berikan (zakatkan) dan semoga Allah memberkahimu atas apa yang masih ada di tanganmu dan menjadikannya sebagai pembersih (dosa) bagimu."
Advertisement
Penerima Zakat Fitrah (Mustahik)
Dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 60, Allah SWT telah menjelaskan dengan rinci tentang golongan-golongan yang berhak menerima zakat (mustahik):
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
"Innamash shadaqaatu lil-fuqaraa'i wal-masaakiini wal-'aamiliina 'alaihaa wal-mu'allafati quluubuhum wa fir-riqaabi wal-ghaarimiin wa fii sabiilillaahi wabnis-sabiil(i), fariidhatan minallaah(i), wallaahu 'aliimun hakiim(un)."
Artinya: "Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
Berdasarkan ayat tersebut, ada 8 golongan orang-orang yang berhak menerima zakat, yaitu:
- Fakir: Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan usaha yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam pandangan mazhab Syafi'i, fakir dibedakan dengan miskin, kedudukannya ada di bawah kategori miskin. Fakir adalah orang yang mungkin saja memiliki harta dan usaha, tetapi kurang dari setengah kebutuhannya.
- Miskin: Miskin adalah orang yang penghidupannya tidak cukup. Orang miskin ada di atas fakir. Ia bisa memenuhi lebih dari setengah kebutuhan, tetapi belum mencukupi.
- Amil atau pengurus zakat: Amil adalah panitia yang akan mengurusi proses terselenggaranya zakat tersebut, yang menyalurkan zakat dari muzakki ke mustahiq.
- Mualaf: Mualaf adalah orang yang ada harapan untuk masuk Islam atau orang yang baru masuk Islam.
- Riqab atau budak/hamba sahaya: Pada masa kini cenderung tidak ada lagi. Namun, istilah ini dapat dikaitkan dengan upaya melepaskan para muslim yang ditawan oleh pihak lain.
- Gharim atau orang yang berutang: Gharim yang berhak menerima zakat adalah mereka yang berutang untuk kepentingan yang diperbolehkan syariat, dan tidak mampu membayar.
- Fi Sabilillah: Dapat dimaknai bukan cuma sebagai orang yang berperang secara fisik untuk Islam, tetapi juga mereka yang berbuat demi kemaslahatan umat.
- Ibnu Sabil: Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang tidak bertujuan untuk maksiat, tetapi tidak dapat kembali ke kampung halaman.
Dalam konteks modern, beberapa ulama kontemporer telah memberikan interpretasi yang lebih luas terhadap kategori-kategori tersebut untuk menyesuaikan dengan kondisi zaman saat ini. Misalnya, kategori fi sabilillah kini juga mencakup dana untuk pembangunan masjid, sekolah Islam, dan berbagai institusi yang bertujuan untuk menyebarkan dan memperkuat ajaran Islam.
