15 Tradisi Khas Lebaran di Indonesia yang Tidak Ditemukan di Negara Lain

Jelajahi 15 tradisi Lebaran unik Indonesia, dari mudik hingga Meriam Karbit, yang tak ditemukan di negara lain! Tradisi khas Lebaran di Indonesia ini menjadi bukti kekayaan budaya Nusantara.

oleh Mabruri Pudyas Salim Diperbarui 06 Mar 2025, 15:29 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2025, 13:30 WIB
arti halal bihalal
arti halal bihalal ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Lebaran di Indonesia bukan sekadar perayaan keagamaan, melainkan pesta budaya yang semarak dan unik. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia punya tradisi Lebaran yang sangat beragam, berbeda jauh dengan perayaan Idul Fitri di negara lain. Tradisi-tradisi ini merupakan perpaduan indah antara nilai-nilai Islam dengan kearifan lokal Nusantara, menciptakan pengalaman Lebaran yang khas dan tak terlupakan. Dari tradisi mudik yang fenomenal hingga kebiasaan unik di berbagai daerah, perayaan Idul Fitri di Indonesia selalu diwarnai semaraknya tradisi yang penuh makna.

Indonesia, dengan keberagaman budayanya, memiliki tradisi Lebaran yang kaya dan unik. Setiap daerah punya ciri khas tersendiri dalam merayakan kemenangan setelah sebulan berpuasa. Mulai dari ritual keagamaan hingga kuliner khas, tradisi-tradisi ini menjadi cerminan kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Artikel ini akan mengeksplorasi 15 tradisi khas Lebaran di Indonesia yang tak ditemukan di negara lain, menunjukkan betapa kayanya budaya Indonesia dalam merayakan Idul Fitri.

Tujuan artikel ini adalah untuk mengupas 15 tradisi khas Lebaran di Indonesia yang tidak dapat ditemukan di negara lain. Kita akan menyelami sejarah, makna, dan praktik dari setiap tradisi, mengungkap keunikan dan pesona budaya Indonesia. Siapkan diri untuk terpukau dengan kekayaan tradisi Lebaran yang hanya ada di Indonesia!

Berikut adalah kumpulan  tradisi khas lebaran di Indonesia yang tidak ada di negara lain, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (27/2/2025). 

Promosi 1

Mudik, Fenomena Eksodus Massal Terbesar di Dunia

Arus Balik Mudik Lebaran 2022 di Stasiun Pasar Senen Mulai Ramai
Sejumlah porter membawa barang penumpang kereta api Dharmawangsa dari Surabaya tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Kamis (5/5/2022). Sebanyak 38.400 penumpang yang berangkat dari seluruh stasiun KA Jarak Jauh tiba di area Daop 1 Jakarta pada H+3 lebaran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya

Tradisi mudik, atau pulang kampung, sudah ada sejak era industrialisasi, ketika orang-orang dari desa merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun, tradisi ini berkembang pesat seiring berjalannya waktu, hingga menjadi perpindahan massal terbesar di dunia yang terjadi secara rutin setiap tahun. Jutaan orang dari berbagai penjuru Indonesia rela menempuh perjalanan panjang, menghabiskan waktu dan biaya yang tak sedikit, demi berkumpul bersama keluarga.

Puncak arus mudik biasanya terjadi beberapa hari sebelum Lebaran. Bayangkan, jutaan orang bergerak secara serentak! Skala mudik di Indonesia jauh lebih besar dan kompleks dibandingkan dengan fenomena perpindahan penduduk di negara lain. Ini menunjukkan betapa pentingnya silaturahmi dan kebersamaan keluarga dalam budaya Indonesia.

Mudik bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perekat sosial yang memperkuat ikatan keluarga. Ini adalah momen untuk kembali ke akar, menemukan kembali identitas, dan mempererat hubungan dengan keluarga besar. Momen ini sarat makna filosofis: kembali ke asal, merekatkan hubungan keluarga, dan memperbarui semangat.

Dampak mudik terhadap infrastruktur dan ekonomi Indonesia sangat signifikan. Arus mudik menyebabkan kepadatan lalu lintas, peningkatan permintaan transportasi, dan peningkatan aktivitas ekonomi di daerah-daerah asal pemudik. Pemerintah pun selalu berupaya mengantisipasi dampak ini dengan berbagai strategi.

Halal Bi Halal, Tradisi Saling Memaafkan yang Asli Indonesia

Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menggelar acara halal bihalal Idul Fitri dengan keluarga, kerabat, dan perangkat melekat di kediaman resminya, Jalan Diponegoro No. 2, Jakarta Pusat, Rabu pagi (10/04/2024).
Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menggelar acara halal bihalal Idul Fitri dengan keluarga, kerabat, dan perangkat melekat di kediaman resminya, Jalan Diponegoro No. 2, Jakarta Pusat, Rabu pagi (10/04/2024). (Foto: Setwapres).... Selengkapnya

Tradisi Halal Bi Halal diperkenalkan oleh KH. Wahab Chasbullah pada tahun 1948. Istilah ini, meskipun bukan frasa baku dalam bahasa Arab, telah melekat erat dalam budaya Indonesia. Halal Bi Halal memiliki makna filosofis yang mendalam: penguraian benang kusut, penjernihan air keruh, dan penghapusan dosa.

Halal Bi Halal berbeda dengan silaturahmi biasa. Ia menekankan pada saling memaafkan dan membersihkan diri dari kesalahan masa lalu. Ini bukan sekadar kunjungan, tetapi ritual untuk memperbarui hubungan dan membersihkan hati. Tradisi ini memperkuat persatuan dan menciptakan harmoni sosial.

Halal Bi Halal adalah tradisi asli Indonesia yang tidak ditemukan di negara Muslim lainnya. Meskipun negara-negara lain juga memiliki tradisi saling memaafkan, namun Halal Bi Halal memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dalam konteks budaya Indonesia.

Di era modern, Halal Bi Halal dilakukan dalam berbagai bentuk: dari acara formal di kantor hingga pertemuan informal di rumah. Teknologi juga memfasilitasi Halal Bi Halal melalui video call atau pesan singkat, memperluas jangkauan dan kemudahannya.

Ketupat Lebaran, Simbol Filosofis Khas Nusantara

ketupat
Ketupat ilustrasi/copyright via: en.wikipedia.org... Selengkapnya

Ketupat telah menjadi simbol Lebaran di Indonesia sejak era Wali Songo. Konon, tradisi ini diperkenalkan sebagai bentuk akulturasi budaya Jawa dengan ajaran Islam. Proses pembuatannya, dari menganyam janur hingga memasak beras di dalamnya, penuh makna.

Makna filosofis ketupat sangat dalam. Proses menganyam janur yang rapat melambangkan hati yang tertutup rapat dari kesalahan. Isi ketupat yang putih bersih melambangkan kesucian hati setelah Lebaran. Pembukaan ketupat yang satu per satu, melambangkan proses meminta maaf dan memaafkan.

Di berbagai daerah, ada tradisi 'Lebaran Ketupat' yang dirayakan tujuh hari setelah Idul Fitri. Tradisi ini memiliki variasi dan keunikan tersendiri di setiap daerah, menambah kekayaan budaya Indonesia.

Penyajian ketupat juga beragam. Di beberapa daerah, ketupat disajikan dengan opor ayam, rendang, atau sayur lodeh. Di daerah lain, mungkin ada variasi hidangan lainnya yang khas. Keberagaman ini menunjukkan kekayaan kuliner Indonesia.

Tradisi Pemberian THR dalam Konteks Kekeluargaan

8 Potret Nyeleneh Bocah Ketika Lebaran, Panen Uang THR
Momen nyeleneh bocah bahagia jalani lebaran (sumber: 1cak.com)... Selengkapnya

THR di Indonesia berbeda dengan di negara lain. Di Indonesia, THR bukan hanya tunjangan dari perusahaan, tetapi juga tradisi sosial dan kekeluargaan. Pemberian THR kepada keluarga dan kerabat telah ada sejak lama, awalnya berupa bahan makanan atau pakaian, kini lebih sering berupa uang.

Fenomena 'amplop Lebaran' untuk anak-anak dan kerabat muda sangat khas Indonesia. Pemberian THR ini menjadi momen yang dinantikan, menciptakan kegembiraan dan kebersamaan. Amplop THR pun menjadi bagian dari budaya visual Lebaran.

Nilai-nilai sosial dan keagamaan di balik tradisi THR keluarga sangat kuat. Ini adalah wujud berbagi, kedermawanan, dan kepedulian terhadap sesama. Pemberian THR juga mengajarkan nilai-nilai berbagi dan syukur.

Di era digital, tradisi THR juga berkembang. Transfer uang melalui aplikasi menjadi lebih mudah dan praktis. Namun, esensi berbagi dan kebersamaan tetap menjadi inti dari tradisi ini.

Takbir Keliling, Kreativitas Lokal dalam Menyambut Lebaran

Takbir keliling
Anak-anak mengikuti takbir keliling pada malam Hari Raya Idul Fitri. Fotografer: Juni Kriswanto / AFP... Selengkapnya

Tradisi takbir keliling telah ada sejak lama, berkembang seiring waktu dan kreativitas masyarakat. Awalnya mungkin sederhana, namun kini telah menjadi pawai budaya yang meriah dan beragam.

Variasi takbir keliling di berbagai daerah Indonesia sangat menarik. Ada yang menggunakan kendaraan hias, alat musik tradisional, hingga pertunjukan seni lainnya. Setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam merayakan takbir keliling.

Kreativitas masyarakat sangat terlihat dalam pawai takbiran. Desain kendaraan hias, musik pengiring, dan kostum peserta menunjukkan kekayaan budaya dan kreativitas lokal.

Takbir keliling memiliki makna spiritual dan sosial yang dalam. Ini adalah bentuk syiar Islam yang dikemas dalam balutan budaya lokal, menyatukan masyarakat dalam semangat kebersamaan dan kegembiraan.

Grebeg Syawal, Tradisi Keraton Yogyakarta

Gunungan Grebeg Syawal Ludes Diserbu Warga
Prajurit Keraton Yogyakarta mengikuti prosesi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, (29/7/2014). Grebeg Syawal merupakan perwujudan Hajat Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk rakyatnya. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)... Selengkapnya

Grebeg Syawal merupakan tradisi Keraton Yogyakarta yang sudah ada sejak abad ke-16. Tradisi ini merupakan wujud syukur setelah Ramadhan, melibatkan prosesi arak-arakan gunungan dari Keraton menuju Masjid Gedhe Kauman.

Rangkaian acara Grebeg Syawal sangat meriah. Tujuh gunungan, masing-masing dengan makna tersendiri, diarak dengan diiringi oleh abdi dalem keraton dan masyarakat. Setelah didoakan, gunungan tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat.

Makna filosofis tujuh gunungan sangat dalam. Gunungan melambangkan kemakmuran dan keberkahan yang diberikan Tuhan kepada rakyat. Proses ini juga menjadi simbol kedermawanan dan keadilan seorang pemimpin.

Grebeg Syawal menunjukkan perpaduan harmonis antara tradisi kerajaan Jawa dan nilai-nilai Islam. Tradisi ini menjadi bukti bagaimana nilai-nilai agama dan budaya dapat berpadu menciptakan perayaan yang unik dan bermakna.

Padusan, Mandi Besar Menjelang Puasa dan Lebaran

20160605-Padusan di Umbul Saren, Tradisi Jelang Ramadan Sekaligus Berwisata-Sleman
Seorang bocah melompat ke kolam pemandian Umbul Saren di Wedomartani, Sleman, Minggu (5/6). Pengunjung memadati kolam pemandian tersebut untuk melaksanakan tradisi "padusan" menjelang Ramadan 2016. (Liputan6.com/Boy Harjanto)... Selengkapnya

Tradisi Padusan, atau mandi besar, dilakukan menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran, terutama di daerah Jawa. Tradisi ini memiliki sejarah yang panjang, berakar pada kepercayaan dan kearifan lokal.

Lokasi-lokasi Padusan yang populer di Jawa biasanya di sungai, sumber air, atau tempat-tempat yang dianggap suci. Masyarakat berkumpul untuk mandi bersama, membersihkan diri secara fisik dan spiritual.

Makna simbolis Padusan sangat kuat. Mandi besar melambangkan pembersihan diri dari dosa dan kesalahan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan atau merayakan Lebaran.

Di era modern, tradisi Padusan masih tetap lestari, meskipun mungkin dengan adaptasi tertentu. Beberapa tempat wisata bahkan menjadikan Padusan sebagai daya tarik tersendiri.

Megengan, Tradisi Menyambut Ramadhan dan Lebaran di Jawa

megengan
Pertunjukkan menjadi daya tarik tradisi Megengan, menyambut ramadan di Demak. Dan tahun 2020 dipastikan tak ada. (foto: Liputan6.com/kusfitriya martyasih)... Selengkapnya

Megengan adalah tradisi menyambut Ramadhan dan Lebaran yang dilakukan di daerah Jawa. Tradisi ini memiliki sejarah yang panjang, berakar pada kepercayaan dan kearifan lokal Jawa.

Hidangan khas dalam tradisi Megengan beragam, tergantung pada daerahnya. Namun, umumnya berupa makanan tradisional Jawa yang disajikan sebagai simbol syukur dan permohonan berkah.

Nilai-nilai sosial dan spiritual dalam Megengan sangat kental. Tradisi ini mempererat ikatan keluarga dan masyarakat, menciptakan suasana kebersamaan dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Perbedaan Megengan di berbagai daerah Jawa menambah kekayaan budaya Indonesia. Setiap daerah memiliki keunikan dan variasi tersendiri dalam merayakan Megengan.

Perang Topat, Simbol Kerukunan di Lombok

Perang Topat
Perang Topat menceritakan damainya masyarakat Lombok Barat mempraktikkan hidup dalam keberagaman.... Selengkapnya

Perang Topat adalah tradisi unik di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tradisi ini bukan perang sesungguhnya, melainkan simbol kerukunan antara umat Hindu dan Islam.

Prosesi Perang Topat melibatkan saling melempar ketupat. Namun, ini dilakukan dalam suasana gembira dan penuh canda. Ketupat yang diperebutkan dipercaya membawa kesuburan.

Nilai kerukunan antarumat beragama dalam Perang Topat sangat tinggi. Tradisi ini menunjukkan bagaimana perbedaan agama dapat dirayakan dalam suasana damai dan penuh toleransi.

Perang Topat telah berkembang menjadi daya tarik wisata budaya. Tradisi ini menarik wisatawan domestik dan mancanegara, menunjukkan kekayaan budaya Indonesia.

Tradisi Meriam Karbit, Keunikan dari Kalimantan Barat

Bledugan, Tradisi Anak-Anak Bogor Menyambut Idul Fitri
Anak-anak bermain meriam bambu atau bledugan saat merayakan malam takbiran di kawasan Cijeruk, Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/6/2019). Bledugan memanfaatkan karbit yang dimasukkan ke dalam meriam bambu untuk kemudian diledakkan. (merdeka.com/Arie Basuki)... Selengkapnya

Tradisi Meriam Karbit berasal dari Kalimantan Barat, khususnya Pontianak. Tradisi ini menggunakan meriam tradisional yang terbuat dari batang pohon, diisi dengan campuran karbit dan air.

Proses pembuatan dan penyalaan Meriam Karbit cukup unik. Suara dentuman meriam yang menggema menjadi simbol kegembiraan dan kebersamaan dalam menyambut Lebaran.

Makna simbolis dentuman meriam sangat kuat. Dentuman ini melambangkan kegembiraan, syukur, dan semangat persaudaraan masyarakat Pontianak.

Meriam Karbit telah menjadi ikon Lebaran di Pontianak. Tradisi ini menarik banyak wisatawan dan menjadi bagian penting dari identitas budaya Kalimantan Barat.

Ronjok Sayak, Tradisi Api dari Bengkulu

Ronjok Sayak, Tradisi Api dari Bengkulu
Ronjok Sayak, Tradisi Api dari Bengkulu/Instagram/sekundangsetungguan... Selengkapnya

Ronjok Sayak adalah tradisi unik dari Bengkulu. Tradisi ini berupa mengelilingi kampung sambil membawa obor bambu yang menyala pada malam takbiran.

Proses pembuatan obor bambu untuk Ronjok Sayak cukup sederhana, namun penuh makna. Obor ini melambangkan penerangan spiritual setelah menjalankan ibadah puasa.

Rangkaian kegiatan dalam tradisi Ronjok Sayak melibatkan seluruh masyarakat. Mereka berkeliling kampung sambil mengumandangkan takbir dan melantunkan nyanyian tradisional.

Nilai-nilai spiritual dan sosial dalam Ronjok Sayak sangat kental. Tradisi ini mempererat ikatan masyarakat, menciptakan suasana kebersamaan dan kegembiraan.

Binarundak, Tradisi Kuliner Unik dari Sulawesi Utara

Tradisi Unik Lebaran di Indonesia Binarundak di Sulawesi Utara
Tradisi Unik Lebaran di Indonesia Binarundak di Sulawesi Utara/Instagram/genpiindonesia... Selengkapnya

Binarundak adalah tradisi kuliner unik dari Sulawesi Utara. Tradisi ini melibatkan pembuatan dan penyajian nasi jaha, sejenis nasi yang dimasak dalam bambu.

Proses pembuatan nasi jaha dalam tradisi Binarundak cukup unik. Nasi dimasak dalam bambu yang dibakar, memberikan aroma dan rasa yang khas.

Makna sosial dan spiritual dalam berbagi makanan dalam Binarundak sangat kuat. Tradisi ini mempererat ikatan keluarga dan masyarakat.

Binarundak telah berkembang menjadi daya tarik wisata kuliner. Tradisi ini menarik wisatawan untuk merasakan kekayaan kuliner Sulawesi Utara.

Tradisi Meugang di Aceh

Tradisi Meugang dari Aceh
Pedagang memotong daging sapi dagangannya pada perayaan tradisi Meugang Ramadan 1440 Hijriah di Banda Aceh, 4 Mei 2019. Meugang merupakan tradisi turun temurun masyarakat Aceh dengan membeli, mengolah, hingga menyantap daging bersama keluarga. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)... Selengkapnya

Tradisi Meugang di Aceh berasal dari warisan Sultan Iskandar Muda. Tradisi ini berupa pembuatan makanan dari daging yang dilakukan sehari sebelum Lebaran.

Proses persiapan dan pelaksanaan Meugang melibatkan seluruh masyarakat. Daging yang diolah kemudian dibagikan kepada masyarakat, terutama kaum dhuafa.

Nilai-nilai sosial dan kepedulian terhadap kaum dhuafa sangat kental dalam tradisi Meugang. Tradisi ini mengajarkan nilai berbagi dan kepedulian sosial.

Meugang tetap lestari hingga kini, menunjukkan bagaimana tradisi dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman namun tetap mempertahankan nilai-nilai luhurnya.

Tradisi Tellasan Topak dari Madura

ilustrasi tellasan topak ketupat lebaran/freepik
ilustrasi tellasan topak ketupat lebaran/freepik... Selengkapnya

Tellasan Topak adalah tradisi unik dari Madura. Tradisi ini dilakukan pada hari ketujuh Lebaran, melibatkan perempuan yang membawa makanan di atas kepala.

Keunikan tradisi membawa makanan di atas kepala menunjukkan rasa hormat dan penghormatan kepada orang yang lebih tua. Ini adalah wujud pengabdian dan kebersamaan.

Tellasan Topak berbeda dengan tradisi serupa di daerah lain. Tradisi ini memiliki kekhasan tersendiri dalam konteks budaya Madura.

Nilai-nilai Tellasan Topak tetap dilestarikan hingga kini, menunjukkan bagaimana tradisi dapat memperkuat identitas budaya suatu daerah.

Tumbilotohe dari Gorontalo

Akhir Ramadan, Berjuta Lampu Minyak Hiasi Kota Gorontalo
Pemandangan lampu minyak saat perayaan tumbilotohe atau penyalaan berjuta lampu minyak di akhir Ramadan di Kota Gorontalo, Jumat (31/5/2019). Tahun ini, tempat paling favorit yang dikunjungi ribuan warga adalah di sekitar Jembatan Talumolo. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)... Selengkapnya

Tumbilotohe adalah tradisi dari Gorontalo. Tradisi ini berupa menyalakan lampu minyak tiga malam berturut-turut menjelang Idul Fitri.

Proses dan rangkaian kegiatan Tumbilotohe melibatkan seluruh masyarakat. Lampu minyak yang dinyalakan melambangkan penerangan jalan menuju kemenangan.

Simbolisme penerangan dalam tradisi Tumbilotohe sangat kuat. Lampu minyak melambangkan cahaya hidayah dan petunjuk dalam kehidupan.

Tumbilotohe telah berkembang menjadi daya tarik wisata budaya. Tradisi ini menarik wisatawan untuk menyaksikan keindahan dan keunikan budaya Gorontalo.

Tradisi khas Lebaran di Indonesia sangat beragam dan unik, menunjukkan kekayaan budaya Nusantara. Dari mudik hingga Meriam Karbit, setiap tradisi memiliki sejarah, makna, dan praktik yang khas.

Melestarikan tradisi ini sangat penting sebagai bagian dari identitas nasional. Mari kita terus menjaga dan mewariskan tradisi khas Lebaran kepada generasi mendatang, agar kekayaan budaya Indonesia tetap lestari. Semoga kita semua dapat terus mengenal dan mengapresiasi keberagaman tradisi Lebaran di Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya