Profil Simon Aloysius Mantiri, Dirut Pertamina yang Minta Maaf karena Kasus Korupsi BBM

Profil Simon Aloysius Mantiri, Dirut Pertamina yang meminta maaf terkait kasus dugaan korupsi BBM senilai Rp193,7 triliu.

oleh Nurul Diva Diperbarui 04 Mar 2025, 09:00 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2025, 09:00 WIB
Komisaris Utama dan Komisaris Independen PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri. (Dok Pertamina)
Komisaris Utama dan Komisaris Independen PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri. (Dok Pertamina)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, meminta maaf kepada publik atas kasus dugaan korupsi yang melibatkan perusahaan tersebut. Kasus yang diduga merugikan negara hingga Rp193,7 triliun ini terkait tata kelola minyak mentah dan produk kilang Pertamina periode 2018-2023. Permintaan maaf disampaikan pada 3 Maret 2025, dan Simon menegaskan komitmen Pertamina untuk membantu penyelesaian kasus serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan.

Simon Aloysius Mantiri, lahir di Kamasi, Tomohon, Sulawesi Utara, 3 Oktober 1979. Ia merupakan alumni SMA Taruna Nusantara dan ITB, dengan gelar sarjana Teknik Kelautan dan MBA dari Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB. Pengalaman kerjanya meliputi peran sebagai engineer di sektor hulu minyak dan gas di CNOOC, serta Komisaris Utama dan Independen Pertamina sebelum diangkat menjadi Direktur Utama pada 4 November 2024.

Kasus dugaan korupsi ini melibatkan dugaan pengkondisian dalam Rapat Optimasi Hilir (OH) untuk menurunkan produksi kilang domestik, sehingga meningkatkan impor BBM. Meskipun demikian, Pertamina telah melakukan pengujian terhadap 75 sampel BBM dan hasilnya menyatakan bahwa kualitas BBM Pertamina memenuhi standar. Permintaan maaf Simon merupakan respons atas kekhawatiran publik dan komitmen Pertamina untuk perbaikan tata kelola perusahaan. Berikut informasi selengkapnya, dirangkum Liputan6, Selasa (4/3).

Pengalaman Simon Aloysius Mantiri di China National Offshore Oil Corporation

Dikutip dari ANTARA, Simon Aloysius Mantiri memiliki latar belakang pendidikan yang mumpuni di bidang teknik dan bisnis. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Taruna Nusantara (1995-1998), ia melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB), meraih gelar Sarjana Teknik Kelautan pada tahun 2003. Kepakarannya semakin terasah dengan gelar Master of Business Administration (MBA) dari Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB. Ia juga mengikuti program kepemimpinan di Blavatnik School of Government, Universitas Oxford, dan pendidikan singkat di Tsinghua University, Tiongkok.

Sebelum menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina, Simon telah malang melintang di dunia energi. Pengalamannya sebagai engineer di sektor hulu minyak dan gas di blok South East Sumatra, China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), memberikannya pemahaman mendalam tentang industri ini. Jabatannya sebagai Komisaris Utama dan Independen Pertamina sejak 10 Juni 2024 semakin memperkuat posisinya sebelum akhirnya diangkat menjadi Direktur Utama.

Pengangkatannya sebagai Direktur Utama Pertamina berdasarkan Keputusan Menteri BUMN selaku RUPS PT Pertamina (Persero) SK-259/MBU/11/2024 tanggal 4 November 2024, menandai babak baru dalam karirnya. Namun, tantangan besar datang dengan kasus dugaan korupsi yang menyeret nama Pertamina. Sikap proaktifnya dalam meminta maaf dan berkomitmen untuk membantu penyelesaian kasus menunjukkan tanggung jawab dan keseriusannya dalam mengatasi permasalahan ini.

Kasus Korupsi BBM: Kronologi dan Dampaknya bagi Pertamina

Kasus dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang mencuat setelah Kejaksaan Agung menetapkan Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, sebagai tersangka. Ia diduga terlibat dalam praktik pengadaan bahan bakar dengan spesifikasi yang tidak sesuai, menyebabkan kerugian negara hingga Rp 193,7 triliun.

Salah satu modus operandi yang menjadi sorotan adalah praktik blending atau pencampuran bahan bakar dengan kadar oktan lebih rendah sebelum dijual ke masyarakat. Praktik ini tidak hanya merugikan negara tetapi juga menimbulkan kekhawatiran mengenai kualitas BBM yang beredar di pasaran.

Skandal ini segera menjadi perhatian publik, mengingat Pertamina adalah perusahaan negara yang bertanggung jawab atas distribusi bahan bakar di seluruh Indonesia. Reaksi masyarakat pun beragam, mulai dari kemarahan hingga kekhawatiran mengenai dampak jangka panjang dari kasus ini terhadap harga dan ketersediaan BBM.

Permintaan Maaf Simon Aloysius Mantiri dan Komitmen Pertamina

Simon Aloysius Mantiri
Konferensi Pers Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri soal penindakan hukum atas dugaan pelanggaran hukum oleh anak usaha menyangkut tata kelola impor minyak mentah. ... Selengkapnya

Sebagai pemimpin tertinggi Pertamina, Simon Aloysius Mantiri akhirnya menyampaikan permohonan maafnya secara terbuka kepada publik. Dalam konferensi pers yang digelar di Grha Pertamina, Jakarta, ia mengakui keresahan masyarakat dan menegaskan bahwa Pertamina berkomitmen untuk melakukan perbaikan secara menyeluruh.

Simon menekankan bahwa perusahaan akan memperbaiki tata kelola bisnisnya agar lebih transparan dan akuntabel. Selain itu, ia juga mengapresiasi langkah Kejaksaan Agung dalam mengusut kasus ini, sebagai bagian dari upaya membersihkan Pertamina dari praktik-praktik yang melanggar hukum.

Permintaan maaf ini menjadi langkah awal untuk memulihkan kepercayaan masyarakat, meskipun masih banyak pihak yang menuntut transparansi lebih lanjut terkait kebijakan perbaikan yang akan diambil oleh perusahaan.

“Pada kesempatan kali ini, saya, Simon Aloysius Mantiri, sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero), menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas peristiwa yang terjadi beberapa hari terakhir ini, ini tentunya adalah peristiwa yang memukul kita semua, menyedihkan juga bagi kami dan tentunya kami ini adalah salah satu ujian besar yang dihadapi pertamina,” kata Simon, mengutip Youtube Pertamina.

Upaya Pengawasan: Pertamina Libatkan Pihak Independen

Sebagai bagian dari reformasi internal, Simon Aloysius Mantiri mengumumkan bahwa Pertamina akan melibatkan pihak ketiga atau independen untuk mengawasi dan mengecek kualitas BBM yang beredar di pasaran. Langkah ini diambil guna memastikan bahwa produk yang dijual kepada masyarakat sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah.

Selain itu, Pertamina juga mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses pengawasan, dengan membuka kanal pelaporan bagi siapa saja yang menemukan kejanggalan dalam distribusi dan kualitas BBM. Dengan cara ini, diharapkan masyarakat dapat ikut serta dalam memastikan bahwa bahan bakar yang mereka gunakan benar-benar aman dan berkualitas.

Komitmen ini menjadi langkah penting dalam mengembalikan kepercayaan publik, meskipun implementasi dan efektivitasnya masih harus diuji dalam beberapa bulan ke depan.

"Kami sangat mengapresiasi tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak Kejaksaan Agung atas dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak perusahaan PT Pertamina (Persero) menyangkut tata kelola impor minyak mentah dan prouk kilang pada tahun 2018 sampai 2023," kata Simon

FAQ (People Also Ask Google):

Apa yang menyebabkan Simon Aloysius Mantiri meminta maaf?

Ia meminta maaf atas keresahan publik akibat kasus dugaan korupsi BBM yang melibatkan anak usaha Pertamina.

Apa dampak kasus korupsi BBM terhadap masyarakat?

Meningkatkan kekhawatiran akan kualitas BBM dan potensi kenaikan harga bahan bakar di masa depan.

Apa langkah Pertamina untuk mengatasi skandal ini?

Memperketat pengawasan, melibatkan pihak independen, dan membuka kanal pengaduan masyarakat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya