Liputan6.com, Yogyakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo telah dipastikan sebagai capres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pria yang akrab disapa Jokowi itu didklarsikan sebagai capres tak lama menjelang pemilihan legislatif. Hal tersebut dinilai sebagai cara PDIP mendongkrak suara pileg pada 9 April 2014 mendatang.
"Pencapresan sebelum legislatif tujuannya untuk mendongkrak perolehan suara dalam pileg. Sekalipun tentu saja membuat kompetitor membuat strategi baru", kata Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Ari Sujito ketika dihubungi Liputan6.com, Sabtu (15/03/2014).
Ari menilai, pria asal Solo itu sebagai tokoh yang diidamkan masyarakat. Sosok yang sederhana, bersih, membaur kepada masyarakat, dan mengabdikan diri kepada rakyat. Hadirnya tokoh ini akan membuat Pemilu 2014 akan berbeda.
Advertisement
Kendati, ia tidak yakin angka golput pada pileg nanti akan turun. Sebab pileg nanti, karena anggota dewan saat ini dinilai tidak cukup kredibel oleh masyarakat. "Pencapresan Jokowi mungkin menjadi gairah, capres makin ramai dan menarik. Gairah publik terhadap caleg juga akan bergairah tapi kemungkinan golput masih tinggi."
"Pancapresan Jokowi memberi polesan warna menarik. Sekalipun bukan jaminan golput akan berkurang dalam pileg. Daya tariknya pileg kurang tinggi. Karena caleg tidak menunjukkan komitmen yang cukup memadai sebagai mana anggota-anggotanya yang seharusnya kredibel," sambung Ari.
Ari menyebut pemilih golput masih akan cukup tinggi karena Jokowi hanya akan mengambil suara yang ragu dalam memilih calon presiden. Dia menilai pemilih golput mempunyai logika sendiri. "Jokowi hanya akan mengambil suara yang mengambang atau yang ragu memilih calon presiden. Namun itu ga jamin golput turun. Karena mereka punya logika sendiri," ujar Ari.
Baca juga: