Liputan6.com, Yogyakarta - Ide ketua MPP PAN Amien Rais menggabungkan kekuatan partai-partai Islam berkoalisi dinilai susah terbentuk. Hal ini karena partai-partai Islam kehilangan cemistry.
"PPP dan PKS selama ini kan nggak pernah punya pengalaman reputasi kerja sama sebelumnya. Susah lah. PDIP sama Demokrat dan partai nasionalis juga nggak punya pengalaman kerja sama. Partai Islam sudah kehilangan chemistrynya untuk digabungkan," kata Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sudjito kepada Liputan6.com, Sabtu (18/4/2014).
Arie menyebut partai partai yang digolongkan menjadi partai nasionalis dan Islam mengalami makna yang ambigu. Langkah yang diusung Amien dinilai juga untuk melancarkan kepentingan masing-masing partai nantinya.
"Partai Islam dan nasional dalam pengertian sesungguhnya mengalami makna kekaburan. Sulit juga. Sekarang posisinya pada kepentingan pragmatis saja. Nanti akan bagi-bagi kursi juga," ujarnya.
Dia mengatakan, perlu ada kekuatan yang benar-benar keras untuk mewujudkan misi koalisi partai Islam. Jika maksud koalisi tak dipahami, maka yang ada hanyalah kepentingan masing-masing partai.
"Sekarang tergantung capresnya seperti apa. Apa sekedar mau menang atau juga melihat platform partainya nggak. Misalnya PPP nampaknya ada yang ke nasionalis, pecah kan. Kalau mau buat terobosan ya cemistrynya terletak pada platform," tandas Arie.
Para elite partai politik Islam dan berbasis Islam saling bertukar pikiran serta informasi dalam pertemuan yang digelar kediaman Ratna Hasyim Ning, Kamis 17 April malam.
Dari pertemuan itu, menurut Ketua MPP PAN Amien Rais ada penyamaan persepsi agar jangan sampai pemilu tahun ini tidak menghasilkan sebuah perubahan positif untuk Indonesia. Untuk itu, partai-partai politik Islam berkomitmen untuk bekerja sama dalam sebuah koalisi.
Baca Juga
Presiden PKS Anis Matta menyatakan, pertemuan tokoh-tokoh parpol Islam dan berbasis Islam di Cikini, Kamis 17 April malam itu kemungkinan mengusung bakal calon presiden dari Koalisi Poros Tengah.
Advertisement