SBY: Silakan Kalau Pemerintah Jokowi Jual Pesawat Kepresidenan

Tapi, SBY menegaskan, pembelian pesawat kepresidenan yang sesungguhnya akan lebih banyak digunakan presiden penggantinya itu juga bagian da

oleh Anri Syaiful diperbarui 28 Sep 2014, 14:18 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2014, 14:18 WIB
Pesawat Kepresidenan RI
Pesawat Kepresidenan RI. (Sugeng/Liputan6.com)

Liputan6.com, Washington DC - Menjelang keberangkatannya ke Osaka, Jepang, setelah selama sepekan berada di Amerika Serikat (AS), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjawab secara terbuka pertanyaan wartawan Indonesia dalam konferensi pers yang diselenggarakan di Hotel Willard Intercontinental, Washington DC, Sabtu 27 September 2014 pagi waktu setempat atau Sabtu malam WIB.

Seperti dimuat dilansir setkab.go.id, Minggu (28/9/2014), dalam kesempatan tersebut, Presiden SBY yang didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dan para menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II yang menyertai perjalanannya sejak 9 hari lalu, menjawab berbagai pertanyaan penting.

Mulai dari masalah pengesahan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) menjadi UU oleh DPR RI, penghematan anggaran terkait seringnya melakukan perjalanan ke luar negeri hingga soal keinginan salah satu partai politik di Indonesia menjual pesawat kepresidenan yang baru tahun ini dimiliki Indonesia.

Terkait keinginan PDIP sebagaimana disampaikan oleh salah seorang fungsionarisnya, Maruarar Sirait untuk menjual pesawat kepresidenan, secara prinsip Presiden SBY mempersilakan kepada pemerintah baru yang akan menggantikannya pada 20 Oktober mendatang.

"Kalau mau menjual, kalau memang untuk tujuan yang baik, ya monggo saja. Kita serahkan masa depan Indonesia kepada pemerintahan yang baru," kata SBY.

Namun Presiden SBY menegaskan, pembelian pesawat kepresidenan yang sesungguhnya akan lebih banyak digunakan oleh Joko Widodo atau Jokowi, presiden penggantinya itu juga bagian dari penghematan.

Ia mengingatkan, kalau setiap perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri menggunakan pesawat sewa maka cost-nya akan sangat tinggi. "Karena itu, kita pilih pesawat yang bisa mendarat di mana saja di Indonesia, tapi juga bisa untuk terbang ke kawasan ASEAN," jelas SBY.

SBY diperkirakan tiba di Bandara Internasional Kansai, Osaka, Jepang, pada Minggu (28/9/2014) pukul 19.00 waktu setempat atau pukul 17.00 WIB. Waktu di Osaka sama seperti Waktu Indonesia Timur (WIT).

Di Jepang, SBY akan menerima penganugerahan Honoris Causa dari Universitas Ritsmeikan, Kyoto. Acara ini akan berlangsung pada Senin pagi 29 September. Rencananya, SBY juga akan bertemu dengan mahasiswa Indonesia di sana. Malamnya, SBY kembali ke Tanah Air dan dijadwalkan tiba di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Senin pagi pukul 06.00 WIB. (Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya