Hanya Usung Ketum Jadi Capres, Parpol Islam Dinilai Egois

Pengamat politik Heri menilai ideologi tidak lagi dominan menjadi capres namun figur dan punya visi kepemimpinan yang kuat.

oleh Edward Panggabean diperbarui 30 Nov 2013, 17:28 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2013, 17:28 WIB
capres-130604b.jpg

Pengamat komunikasi politik UI, Heri Budianto menilai keberadaan partai politil berasaskan Islam lebih banyak egonya untuk menjagokan ketua umumnya menjadi Capres dalam Pemilu 2014 mendatang. Padahal tidak ada tokoh yang diusung. Karena itu, Ia menilai lebih baik partai Islam berkoalisi untuk mendongkrak 20 persen suara.

"Kalau Parpol Islam berkoalisi maka torehan 20 persen suara bisa tercapai. Parpol Islam mungkin bisa koalisi karena tidak ada tokoh yang bisa diusung. Ada semacam ego yang mendorong ketumnya sendiri," kata Heri dalam diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu, Sabtu (30/11/2013).

Ia menuturkan meski basis ideologi sulit keluar namun bila parpol Islam mampu melepaskan ego, hal itu akan mengangkat partai  mereka. Karena itu parpol Islam harus mampu mencari tokoh yang menjual.

"Kan ada Mahfud MD bisa ditawarkan, sosok yang bukan ideologis kuat. Jusuf Kalla juga bisa ditawarkan di situ. Sosok yang lain memang yang ditawarkan ada Yusril bisa juga dijual. Juga ada Anis Matta, dan Suryadharma Ali," imbuhnya.

Sejauh ini presepsi publik masih mengenal tokoh-tokoh yang kuat. Maka partai harus memiliki daya pikat lain seperti mencalon figur yang kuat seperti halnya yang dilakukan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.

"Studi saya di Tapal Kuda basis NU, yang nadhiyin di sana itu sangat kuat. Tapi ketika iklan Prabowo marak tahun 2009, ternyata faktor figur yang kuat itu bergeser," jelas Heri.

Ia menambahkan selain menjual figur, visi kepemimpinan juga menjadi daya tarik yang besar bagi masyarakat.

"Ke depan, parpol harus memanfaatkan semua potensi, karena jualannya bukan ideologi," ujar dia.

Salah satu pemikat menjual parpol dan figur tokoh dapat melalui media sosial, mengingat ada sekitar 30 juta pemilih pemula.

"Kampanye melalui medsos itu sangat potensial. Dengan 30 juta pemilih pemula. Mereka paham politik lewat media," tandas Heri. (Adi)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya