Kue Lebaran Berbahan Mangrove Jadi Jajanan Favorit di Probolinggo

Ibu-ibu nelayan di Probolinggo membuat aneka kue lezat dari olahan mangrove.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 08 Jun 2018, 22:04 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2018, 22:04 WIB
Mangrove
Ibu-ibu di Probolinggo membuat aneka kue lezat dari bahan mangrove. Foto: (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Probolinggo - Ibu-ibu nelayan Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur membuat kue olahan berbahan mangrove. Biji magrove diolah menjadi aneka kue kering yang mak nyus di lidah. Ada stick jeruju, kue ulat sutra, koro sembunyi, koro mangrove, kue kering sumprit dan kerupuk mangrove.

Harganya bervariasi, yakni kerupuk dijual seharga Rp. 5.000 per bungkus, stick jeruju Rp. 8.000 per bungkus, kue ulat sutra Rp. 8.000 per bungkus, koro sembunyi Rp. 10.000 per bungkus, koro mangrove dan kue kering sumprit sebesar Rp. 15.000 per bungkus.

Kreativitas ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok Duta Harapan itu, membuahkan hasil. Sebab dalam Ramadan kali ini, omset penjualannya meningkat pesat. Setidaknya sudah 1.000 bungkus berbagai macam kue beralih ke tangan konsumen.

“Harganya variasi tergantung produknya masing-masing, selama ramadan meningkat pesat dari hari-hari sebelumnya. Selain harga yang murah juga enak cocok untuk lebaran ini murni dari mangrove,” kata Wiwit Homsiatun, ketua kelompok usaha Duta Harapan, saat di konfirmasi pada kamis (07/06/2018).

Untuk membuat kue olahan mangrove, mereka terlebih dahulu memanen biji dan daun mangrove yang berada di sekitar rumah mereka. Setelahnya, biji mangrove dilepaskan dari kulit, sementara daun mangrove dirajang kecil. Untuk membuang racun yang terkandung didalamnya, biji mangrove dicuci bersih dan direbus, lalu kembali direndam dengan campuran garam.

Setelah direbus dan berwarna hijau kecoklatan lalu dicampur dengan bahan-bahan lain. Seperti terigu, telur, bawang putih, bawang merah, garam dan mentega, sebelum akhirnya dicetak menjadi aneka kue olahan.

Tidak mudah bagi ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok usaha Duta Harapan ini untuk menyulap kue olahan mangrove. Selain harus pintar membuang racun, mereka juga harus belajar autodidak selama dua bulan.

“Meski bentuknya sama dengan kue-kue yang di pasaran, kue mangrove ini mempunyai rasa khas, yakni pahit-pahit gimana gitu. Anak-anak dan keluarga yang lain pada suka. Makanya saya beli kue ini untuk persiapan lebaran nanti,” tutur Romiyati, salah satu penikmat kue mangrove.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya