Ramadan Diprediksi Picu Omzet Retail Naik hingga 20 Persen

Penjualan lain yang akan meningkat selama ramadan ini adalah sembako, biskuit, sirup atau berbagai minuman kemasan, serta terakhir fresh food.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 17 Mei 2019, 12:29 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2019, 12:29 WIB
Toko retail.
Toko retail.

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan retail menaksir pendapatannya akan meningkat 13 sampai 20 persen pada momen Ramadan ini. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Misalnya, PT Sumber Alfaria Trijaya yang memprediksi dalam kurun waktu 81 hari terhitung sebelum dan sesudah Ramadan, pihaknya diprediksi meraup keuntungan sekitar 13 hingga 17 persen dibandingkan periode tahun lalu.
 
"Jadi, momentum ramadan ini kita hitung bukan hanya saat bulan itu saja, tapi kita hitung mulai sebelum dan sesudahnya," kata Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya, Hans Prawira di Alfa Tower, Tangerang.
 
Sementara, untuk Alfamidi, diprediksi peningkatan pendapatan bisa mencapai 20 persen. Prediksi periodenya pun sama, hingga usai musim mudik lebaran nanti. 
 
"Kita manfaatkan penjualan yang ada di rest area juga, karena kan banyak pemudik yang menggunakan jalur darat atau tol. Termasuk pendapatan meningkat dari pengisian ulang atau top up berbagai pembayaran elektrik," tutur Corporate Secretary PT Midi Utama Indonesia, Suantopo Po. 
 
Penjualan lain yang akan meningkat selama ramadan ini adalah sembako, biskuit, sirup atau berbagai minuman kemasan, serta terakhir fresh food. Untuk itu, dari bulan Maret, kedua retail besar itu memasok dan mengamankan stok di gudang dan toko-toko. 
 
"Kita kan pasti ada promo atau program menarik, makanya stok itu penting dijaga," ujarnya.

Busana Muslim dan Makanan Paling Diburu Saat Ramadan

Berburu Pakaian Muslim di Skybridge Tanah Abang
Pengunjung memilih busana muslim di skybridge Tanah Abang, Jakarta, Rabu (8/5/2019). Hari ketiga puasa bulan Ramadan, Warga Jakarta dan penyangga sekitarnya sudah mulai berbelanja pakaian muslim dengan harga yang murah untuk kebutuhan sendiri atau untuk dijual kembali. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Momen Ramadan diprediksi mendorong penjualan pakaian khususnya busana muslim naik hingga 300 persen. Ini tentu menjadi kabar baik bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di sektor tekstil dan pakaian jadi.

Direktur Jenderal IKM dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Gati Wibawaningsih mengatakan, sektor IKM yang tumbuh signifikan saat Ramadan yaitu makanan dan minuman serta pakaian.

"Yang tumbuh signifikasi pertama, makanan. Kedua, pakaian," ujar dia di Kantor Kemenperin, Selasa (14/5/2019).

Khusus untuk pakaian, lanjut dia, pertumbuhan penjualannya bahkan bisa meningkat hingga 300 persen atau tiga kali lipat dibandingkan normal. Hal ini jika dilihat dari penjualan masing-masing IKM.

"Pakaian bisa naik 300 persen, penjualannya naik 3 kali lipat penjualannya. Itu untuk per individu ya, masing-masing IKM. Tapi secara total kenaikannya naik 18 persen-20 persen untuk Ramadan," kata dia. 

Gati juga menyatakan, daya beli masyarakat pada Ramadan 2019 juga membaik. Hal tersebut diharapkan bisa berdampak baik bagi sektor industri pakaian dalam negeri.

‎"Baju muslim yang kita pikir karena daya belinya turun, ternyata naik. Di Inacraft kemarin ternyata yang banyak di beli itu baju, itu (penjualan) sampai naik 15 persen," tandas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya