Liputan6.com, Jakarta - Memasuki pekan kedua Ramadan 2020, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut bahwa stok gula di retail penjualan masih terbatas. Ironisnya ini terjadi sebelum pandemi virus corona atau covid-19 melanda Tanah Air.
"Gula sih barangnya memang terbatas. Jauh sebelum corona," singkat Sekretaris Jenderal Aprindo, Solihin saat dihubungi Merdeka.com, Senin (4/5).
Solihin menjelaskan kelangkaan stok gula bermula dari aksi panic buying yang dilakukan sejumlah masyarakat seiring pemberitaan pandemi virus corona yang kian intens. Imbasnya stok gula nasional tak sanggup lagi memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat.
Advertisement
Bahkan saat memasuki bulan Ramadan 2020, Aprindo kewalahan memenuhi permintaan konsumen akan bahan pangan gula. Sebab, gula merupakan kebutuhan utama dalam membuat berbagai aneka hidangan untuk menunaikan ibadah puasa.
Meski begitu, Aprindo tetap menjual gula sesuai dengan ketentuan batas Harga Eceran Tertinggi (HET) di level konsumen, yakni Rp12.500 per kilogram. Hal ini mengikuti ketetapan pemimpin yabg tertuang dalam Peraturan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia tahun 2017.
Baca Juga
"Kita tidak ada kenaikan tetap HET. Dari awal kita komitmen dengan pemerintah," jelasnya.
Oleh karenanya pemerintah melalui Kementerian Perdagangan diharapkan segera mendistribusikan gula impor sesuai kebutuhan wilayahnya. Sehingga kebutuhan masyarakat akan gula saat memasuki bulan Ramadan dapat terpenuhi.
Menteri Perdagangan (Mendag), Agus Suparmanto menyebut bahwa akar masalah kenaikan harga gula yaitu karena proses distribusi yang tersendat. Imbasnya, gula dibanderol melebihi harga eceran tertinggi atau HET yang dipatok pemerintah Rp12.500 per kilogram.
"Pada dasarnya stok (gula) cukup. Tinggal mengatur distribusi lancar," kata Mendag Agus melalui video conference, Rabu (29/4).
Stok Gula Nasional
Menurutnya, kecukupan stok gula nasional didasari oleh keputusan pemerintah untuk mendatangkan gula impor. Sehingga dipastikan stok gula nasional dapat mencukupi kebutuhan masyarakat di tengah pandemi covid-19.
Untuk memperlancar proses distribusi gula, Kemendag akan memotong mata rantai penyaluran gula dengan cara penugasan melalui distributor yang berafiliasi dengan retail modern.
Selain itu, optimalisasi tol laut menjadi 26 trayek untuk percepatan distribusi gula.Di samping itu, Kemendag akan menyurati sejumlah Gubernur yang wilayahnya menerapkan aturan PSBB untuk membantu kelancaran penyaluran gula yang termasuk komoditi utama masyarakat.
Agus mengungkapkan, pihaknya bekerjasama dengan Satuan Tugas (Satgas) Pangan membentuk tim pengawas untuk memastikan harga gula tidak melebihi HET. Nantinya, tim pengawas bertugas mengawal dan mengawasi distribusi gula dan harga di pasaran.
"Gula akan dipastikan (sesuai) HET. Enggak mengalami perubahan masih Rp12.500 per kilogram," tegas dia
Advertisement