Liputan6.com, Jakarta Mayoritas penerima kartu Prakerja mengaku tidak menemukan kesulitan saat menyelesaikan tahapan pendaftaran Progran Kartu Prakerja. Hal itu terlihat dari hasil survei yang dilakukan Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) dalam melihat pengalaman masyarakat penerima Program Kartu Prakerja.
Hasil survei LKPI menyebutkan, 29,4 persen dari 514 responden mengaku tidak pernah mengalami kesulitan saat melakukan tahapan pendaftaran Kartu Prakerja dan 24,9 persen hampir tidak pernah mengalami kesulitan.
Baca Juga
Lalu 23,7 persen biasa-biasa saja, dan hanya 10,7 persen yang mengaku mengalami kesulitan, serta 11,3 persen sering mengalami kesulitan.
Advertisement
Direktur Eksekutif LKPI Andri Maulana mengatakan, mayoritas penerima kartu Prakerja juga mengaku tidak menemukan kesulitan saat mengakses situs Program Kartu Prakerja.
"Kalau pakai angka dari 1 sampa 5, dimana angka 1 tidak pernah ada kesulitan, dan 5 sering mengalami kesulitan, mayoritas yakni 36,7 persen pilih angka 1 yakni tidak pernah mengalami kesulitan, sedangkan angka 2 ada 19,3 pesen, dan angka 3 sebanyak 23,6 persen. Sementara angka 4 sebanyak 13,9 persen dan angka 5 sebanyak 6,4 persen," kata Andri dalam keterangannya, Rabu (10/5/2020).
Andri mengungkapkan, saat ditanyakan soal status pekerjaan pada bulan Januari 2020, dari 512 responden, mayoritas yakni sebanyak 64,8 persen mengaku masih bekerja sebagai pegawai, buruh atau karyawan. Sedangkan 8,4 persen memiliki usaha, dan 26,8 persen tidak bejerja atau berusaha.
"Sedangkan, saat ditanya apa pekerjaan anda saat ini, 78,9 persen mengatakan tidak bekerja atau berusaha, 15,2 persen masih bekerja, dan sisanya memiliki usaha," terang Andri.
Kemudian, responden ditanyakan apakah jenis pelatihan yang akhirnya dipilih sesuai atau sejalan dengan topik yang diminati, 84 persen menjawab iya, dan 16 persen menjawab tidak.
Selain itu, lanjut dia, dari 517 respondens yang ditanyakan apakah jenis pelatihan yang tersedia dalm kartu Prakerja sudah cukup beragam, mayoritas menjawab iya.
"Sebanyak 90,3 persen menjawab iya, sudah cukup beragam. Dan 9,7 0ersen mwnjawab tidak," sebut Andri.
Andri juga mengungkapkan, mayoritas responden sebanyak 52,6 persen dari 517 orang mengatakan kalau instruktur program kartu Prakerja memiliki pengetahuan yang memadai.
Dia menambahkan, sebanyak 61,4 persen responden mengatakan, jika pelatihan kartu Prakerja akan meningkat efektivitasnya jika dilakukan secara offline.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Bagaimana Pelatihannya?
Selain itu, mayoritas responden mengatakan, pelatihan yang telah atau sedang dijalani efektif dalam meningkatkan kompetensi sebagai pekerja atau pencari kerja atau wirausaha.
"Sebanyak 90,7 persen mengatakan pelatihan yang dijalani efektif, dan hanya 9,3 persen menyebut tidak efektif," terang Andri.
Namun, saat ditanyakan apakah insentif tunai sebanyak Rp600 ribu sudah diterima peserta, hampir semua, yakni 96,7 persen menjawab belum.
Meski demikian, mayoritas dari responden yakin 73,6 persen menyebut, jika manfaat biaya pelatihan yang dimiliki habis, mereka akan mengambil model pelatihan online lain baik yang berbayar maupun yang tidak.
Mayoritas mereka juga tidak setuju jika dikatakan program kartu prakerja tidak bermanfaat.
"Saat ditanya apakah Anda setuju dengan pendapat jika program kartu prakerja adalah program yang tidak ada manfaat atau mubazir, 93,1 persen menjawab tidak setuju," ujarnya.
Untuk diketahui, survei dilaksanakan pada 3 Mei-5 Mei 2020. Populasi survei adalah peserta program Kartu Prakerja dengan jumlah responden 1.315 yang merupakan penerima Kartu Pra Kerja.
Penarikan Sample mengunakan Metode Simple Random Sampling, dengan tingkat kepercayaan survei 95 persen serta Margin Of Error kurang lebih atau sekitar 2,7 persen.
Advertisement