Liputan6.com, Gorontalo - Ramdan merupakan waktu yang tepat untuk berburu kuliner di Provinsi Gorontalo. Sebab, semua olahan makanan pasti banyak dijumpai di emperan jalan, bahkan makanan tradisional Gorontalo pun banyak kita jumpai.
Salah satunya olahan Kue Nagasari, olahan pisang dan tepung beras ini ternyata menjadi kue buruan saat bulan ramadan. Selain teksturnya yang lembut, rasa manis pada kue ini juga tidak bisa dipandang sebelah mata.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, aroma daun pisang yang membungkus kue tersebut menjadi salah satu daya tarik tersendiri pada kuliner yang satu ini. Itulah mengapa jika orang Gorontalo kebanyakan memilih kue tradisional yang satu ini sebagai pelengkap menu buka puasa.
Tidak hanya itu, lengkap rasanya jika kue nagasari diserumpun dengan minuman yang dingin seperti es yang mengandung gula merah. Tentunya hal ini membuat sensasi saat berbuka puasa pasti berbeda dengan biasanya.
"Memang lezat, nagasari cocok dimakan dengan olahan es apa saja," kata Rafli Daud warga Gorontalo kepada Liputan6.com.
Menurutnya, kue nagasari sangat cocok disajikan saat dingin dan menjadi makanan pembuka saat berbuka puasa. Nagasari sendiri mampu menghapus dahaga saat berpuasa seharian.
"Kue nagasari dipadukan dengan olahan es membuat dahaga ini seketika hilang seperti tak membekas," tuturnya.
Simak juga video pilihan berikut:
Berkah Bagi Penjual
Tidak hanya itu, kue ini juga turut membawa berkah tersendiri bagi pedagang takjil di Kabupaten Gorontalo. Kue yang menjadi favorit warga ini memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka.
"Alhamdulillah, sudah 3 hari berturut-turut saya menjual kue ini, selalu laris manis," kata Maryam Danial saat ditemui di lapak jualanya.
Maryam mengaku, biasanya kue nagasari yang dijualnya tersebut, diisi dalam sebuah wadah kecil dan dijual dengan harganya yang cukup terjangkau. Hanya dengan Rp 5.000 pembeli sudah bisa dapat empat biji nagasari.
"Laris manis, biasanya lapak baru di buka kue itu yang menjadi pilihan kebanyakan orang," ujarnya.
Maryam bercerita, bahwa kue tersebut merupakan warisan orang terdahulu. Bahkan tidak menutup kemungkinan kue ini juga kerap disajikan di acara-acara resmi meski bukan bulan ramadan.
“Orang tua saya dulu yang mengajarkan saya membuat ini. Selan caranya sederhana bahan dari kue ini mudah untuk didapatkan dengan harga terjangkau,” ia menandaskan.
Advertisement