5 Tips Kerja Sama dengan Pasangan saat PRT Libur Lebaran

Momen libur Lebaran terkadang memberikan pengalaman sendiri bagi keluarga, khususnya yang tergantung terhadap Pembantu Rumah Tangga (PRT).

oleh Tira Santia diperbarui 16 Mei 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2021, 14:00 WIB
Kondisi Keuangan
Ilustrasi Pertengkaran dalam Rumah Tangga Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Momen libur Lebaran terkadang memberikan pengalaman sendiri bagi keluarga, khususnya yang tergantung terhadap Pembantu Rumah Tangga (PRT).

Mengerjakan pekerjaan rumah sendiri bersama pasangan terpaksa dilakukan selama PRT libur lebaran atau malah nekat pulang kampung. Hal ini pula yang terkadang menguras tenaga dan emosi.

Tenang, jangan panik. Berikut tips cara bekerja sama dengan pasangan untuk mengerjakan pekerjaan rumah saat tidak ada PRT, dikutip dari akun Instgram @kemnaker, Minggu (16/5/2021):

1. Usahakan untuk bagi tugas sejak awal

2. Atur jadwal karena tak perlu semuanya selesaikan sekarang juga di waktu yang sama.

3. Aturlah setiap prioritas. Jangan sampai mementingkan beberes namun urusan perut tidak diperhatikan.

4. Setelah menggunakan sesuatu, kembalikan ke tempatnya.

5. Selalu berikan apresiasi ke pasangan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Doni Monardo Harap Penyekatan Mudik Cegah Pingpong Kasus COVID-19

Kepala BNPB Doni Monardo
Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo meninjau operasi penyekatan kendaraan mudik di Posko Penyekatan Larangan Mudik Lebaran 2021 KM 31, Gerbang Tol Cikarang Barat 3, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (12/5/2021). (Tim Komunikasi Satgas COVID-19)

Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Monardo berharap penyekatan mudik Lebaran 2021 sebagai upaya cegah 'pingpong' kasus COVID-19. Teori 'pingpong' yang dimaksud Doni adalah kasus aktif COVID-19 dapat berpindah-pindah antar-wilayah.

Kondisi terkini, Sumatera tengah terjadi peningkatan kasus COVID-19 selama sebulan terakhir. Apalagi Sumatera merupakan daerah tujuan pemudik, yang mana tercatat 440.014 orang melakukan perjalanan dari Pelabuhan Merak, Banten menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung.

"Data yang kami peroleh di Pelabuhan Bakauheni, ada 440.014 orang yang telah melakukan perjalanan dari Merak menuju ke Bakauheni dan diprediksi angka ini mungkin akan kembali (arus balik mudik) pada waktu yang relatif tidak terlalu lama. Mungkin dalam waktu yang relatif bersamaan," kata Doni di Lampung saat dialog Antisipasi Mobilitas Masyarakat dan Pencegahan Lonjakan Kasus COVID-19 Pasca Libur Lebaran, Sabtu (15/5/2021).

"Sebagai tambahan, kami lihat bahwa betul Sumatera mengalalami tren kenaikan (kasus aktif COVID-19) selama satu bulan terakhir ini. Sementara itu, Jawa atau Pulau Jawa, kita lihat angkanya relatif melandai. Nah, kita tidak ingin ini teori pingpong terjadi (pergerakan kasus aktif dari Sumatera ke Jawa saat arus balik mudik)."

Sejumlah langkah antisipasi dilakukan agar tidak terjadi 'pingpong' kasus COVID-19, terutama arus balik mudik dari Sumatera ke Jawa. Mulai peningkatan petugas swab tes antigen sampai optimalisasi pos pemeriksaan.

"Semua langkah-langkah kesiapsiagaan antisipatif sudah dilakukan untuk meningkatkan seluruh sumber daya yang ada, termasuk petugas swab dari dearah akan diperkuat pusat. Kemudian mengoptimalkan seluruh kapal feri yang ada sebanyak 69 unit. Dermaga diminta semuanya beroperasi full sebanyak 7 darmaga," jelas Doni Monardo.

"Lalu logistik yang ada di semua pos-pos pemeriksaan, baik yang ada di ruas jalan tol maupun yang ada di non tol serta di Pelabuhan Bakauheni, kita harapkan bisa optimal, termasuk pembagian waktu petugas supaya bisa lebih optimal dikasih tiga shift, sehingga mereka tetap fresh (segar)."

Pada Rapat Pemenuhan Tenaga Kesehatan untuk Penyekatan Jalan Tol Pulau Jawa, Doni Monardo menekankan, harus menghindari terjadinya 'pingpong.' Seluruh pihak harus bekerja keras menekan angka COVID-19 pasca libur Lebaran 2021.

"Jadi, teori 'pingpong' harus kita hindari. Kementerian Kesehatan akan mendukung keperluan alat tes antigen (untuk pemudik). Nanti dari seluruh pos dari Kemenhub, dibantu oleh relawan Badan Nasional Penanggulangan Daerah (BPBD), dan sebagainya itu nanti bisa berkoordinasi dengan Kemenkes untuk mendapatkan dukungan rapid tes antigen," tegasnya pada Jumat (14/5/2021).

Peningkatana kasus COVID-19 di Sumatera juga terlihat dari keterisian tempat tidur pasien COVID-19 (Bed Occupancy Rate/BOR). Salah satunya BOR di Sumatera Selatan sudah di atas 56 persen per 14 Mei 2021.

"Kalau tidak salah, Sumatera Selatan itu sudah di atas 56 persen. Di Pulau Jawa, terutama Jakarta saat ini kondisinya sudah jauh lebih baik ya. Jakarta itu pernah kasus aktifnya itu  89 persen pada akhir Januari dan awal Februari yang lalu, termasuk Banten," Doni menambahkan.

"Dengan kondisi perbedaan ini antara Pulau Sumatera dan Jawa, yang mana Jawa sekarang sudah relatif mengalami penurunan, mengingat BOR sedikit, sedangkan, Sumatera meningkat, maka yang harus kita lakukan adalah jangan sampai terjadi 'pingpong.'

Artinya, awalnya kasus COVID-19 naik di Pulau Jawa, kemudian bergeser ke Sumatera. Lantas sekarang kita upayakan arus balik Sumatera bergeser lagi ke Jawa. "Ini namanya teori 'pingpong' dan tidak boleh terjadi," tutup Doni yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya