Masyarakat yang Hendak Mudik Lebaran Diimbau Vaksinasi Booster Sejak Jauh Hari

Upaya menyegerakan vaksinasi booster sebelum perjalanan mudik Lebaran juga demi mengantisipasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Apr 2022, 06:15 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2022, 06:15 WIB
FOTO: Layanan Vaksinasi COVID-19 Puskesmas Kecamatan Matraman
Petugas kesehatan dari Puskesmas Kecamatan Matraman melakukan vaksinasi COVID-19 di SD Negeri 25 Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (23/3/2022). Vaksin yang digunakan adalah vaksin AstraZeneca untuk dosis pertama, kedua, dan ketiga (booster). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Vaksinasi booster jadi syarat untuk mudik Lebaran. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau agar masyarakat sejak jauh-jauh hari segera melakukan vaksinasi booster.

Juru Bicara Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, tujuan Pemerintah umumkan lebih awal vaksin booster menjadi syarat mudik Lebaran agar masyarakat dapat mempersiapkan diri ke sentra vaksinasi. Walau gerai vaksinasi akan disiapkan di sejumlah titik lokasi mudik, masyarakat tetap diimbau sudah lebih dulu mendapatkan booster.

"Kenapa jauh-jauh hari Pemerintah sudah mengumumkan syarat booster untuk mudik? Bahkan sebelum surat edaran Satgas Penanganan COVID-19 keluar, Presiden mengumumkan kita udah boleh mudik, tapi harus booster," jelas Nadia.

Upaya menyegerakan vaksinasi booster sebelum perjalanan mudik juga demi mengantisipasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Jika pemudik merasakan KIPI saat di tengah perjalanan, hal tersebut dapat mengganggu kenyamanan dan keselamatan.

"Jangan sampai di tengah jalan merasakan efek samping, demam, mual gitu ya. Kan enggak enak banget, padahal kita mau enjoy ya kalau mudik, berkumpul dengan keluarga," pungkas Nadia.

Mengenai vaksinasi saat berpuasa, dokter spesialis penyakit dalam yang juga vaksinolog Dirga Rambe Sakti mengatakan bahwa vaksinasi yang dilakukan saat berpuasa itu aman.

"Tidak ada bukti bahwa vaksinasi yang dilakukan pada saat berpuasa memberikan risiko efek samping tambahan," kata Dirga beberapa waktu lalu.

Mengenai reaksi pascavaksinasi seperti nyeri atau pegal di bekas suntikan, demam, sakit kepala, dan lainnya, merupakan sesuatu yang wajar. Dirga mengatakan bahwa kondisi ini tanda bahwa tubuh sedang bereaksi dalam rangka membentuk antibodi. Ingat, bahwa reaksi tersebut bisa terjadi pada saat berpuasa maupun tidak.

"Reaksi pascavaksinasi umumnya berlangsung singkat dan dapat terjadi baik bagi orang yang berpuasa ataupun tidak," kata Dirga.

 

Puasa Dapat Meningkatkan Imunitas

Secara medis, kata Dirga, berpuasa selama beberapa jam sehari dikenal sebagai intermitent fasting (IF).

Berpuasa dapat dilakukan karena alasan religius seperti halnya puasa Ramadhan ataupun karena alasan kesehatan. Dan, rupanya berpuasa memberikan manfaat baik bagi kesehatan.

"Pada orang yang berpuasa, terjadi peningkatan aktivitas neutrofil, monosit, dan sel natural killer; yang semuanya berperan dalam meningkatkan imunitas kita," terang Dirga.

Mengutip laporan dari Integr Food Nutr Metab tahun 2020, Dirga mengatakan bahwa produksi sel B yang berperan untuk menghasilkan antibodi juga meningkat saat berpuasa. Lalu, tak makan dan minum selama beberapa jam juga mengurangi reaksi inflamasi dan stress oksidatif.

IF juga meningkatkan proses autofagi sehingga sistem imunitas lebih efektif melawan berbagai macam mikroorganisme.

Melihat fakta yang ada dari berbagai studi, berpuasa justru dapat meningkatkan imunitas tubuh. Komponen- komponen yang berperan dalam sistemimunitas, seperti sel B dan makrofag, berespons lebih baik pada saat berpuasa.

"Secara teoretis, kondisi ini juga dapat meningkatkan efektivitas vaksin," terang Dirga yang mengambil master vaksinologi di University of Siena, Italia itu.

 

Upaya Melindungi Diri dan Keluarga

Nadia kembali menekankan, vaksinasi booster tidak hanya sebagai perlindungan terhadap pemudik saja, melainkan orang-orang di sekitar, termasuk kelompok rentan. Terlebih momen pulang ke kampung halaman, berkumpul bersama orangtua dan lansia, yang mungkin di antaranya mempunyai komorbid.

"Kalau kita kumpul pasti ada orangtua kan, pasti ada orang yang tua dan ada orang yang punya darah tinggi, ada orang punya sakit jantung, ada orang punya sakit ginjal. Nah, ini harus kita lindungi. Mari kita sama-sama edukasi segera booster."

Selain itu, masyarakat juga tetap mematuhi protokol kesehatan. Masker harus tetap dipakai.

"Dan yang paling penting juga, walaupun sudah booster, tidak melindungi 100 persen (dari penularan Corona), jadi tetap pakai masker yang benar," pesan Nadia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya