Mahasiswa IPB Ajarkan Santri di Sukabumi Budidaya Maggot, Sulap Sampah Jadi Cuan

Sampah sisa makanan masih sering ditemukan di berbagai tempat seperti di perumahan, restoran, pasar, hingga pesantren. Maraknya sampah sisa makanan di lingkungan sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN).

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 11 Jun 2024, 08:41 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2022, 22:30 WIB
Santri di Sukabumi belajar maggot
Santri Darun Nadwa Sukabumi belajar maggot. (Foto: Liputan6/com/istimewa)

Liputan6.com, Sukabumi - Sampah sisa makanan masih sering ditemukan di berbagai tempat seperti di perumahan, restoran, pasar, hingga pesantren. Maraknya sampah sisa makanan di lingkungan sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN).

SIPSN melaporkan bahwa penghasil sampah terbanyak adalah sampah sisa makanan dengan persentase sebesar 40 persen.

Upaya untuk mengurangi sampah sisa makanan muncul di kalangan mahasiswa IPB University. Mereka adalah Muhammad Dicky Iswara, Muhammad Ricky Damara, Elsa Nopiyanti, Imra Atun Helmi, dan Nurdiansyah Albarokah.

Kelima mahasiswa dari multidisiplin ilmu ini tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang dibimbing oleh dosen Kimia IPB University, Muhammad Farid.

Mulanya Dicky dan kawan-kawan melihat Pesantren Darun Nadwa yang berada di Sukabumi, Jawa Barat cukup banyak menghasilkan sampah sisa makanan. Berdasarkan observasi mereka, pesantren tersebut menghasilkan sampah sisa makanan sekitar 1-2 kg per hari. 

“Biasanya sampah tersebut diberikan secara sukarela kepada warga untuk ternak. Namun, hal ini kurang memberikan keuntungan bagi santri. Sehingga kami mencanangkan program untuk menjadikan sampah tersebut sebagai media budidaya maggot,” kata Dicky kepada Liputan6.com, Sabtu (20/8/2022).

Program yang digagas oleh Dicky dan kawan-kawan dinamakan Teenmagotion. Program ini memanfaatkan limbah organik sebagai media maggot untuk meningkatkan kemandirian dan perekonomian santri di Pesantren Darun Nadwa. Kemudian program tersebut diikutsertakan dalam PKM.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Unit Usaha Santri

Budidaya Maggot jadi unit usaha santri
Budidaya Maggot jadi unit usaha santri Darun Nadwa Sukabumi. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

Dicky memaparkan, tujuan Teenmagotion adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang limbah rumah tangga yakni sisa sampah makanan melalui pengolahan limbah organik menggunakan metode ternak maggot. Kemudian memanfaatkan hasil ternak maggot sebagai bahan pakan hewan ternak.

“Lalu menjadikan sarana kewirausahaan bagi remaja santri dalam meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian dari hasil ternak maggot,” sebutnya.

Lebih lanjut, Dicky membeberkan manfaat dari program tersebut. Yakni teratasinya masalah sisa makanan di Pesantren Darun Nadwa dengan menjadikannya sebagai media budidaya maggot. 

“Selain dari aspek lingkungan, dilihat dari aspek ekonomi budidaya ini dapat menekan pengeluaran biaya pakan ternak dan berkebun pesantren karena ternak unggas dapat diberi pakan maggot dan berkebun akan bebas pestisida karena menggunakan pupuk organik dari kasgot,” ujar Dicky.

Di sisi lain, Dicky menyebut kegiatan budidaya ini dapat dijadikan unit usaha santri dan ekstrakurikuler di sekolah milik pesantren. Hingga akhirnya Pesantren Darun Nadwa dapat menjadi trend center budidaya maggot bagi pesantren lainnya.

Keterampilan Santri Meningkat

Santri Darun Nadwa semangat belajar budidaya maggot
Santri Darun Nadwa semangat belajar budidaya maggot. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

Dari program tersebut santri Darun Nadwa mendapatkan manfaat yang didapat, di antaranya meningkatkan keterampilan dan kemandirian santri. Lalu bertambahnya wawasan santri terkait pemanfaatan sampah dan prinsip ekonomi sirkular.

“Kemudian menambah relasi dengan adanya trend center budidaya maggot. Menambah pendapatan santri dengan menjual maggot, kasgot, dan telur black soldier fly (BSF),” sebutnya.

Mahasiswa Kimia IPB University ini menyebut respons pihak pesantren sangat baik. Saat ini para santri memiliki kegiatan tambahan di sela-sela sekolah dan mengaji yang bermanfaat karena dapat mengolah sampah organik pesantren menjadi media budidaya maggot. 

“Saat ini pesantren juga bisa menghemat biaya pakan ayam dan ikan karena mampu menghasilkan pakan dari hasil ternak maggot, serta mampu menghasilkan pupuk kompos alami hasil dari bekas maggot (kasgot),” pungkas Dicky.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya