Liputan6.com, Cirebon - Keramat Talun merupakan salah satu wisata religi terkenal di Indonesia yang berada di Desa Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Ini merupakan petilasan dan makam keramat Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Sangkan.
Makam keramat ini kerap dibanjiri peziarah dari berbagai penjuru nusantara. Biasanya banyak peziarah datang ke makam Keramat Talun saat malam Jumat Kliwon atau pada momen tahunan seperti malam 1 Suro (1 Muharram).
Alasan mereka berkunjung atau berziarah ke Keramat Talun sangat beragam. Misalnya Tarini, peziarah asal Cilegon ini mengungkap jika berziarah ke Keramat Talun membuatnya tetap waras dan doa cepat terkabulkan.
Advertisement
Baca Juga
“Rezeki jadi makin lancar kalau sudah berdoa di sini, badan yang awalnya sakit-sakit pun jadi sembuh,” katanya seperti yang disampaikan oleh tim mahasiswa KKN-T IPB di Cirebon kepada Liputan6.com.
Ada juga peziarah lain yang berkunjung ke Keramat Talun karena mengikuti rombongan pondok pesantrennya. Biasanya mereka ke Keramat Talun setelah dari Sunan Gunung Jati.
“Kita ke sini sebenarnya cuma ikut kegiatan rutinan dari pondok aja. Ini sudah rutin setiap mau lebaran haji,” imbuh peziarah yang diketahui bernama Anya.
Jika diperhatikan, banyak peziarah yang berbondong-bondong ke makam Keramat Talun. Sebenarnya seperti apa Keramat Talun itu dan bagaimana sejarahnya?
Saksikan Video Pilihan Ini:
Asal-Usul Keramat Talun
Mahasiswa KKN-T IPB yang terdiri dari Hofifah, Affandy, Suherni, Btari, Tegar, Khairut, Syahida, dan Shinta mengulik sejarah Keramat Talun. Mereka menyambangi Sukardi Hariri yang merupakan pengelola sekaligus ahli sejarah wisata religi Keramat Talun.
Hariri menerangkan, situs makam Mbah Kuwu Sangkan sering didatangi peziarah yang diisi dengan kegiatan keagamaan seperti tahlilan, membaca Al-Qur’an, hingga berdoa.
“Makanya di sini dinamakan Talun, asalnya dari bahasa Arab yaitu kata Tahlilun atau Tahlil,” ungkap Hariri.
Hariri menuturkan, sejarah dari Keramat Talun Mbah Kuwu Sangkan berkaitan erat dengan sejarah berdirinya Cirebon. Mbah Kuwu Sangkan merupakan seorang pendiri Cirebon dan membangun Cirebon dari sisi ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hingga agama khususnya Islam.
”Mbah Kuwu Sangkan merupakan anak dari Prabu Siliwangi IX dan Nyi Subang Larang. Namanya saat di Kerajaan Pajajaran adalah Pangeran Walangsungsang. Dalam memperdalam ilmu agama Islamnya, Pangeran Walangsungsang ini keluar dari Istana Pajajaran, berkelana dan akhirnya menetap di Cirebon,” beber Hariri.
Mbah Kuwu Sangkan juga memiliki dua orang saudara bernama Nyi Rara Santang dan Prabu Kian Santang. Mbah Kuwu Sangkan menikahi putri dari gurunya, Danuwarsih, yang bernama Nyi Endang Geulis dan memiliki seorang putri yang bernama Nyi Mas Pakungwati.
Nyi Mas Pakungwati kemudian dinikahkan kepada Syarif Hidayatullah atau yang dikenal sebagai Sunan Gunung Djati yang merupakan anak dari Nyi Rara Santang.
“Pada kemudian hari, didirikan Keraton Pakungwati ketika ibukota Kerajaan Cirebon dipindahkan ke Lemah Wungkuk yang sesuai dengan nama putri dari Pangeran Cakrabuana,” terangnya.
Advertisement
Filosofi Patung Kerbau dan Harimau
Mbah Kuwu Sangkan membangun Padukuhan Cirebon yang akhirnya menjadi asal mula nama Grage, Cirebon, bisnis terasi, dan lain sebagainya.
Dalam menggali ilmu agama Islam, Mbah Kuwu Sangkan tidak melakukannya seorang diri melainkan bersama dengan adiknya, Nyi Rara Santang. Mereka berguru dengan Syekh Nurul Djati.
Mbah Kuwu Sangkan diberi nama atau gelar Ki Somadullah yang berarti orang yang ahli dalam ilmu agama Islam.
Menurut sumber setempat, pendiri Keraton Cirebon adalah Mbah Kuwu Sangkan yang kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kesultanan oleh Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati yang merupakan menantu sekaligus keponakannya.
Ketika berkunjung ke makam Keramat Talun, peziarah akan melihat patung kerbau dan harimau di depan gerbang. Ternyata ini patung kerbau dan harimau ini memiliki filosofi yang sarat dengan makna.
“Kerbau itu bukan kerbau biasa. Namanya kerbau bule yang memiliki ciri khas berwarna merah muda keabuan peliharaan Mbah Kuwu Sangkan,” ungkap Hariri.
“Kemudian harimau itu melambangkan ayahnya Mbah Kuwu Sangkan, yaitu Prabu Siliwangi yang pemberani dan tidak terkalahkan. Makanya disimbolkan dengan harimau,” tambahnya.