Liputan6.com, Jakarta - Belakangan, topik gengster mengemuka seturut trennya Yakuza. Yakuza adalah sindikat terorganisir dan dianggap sebagai mafia Jepang yang lekat dengan dunia hitam.
Konon, Yakuza adalah geng paling mematikan di Jepang. Mereka tak segang melukai, menganiaya bahkan membunuh musuhnya.
Bicara gengster, di zaman Nabi Muhammad SAW pun ada kelompok yang bisa disebut sebagai gengster. Kala itu, Bani Quraisy adalah suku terpandang di Jazirah Arab kala itu. Dari berbagai suku itu, muncul tokoh-tokoh yang lantas jadi panutan.
Advertisement
Di suku ini, ada beberapa percabangan. Salah satunya adalah Bani Makhzum, yang menurunkan Abu Jahal. Abu Jahal bernama asli Amr bin Hisyam. Sejak muda, Abu Jahal dikenal cerdas. Karena itu, dia kerap dijadikan sebagai rujukan. Selain itu, Bani Makhzum juga terkenal dan kekayaannya.
Baca Juga
Sayangnya, kecerdasan Abu Jahal itu tak membuatnya menerima dakwah Rasulullah SAW. Dia justru menjadi penentang nomor satu. Begitu pula dengan pengikutnya yang banyak.
Abu Jahal pada masa tuanya dikenal sebagai pribadi yang kejam, bengis, dan tidak segan menghabisi lawan-lawannya. Karena sikapnya yang seperti itu lah, Abu Jahal dijuluki sebagai Fir’aun pada zaman Rasulullah SAW. Salah satu sahabat yang menjadi korban Abu Jahal adalah Sumayyah, yang gugur setelah mendapatkan siksaan dari Abu Jahal.
Bahkan, suatu ketika Abu Jahal pernah melarang Nabi Muhammad SAW untuk mengerjakan shalat. Namun, Rasulullah tidak gentar dengan gertakan Abu Jahal tersebut.
Berbagai macam cara dilakukan untuk menghentikan dakwah Islam. Mulai dari mengintimidasi umat Islam hingga mengancam Nabi Muhammad SAW secara terang-terangan. Boleh dibilang dia adalah sosok godfather Makkah yang begitu menentang Rasulullah SAW.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Provokator Perang Badar
Abu Jahal juga adalah orang yang menyulut terjadinya perang Badar. Pada saat itu, Bani Quraisy ‘terbelah’. Sebagian mereka ingin terus berperang melawan umat Islam.
Semula tujuan awal mereka adalah mengamankan kafilah dagang Abu Sufyan. Karena kafilah Abu Sufyan sudah sampai Makkah dengan selamat, maka mereka menganggap kalau perang itu tidak ada urgensinya lagi.
Sebagian lainnya menganggap kalau perang itu tidak perlu terjadi karena Nabi Muhammad dan pengikutnya sudah hijrah ke Madinah dan ada perjanjian Hudaibiyah.
Namun, Abu Jahal dan elit lainnya mengobarkan semangat tempur pasukan kaum muysrik Quraisy. Sebab, menurut mereka, saat ini adalah waktu yang tepat untuk memberi pelajaran bagi kaum Muslim yang telah menginjak harga diri dan mencaci maki tuhan mereka.
Singkat cerita, lalu meletuslah perang Badar yang kemudian dimenangkan oleh pasukan umat Islam. Abu Jahal sendiri mati terbunuh dalam peperangan ini. Tercatat dalam sejarah, 70 kaum kafir mati dan 70 lainnya ditawan dalam perang badar.
Sikap permusuhan dan pertentangan yang ditunjukkan Abu Jahal bukan karena keyakinan kalau Nabi Muhammad saw. berdusta dan hanya mengaku-aku saja sebagai nabi dan rasul Allah. Akan tetapi, sikapnya itu lebih didasarkan kepada fanatisme golongan. Tidak rela kalau Bani Qushay menguasai segalanya.
Jejak Kekejaman Abu Jahal itu akan abadi lantaran juga disebut dalam dalam Al-Qur'an, surah Al-Lahab.
Tim Rembulan
Advertisement