Liputan6.com, Jakarta - Abu Hurairah adalah sosok sahabat Nabi yang namanya banyak dikenal umat Islam. Sebab, dia adalah perawi hadis terkemuka yang meriwayatkan lebih dari 5.000 hadis.
Dalam bahasa sederhana, Abu Hurairah diartikan sebagai 'Bapaknya kucing' atau 'Bapaknya kucing kecil'. Lantas, bagaimana ahli hadis ini disebut sebagai bapaknya kucing?
Nama asli Abu Hurairah adalah Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi. Ada pula yang mengatakan nama aslinya adalah Abdullah bin Amin.
Advertisement
Baca Juga
Ada juga yang mengatakan bahwa sahabat Nabi ini saat lahir bernama Abdul Syam, berasal dari qabilah Ad-Daud di Yaman. Setelah masuk Islam, Abdul Syam berganti nama menjadi Abdul Rahman.
Sejarah mencatat bahwa, Abu Hurairah ini benar-benar penyuka kucing. Dia kerap bermain-main dengan anak-anak kucing. Bahkan, suatu ketika bertemu Rasulullah SAW, ia juga membawa kucing.
Dikisahkan bahwa saat Abu Hurairah bertemu Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW SAW menanyakan sesuatu yang ada di dalam lengan bajunya. Apabila dia menunjukkan anak kucing yang ada dalam lengan bajunya, maka dia akan dijuluki Abu Hurairah atau bapaknya kucing oleh Nabi Muhammad SAW.
Ketika ia menunjukkan sesuatu yang ada di dalam lengan bajunya ternyata benar, terdapat seekor kucing. Sejak saat itu dia diberi nama julukan Abu Hurairah atau bapaknya kucing.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kenapa Abu Hurairah Terbanyak Merawi Hadis?
Khalid Muhammad Khalid dalam kitab Rijal Haular Rasul atau 'Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah' meriwayatkan biografi Abu Hurairah. Khadil juga membahas rahasia di balik kelebihan Abu Hurairah dalam meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW ketimbang sahabat-sahabat lainnya dalam sisi produktivitas meriwayatkan hadis.
Sahabat Nabi yang masuk Islam pada tahun ketujuh setelah Hijrah ini memang dikenal sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Padahal terhitung sejak Abu Hurairah berbaiat masuk Islam di hadapan Nabi sampai wafatnya hanya menjumpai waktu kurang lebih empat tahun.
Artinya dapat dikatakan Abu Hurairah bukan termasuk golongan sahabat yang masuk Islam pada periode awal. Tapi kenapa sebagai mukharrij awwal (perawi pertama) Abu Hurairah secara kuantitatif (jumlah) hadis yang diriwayatkannya lebih banyak melebihi para sahabat lain yang notabene jauh lebih lama menjumpai dan mendampingi Nabi.
Ternyata sebagai sahabat yang masuk Islamnya tidak pada periode awal Islam, dia menyadari bahwa dirinya memang termasuk orang yang masuk Islam belakangan. Kenyataan demikian membuat Abu Hurairah bertekad untuk mengejar ketertinggalannya, dengan cara mengikuti Rasul terus-menerus dan secara konsisten mengikuti majelisnya.
"Ketahuilah bahwa sahabat-sahabatku orang-orang Muhajirin itu sibuk dengan perdagangan mereka di pasar-pasar. Sedangkan sahabat-sahabatku orang-orang Anshar sibuk dengan tanah pertanian mereka. Sedangkan aku adalah seorang miskin yang paling banyak menyertai majelis Rasulullah, maka aku hadir saat yang lain absen," ujar Abu Hurairah menjelaskan.
Dengan kata lain, meski Abu Hurairah mendampingi dan menjumpai Nabi hanya sekitar empat tahun, tapi dalam tempo yang pendek tersebut dia benar-benar fokus menyertai Nabi. Selama rentang waktu itu, dia tidak memiliki kegiatan sampingan lain semisal berdagang atau bertani.
Sementara sebagian sahabat lain, di samping menghadiri majelis Nabi, tapi umumnya juga masih memiliki kesibukan lain.
Advertisement
Hujjah Nabi Muhammad SAW
Hujjah selanjutnya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berbicara kepada para shahabat pada suatu hari,
"Siapa yang membentangkan sorbannya hingga selesai pembicaraanku, kemudian ia meraihnya, maka ia takkan terlupa akan suatu pun dari apa yang telah didengarnya dariku," demikin Nabi bersabda.
"Maka kuhamparkan kainku, lalu beliau berbicara padaku, kemudian kuraih kain itu, dan demi Allah tak ada satu pun yang terlupa bagiku dari apa yang telah kudengar dari Nabi", terang Abu Hurairah.
Berkah doa Nabi tersebut kepada Abu Hurairah, didukung pula sebelumnya Abu Hurairah secara pembawaan memang sudah mempunyai daya ingat yang kuat dan mahir dalam menghafal.
Alasan ketiga adalah adanya kesadaran dan rasa kewajiban pada diri Abu Hurairah untuk menyampaikan apa yang telah diperolehnya dari Rasulullah kepada umat Islam yang belum mengetahuinya. Dalam hal ini Abu Hurairah menyatakan, demi Allah kalau tidaklah karena ada ayat dalam Al-Qur'an yang memerintahkan soal kewajiban ini, niscaya tidak akan kukabarkan kepada kalian sedikitpun.
Ayat yang dimaksud adalah:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَالْهُدٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا بَيَّنّٰهُ لِلنَّاسِ فِى الْكِتٰبِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللّٰعِنُوْنَۙ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, sesudah kami nyatakan kepada manusia di dalam kitab mereka. Itulah yang dikutuk oleh allah dan dikituk oleh para pengutuk (Al-Baqarah: 159).
Tim Rembulan