Teddy Minahasa Terancam Hukuman Mati, Ini Pandangan Islam Tentang Bahaya Narkoba

NAPZA termasuk di dalamnya narkoba, adalah zat yang memengaruhi sistem tubuh terutama sistem saraf pusat sehingga menyebabkan gangguan fisik, psikis, dan fungsi sosial

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Okt 2022, 04:30 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2022, 04:30 WIB
Banner Infografis Irjen Teddy Minahasa Ditangkap Kasus Narkoba, Polisi Terkaya Batal Jadi Kapolda Jatim
Banner Infografis Irjen Teddy Minahasa Ditangkap Kasus Narkoba, Polisi Terkaya Batal Jadi Kapolda Jatim (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Kapolda Sumatera Barat Irjen Pol Teddy Minahasa terancam hukuman mati terkait kasus peredaran narkoba jenis sabu-sabu seberat lima kilogram (kg).

"Ancaman maksimal hukuman mati atau minimal 20 tahun penjara," kata Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Mukti Juharsa di Jakarta, Jumat, dikutip Antara.

Mukti mengatakan, ancaman hukuman mati tersebut diatur dalam Pasal 114 Ayat 2 Sub Pasal 112 Ayat 2 Juncto Pasal 132 Ayat 1 Juncto Pasal 55 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Selain Teddy Minahasa (TM), ada empat anggota Polri aktif yang turut terseret kasus tersebut. Yakni AKBP D yang merupakan mantan Kapolres Bukittinggi, Kapolsek Kalibaru Kompol KS , personel Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Polres Metro Jakarta Barat Aiptu J dan personel Polsek Kalibaru Aipda A.

Kelima anggota Polri itu telah ditetapkan sebagai tersangka atas perannya masing-masing dalam kasus tersebut. Mukti mengatakan, lima kilogram narkoba tersebut merupakan hasil pengungkapan kasus narkotika yang hendak dimusnahkan.

Saat itu Polres Bukittinggi hendak memusnahkan 40 kilogram sabu, namun Irjen Pol Teddy Minahasa diduga memerintahkan untuk menukar sabu sebanyak lima kilogram dengan tawas.

"Irjen Pol TM selaku Kapolda Sumbar sebagai pengendali barang bukti sabu dari Sumbar, sudah menjadi 3,3 kilogram yang kita amankan dan 1,7 kilogram sabu yang sudah dijual oleh tersangka yang telah kita tahan dan diedarkan di Kampung Bahari," kata Mukti.

Meski demikian, penggelapan barang bukti narkoba tersebut akhirnya terbongkar dengan rangkaian pengungkapan kasus narkotika oleh Polres Metro Jakarta Pusat dan Polda Metro Jaya.

Dalam perspektif Islam, sabu-sabu atau narkoba disebut khamr. Definisi dasar khamr secara bahasa sebenarnya adalah minuman yang memabukkan atau hilangnya kesadaran. Dan itu pun sudah dinyatakan dengan jelas dalam dalil Al-Qur'an. Salah satunya di surah Al-Maidah ayat 90.

Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif Lainnya (NAPZA) adalah zat yang memengaruhi sistem tubuh terutama sistem saraf pusat sehingga menyebabkan gangguan fisik, psikis, dan fungsi sosial. Karena itu, selain najis, barang-barang ini juga sangat diharamkan.

 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Dalil Narkoba Haram dan Bahayanya

Pelabuhan Tikus Marak, Polda Riau Sita 232,46 Kg Sabu Senilai Rp 230 M
Ilustrasi Sabu-sabu, Foto: pixabay.com

Mengutip laman NU, ulama bersepakat bahwa khamar adalah najis, dan konsumsi barang najis itu diharamkan. Hal ini sejalan dengan pemahaman ayat ke-90 dari Surat Al Maidah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, judi, berhala-berhala, panah-panah (yang digunakan mengundi nasib) adalah kekejian yang termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah ia agar kamu mendapat keberuntungan.”

Sebagian mufassir memahami bahwa keterangan kata rijs (رجس ) di atas mesti dijauhi baik secara zatnya maupun perilakunya. Rijs, berarti keji atau jijik. Hal ini juga tercakup dalam makna najis, sehingga larangan untuk mendekati khamar adalah karena statusnya yang merupakan perbuatan buruk dan zatnya yang dinilai najis.

Agaknya jika ada pendapat bahwa khamar itu suci, ia tidak populer. Al-khamar (الخمر) secara bahasa adalah “minuman yang bikin akal tertutup”, berwujud berupa gangguan kesadaran dan akal sebagai sifat iskar/memabukkan di dalamnya.

Namun selain minuman, di era sekarang kita tahu bahwa zat-zat yang mengganggu kesadaran dan memabukkan tidak hanya berwujud minuman beralkohol saja, tapi meliputi juga narkoba atau kini dikenal istilah NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif Lainnya). NAPZA adalah zat yang memengaruhi sistem tubuh terutama sistem saraf pusat sehingga menyebabkan gangguan fisik, psikis, dan fungsi sosial.

Jenis zat yang diklasifikasikan sebagai NAPZA cukup beragam, alkohol hanya salah satunya. Beberapa barang haram lainnya yakni sabu, ganja, morfin, putaw, ekstasi, atau yang non-obat seperti ganja, opium, tembakau sintetis gorilla, bahkan zat di sekitar kita seperti aroma lem merek tertentu dan aroma bensin.

Selain dapat memberikan sensasi fly, tenang, atau mungkin bergairah sampai taraf halusinatif, zat-zat NAPZA yang disalahgunakan ini mengakibatkan kecanduan. Di awal dinyatakan secara bahasa khamar adalah zat yang menutupi akal dan menganggu kesadaran. Jika mengikuti pengertian demikian, kita telah mengetahui sebab keharaman penyalahgunaan NAPZA.

Ketika obat dan zat ini digunakan secara serampangan, bikin candu, lebih-lebih sampai mengganggu kehidupan dan kesehatan, tentu NAPZA ini haram digunakan. Namun selain soal illat mabuknya, kita perlu pertimbangkan juga keterangan bahwa keharaman khamar karena kenajisannya.

Kategorisasi Khamr

Ilustrasi pemakai narkoba jenis sabu (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Ilustrasi pemakai narkoba jenis sabu (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Pendapat dari kalangan Malikiyah, Syafiiyah, serta pengikut mazhab Ahmad bin Hanbal menyatakan bahwa khamar tidak terbatas minuman dari olahan anggur saja, tapi juga olahan buah dan tumbuhan lain yang disebut nabidz. Banyak atau sedikit, seluruhnya najis dan diharamkan. Dalilnya adalah hadiss berikut:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ، وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda, “Setiap yang muskir (memabukkan) adalah khamar, dan setiap yang muskir adalah haram” (HR Muslim).

Hadis di atas bersifat umum, sehingga mencakup seluruh zat cair, padat maupun gas yang bisa memabukkan. Lebih lanjut, hadis di atas dispesifikkan maknanya (takhshish) oleh hadis berikut:

...كل شراب أسكر فهو حرام

Artinya: “Setiap minuman yang memabukkan adalah haram” (HR al-Bukhari).

Setidaknya ada dua pengertian dari dua hadis di atas. Pertama, khamar adalah minuman zat yang memabukkan. Kedua, semua minuman yang bersifat seperti khamar juga diharamkan. Barangnya najis – khusus yang berwujud minuman – dan peminumnya mesti kena had berupa cambuk.

Zat padat seperti ganja, opium, atau zat-zat narkotika bukanlah khamar dalam pengertian ini, karena wujudnya adalah non-cair, meski seluruhnya juga haram akibat penyalahgunaan yang menyebabkan iskar atau mabuk. Ada pendapat yang lebih ketat bahwa benda padat maupun gas seperti ganja dan NAPZA non-larutan lain yang bisa memabukkan adalah khamar, dan dengan demikian ia dihukumi najis.

Sebagaimana dicatat KH. Ali Mustafa Yaqub dalam Kriteria Halal-Haram untuk Obat, Pangan dan Kosmetika Menurut Al Quran dan Hadits, pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah dan para pengikutnya. Pendapat ini berdasarkan bahwa cakupan makna khamar adalah seluruh wujud dan sifatnya, sehingga sebab keharaman barang non-cair seperti ganja, opium atau obat-obatan adalah karena ia memabukkan dan najis secara substantif.

KH. Ali Mustafa Yaqub mengemukakan bahwa kriteria halal suatu produk adalah ia tidak mengandung najis, serta tidak memabukkan. Merentang beragam pendapat di atas, sebab keharaman khamar adalah karena dua aspeknya: najis dan memabukkan.

Namun diketahui bahwa pendapat yang populer dalam hadits dan keterangan ulama di atas adalah kata khamar hanya untuk minuman atau bentuk cair saja. Zat narkotika dan NAPZA lainnya bukanlah khamar karena wujudnya padat, sehingga ia tidak najis. Kendati demikian, NAPZA haram dikonsumsi dan disalahgunakan karena illat-nya adalah iskar atau memabukkan, bukan sebab najis.

Imam al-Kahlani (atau mungkin populer dengan Imam ash-Shan’ani) dalam karyanya Subulus Salam yang mensyarahi kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar al Asqalani menyatakan bahwa jika ada yang menyatakan ganja (hasyisy) tidak haram, maka itu adalah suatu kekeliruan.

Apa yang terjadi pada peminum khamar, toh terjadi juga pada pengguna ganja – yaitu rasa tenang dan fly. Demikianlah pembahasan soal narkoba dan NAPZA lainnya dalam diskursus khamar, dan sebab keharamannya. NAPZA menjadi haram akibat penyalahgunaan dan adanya efek buruk yang ditimbulkan pada fisik dan jiwa seseorang. Sebagaimana slogan yang sering kita dengar: mari katakan tidak pada narkoba. Wallahu a’lam. (Penulis: Muhammad Iqbal Syauqi, alumnus Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences)

(Sumber:https://islam.nu.or.id/syariah/narkoba-dalam-islam-apakah-napza-termasuk-khamar-GEvLc)

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya