Teks Materi Khutbah Jumat: Kewajiban Mencintai Rasulullah SAW

Rasulullah SAW adalah manusia agung yang patut menjadi teladan umat manusia. Mencintai Rasulullah SAW memang sudah menjadi keharusan bagi seorang muslim.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 20 Okt 2022, 14:30 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2022, 14:30 WIB
Ilustrasi Islami
Ilustrasi Islami. (Photo By Muhammad Adil on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Rasulullah SAW adalah manusia agung yang patut menjadi teladan umat manusia. Mencintai Rasulullah SAW memang sudah menjadi keharusan bagi seorang muslim.

Namun, di era sekarang kadang kala rasa cinta Rasulullah SAW luntur dengan berbagai tantangan dan godaan nyata saat ini. Padahal sejatinya rasa cinta kepada Rasulullah SAW selalu tertanam pada diri seorang muslim.

Untuk mengingatkan rasa cinta pada Rasulullah SAW, seorang khatib dapat menyampaikan tema khutbah Jumat pekan ini tentang “Kewajiban Mencintai Rasulullah SAW”.

Harapannya, ketika seorang khatib menyampaikan tema tersebut banyak jemaah sholat Jumat yang tersentuh hatinya kemudian timbul lagi rasa cinta kepada Rasulullah SAW.

Bila khatib belum ada teks materi khutbah yang berkaitan dengan tema “Kewajiban Mencintai Rasulullah SAW”, berikut Liputan6.com bagikan khutbah Jumat oleh Syamsudin, M. Pd.I. yang dikutip dari Wahdah.or.id.

 

Khutbah Pertama

إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ … فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ 

Mengawali khutbah Jumat ini, khatib mengajak agar kita meningkatkan iman dan takwa kepada Allah, serta memperbanyak shalawat kepada Rasulullah SAW. Takwa merupakan perintah dan wasiat Allah kepada seluruh hamba-Nya. Takwa juga merupakan bekal terbaik bahkan satu-satunya bekal ketika seorang hamba menghadap kepada Allah Ta’ala. 

Takwa yang akan mengantarkan seorang hamba pada kemuliaan di dunia dan di akhirat. Karena orang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Rasul juga mengatakan, amalan yang paling banyak memasukan manusia ke surga adalah takwa pada-Nya.

Di antara tanda atau bukti Iman dan Takwa kepada Allah adalah mencintai Allah dan Rasul-Nya. Takkan sempurna Iman seorang hamba sebelum menjadikan Rasul sebagai sosok yang paling ia cintai melebih kecintaan pada segala sesuatu. Allah Ta’ala berfirman:

[ والذي نفسي بيده لايؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من نفسه وماله وولده والناس أجمعين”. [البخاري 

Artinya: “Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga aku lebih dicintainya melebihi (cintanya) pada diri, harta, dan anaknya, serta seluruh manusia.” (HR. Bukhari). 

Hadits di atas menunjukan bahwa bukti iman adalah mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi kecintaan terhadap diri, harta, anak serta apa dan siapapun dari kalangan manusia. Orang beriman beriman yang sejati selalu menempatkan cinta kepada Rasul pada posisi cinta tertinggi.

Lanjutan Khutbah Pertama

Oleh karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebut cinta kepada Rasul sebagai kewajiban yang harus ditunaikan setiap Muslim. Sebab hal itu merupakan hak beliau SAW, sebagaimana ditunjukan oleh firman Allah Ta’ala dalam surah QS. At-Taubah ayat 24;

﴿ قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لًا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴾ (سورة التوبة، الآية 24).

Artinya: Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS: At-Taubah Ayat: 24)

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di mengatakan, “Ayat yang mulia ini merupakan dalil paling agung yang menunjukan wajibnya mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mendahulukan kecintaan pada keduanya atas segala sesuatu. 

Ayat ini juga menunjukkan ancaman keras (wa’id syadid) dan celaan yang keras terhadap orang yang lebih mencintai hal-hal yang disebutkan dalam ayat tersebut (ayah, anak, saudara, istri-suami, harta kekayaan, aset bisnis, rumah) dari Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya. Bukti dari hal itu adalah (sikap) bila disodorkan kepadanya dua pilihan antara (pertama) yang dicintai Allah dan Rasul-Nya namun tidak disukai nafsunya dengan (yang kedua) disukai oleh nafsunya namun tidak dicintai Allah dan Rasul-Nya. 

Jika seseorang memilih sesuatu yang disukai oleh hawa nafsunya tinimbang yang dicintai Allah, maka hal itu adalah bukti bahwa ia dzalim dan meninggalkan apa yang diwajibkan kepadanya. (Artinya orang itu tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya).” (Taisir Karimir Rahman, hlm.332)

Bahkan takkan pernah sempurna iman seorang hamba selama ia masih lebih mencintai dirinya, anak, dan orang tuanya daripada Nabi SAW. Amirul Mu’minin Umar bin Khathab ra pernah mengatakan kepada Rasulullah SAW; Wahai Rasulullah; sungguh, engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu, kecuali diriku (artinya Umar masih lebih mencintai dirinya dari Nabi. Tapi beliau masih lebih mencintai Nabi dari orang lain). “Tidak”, kata Rasul. “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya (demi Allah), (kamu tidak beriman) hingga aku lebih kau kamu cintai dari dirimu”, lanjut Rasul. “Sekarang engkau sungguh lebih aku cintai dari diriku”, kata Umar. Nabi mengatakan, “Sekarang (telah benar cintamu padaku) wahai Umar.”

Lanjutan Khutbah Pertama

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah.

Kecintaan pada Rasul akan menjadi sebab berkumpul bersama beliau di surga kelak. Karena setiap orang akan dikumpulkan bersama yang dicintainya. Seorang pria datang kepada Nabi bertanya tentang ‘kapan’ kiamat. Tapi Rasulullah balik bertanya kepada pria itu. “Apa yang anda siapkan untuknya?” “Tidak ada apa-apa, kecuali cintaku kepada Allah dan Rasul-Nya”, jawab pria itu. “anda akan bersama dengan yang anda cintai”, janji Rasul.

Ini merupakan keutamaan yang agung. Kita dapat dikumpulkan bersama Nabi di surga meski tidak mampu beramal seperti beliau. Anas bin Malik ra mengatakan, beliau sangat bahagia dan senang mendengar, “Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya.” “Saya tidak dapat beramal seperti Rasulullah, Abu Bakar dan Umar”, kata Anas. ”Tapi dengan cintaku pada mereka, aku berharap dapat dikumpulkan bersama mereka di surga nanti”, harapnya.

Hal yang sama diungkapkan pula oleh Imam Syafi’i rah. Beliau mengatakan;

Aku mencintai para shalihin, meski aku tidak termasuk (bagian) dari mereka. Semoga dengan cintaku pada mereka, aku peroleh syafa’at

Jika manusia sealim dan se-shaleh Anas bin Malik dan Imam Syafi’i masih berharap syafa’at melaui cinta pada orang Shalih, maka orang sekelas kita lebih butuh lagi. Oleh karena itu, mari tumbuhsuburkan kecintaan kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan para sahabanya serta orang-orang shalih lainnya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعْنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيآتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا مَزِيْد

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah.

Pada khutbah pertama, telah dijelaskan tentang kewajiban mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Lalu dengan Apa dan Bagaimana Membuktikan Cinta Kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Diantaranya, pertama membenarkan (tashdiq) berita dan informasi yang Nabi kabarkan. Kedua, Mentaati perintahnya, Ketiga, Meninggalkan larangannya. Keempat, tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan mengikuti syariat dan sunnahnya.

Keempat poin tersebut tercakup dalam Ittiba’ (mengikuti) dan iqtida (meneladani) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mari kita akhiri khutbah ini dengan berdo’a kepada Allah dan bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ

.اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةِ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وُلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ

اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ وَأَعِنْهُ عَلَى الْبِرِّ وَالتَقْوَى ، وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ محمد صلى الله عليه وسلم

Sumber: Wahdah.or.id

Saksikan Video Pilihan Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya