20 Kata-Kata Imam Syafi’i Tentang Belajar dan Kehidupan yang Penuh Makna Kebaikan

Imam Syafi'i adalah seorang ulama besar. Ia lahir pada tahun 150 H di Gaza, Palestina. Sejak muda ia telah menulis kitab ar-Risalah di kota Makkah. Mahakarya ini lebih dikenal “ar-Risalah al-Qadimah” atau “ar-Risalah al-Atiqah”.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 25 Okt 2022, 20:30 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2022, 20:30 WIB
Ilustrasi kata-kata mutiara, Islami
Ilustrasi kata-kata mutiara, Islami. (Photo by Simon Infanger on Unsplash)

Liputan6.com, Bogor - Imam Syafi'i adalah seorang ulama besar. Ia lahir pada tahun 150 H di Gaza, Palestina. Sejak muda ia telah menulis kitab ar-Risalah di kota Makkah. Mahakarya ini lebih dikenal ar-Risalah al-Qadimah atau ar-Risalah al-Atiqah.

Semasa hidupnya, Imam Syafi’i haus akan ilmu. Ia belajar ke berbagai tempat dengan materi pembelajaran yang berbeda, mulai dari hadis, tafsir, hingga fikih. Salah satu guru Imam Syafi’i adalah Imam Malik bin Anas.

Perjalanan keilmuan Imam Syafi’i cukup panjang. Ia tidak hanya menimba ilmu untuk diri sendiri. Namun ia juga membagikan ilmunya kepada para muridnya yang banyak menjadi ulama besar.

Beberapa murid Imam Syafi’i yang terkenal adalah Imam Ahmad bin Hanbal dengan karya kitab Risalatul Imam Ahmad fi Tha'atir Rasul, Imam al-Bukhari dengan karya kitab Akhbarul Ahad dan karya kitab al-I'tisham bil Kitab wa Sunnah, serta Imam Ibnu Qutaibah dengan karya kitab Takwil Musykil al-Qur'an dan karya kitab Takwilu Mukhtaliful Hadits

Sebagai seorang ulama, Imam Syafi’i sering memberikan nasihat-nasihat baik. Nasihat tersebut kemudian dituliskan menjadi kata-kata bijak yang sarat makna.

Kata-kata Imam Syafi’i tentang belajar dan kehidupan sering menjadi bahan renungan bagi setiap orang. Bahkan, kata-kata pendiri mazhab Syafi’i itu kerap menjadi motivasi seseorang agar semangat dan bangkit lagi menjalani hidup.

Berikut adalah kata-kata Imam Syafi’i yang bijak dan penuh makna kebaikan dikutip dari berbagai sumber.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Kata-Kata Imam Syafi’i Tentang Belajar atau Menuntut Ilmu

Ilustrasi Ujian, Belajar
Ilustrasi ujian, belajar (Photo created by pch.vector on www.freepik.com)

1. Cukuplah ilmu menjadi sebuah keutamaan saat orang yang tak memiliki mengaku-ngaku memilikinya dan merasa senang jika dipanggil dengan gelar ilmuwan.

2. Cukuplah kebodohan menjadi aib saat orang yang bodoh merasa terbebas darinya dan marah jika digelari dengannya

3. Jika kamu tidak tahan terhadap penatnya belajar, maka kamu akan menanggung bahayanya kebodohan.

4. Andaikan aku ditakdirkan mampu menyuapkan ilmu kepadamu, pasti kusuapi engkau dengan ilmu.

5. Ilmu itu bukan yang dihafal, tetapi yang memberi manfaat

6. Siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka harus disertai dengan ilmu. Dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, juga harus dengan ilmu.

7. Orang yang berilmu dan beradab, tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu, merantaulah ke negeri orang.

8. Tujuan dari sebuah ilmu itu adalah untuk mengamalkannya, maka ilmu yang hakiki adalah ilmu yang terefleksikan dalam kehidupannya, bukan ilmu yang hanya bertengger di kepala.

9. Ilmu tidak akan dapat diraih kecuali dengan ketabahan.

10. Besarnya rasa takut itu sesuai dengan kapasitas ilmunya.

Kata-Kata Imam Syafi’i Tentang Kehidupan

Tes Kepribadian, Pilih Satu Arah Kompas dan Temukan ke Mana Jalan Hidupmu
Ilustrasi Kehidupan. (Sumber: Pexels)

11. Jika ada seorang yang ingin menjual dunia ini kepadaku dengan nilai harga sekeping roti, niscaya aku tidak akan membelinya.

12. Manusia yang paling tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak melihat kedudukan dirinya, dan manusia yang paling banyak memiliki kelebihan adalah mereka yang tidak melihat kelebihan dirinya.

13. Bumi Allah amatlah luas, namun suatu saat apabila takdir sudah datang angkasa pun serasa sempit.

14. Terlalu keras dan menutup diri terhadap orang lain akan mendatangkan musuh, dan terlalu terbuka juga akan mendatangkan kawan yang tidak baik. Maka posisikan dirimu di antara keduanya.

15. Marahnya orang yang mulia bisa terlihat dari sikapnya, dan marahnya orang yang bodoh terlihat dari ucapan lisannya.

16. etiap orang pasti ada yang mencintai dan ada yang membenci, karena engkau tidak dapat menghindar dari hal tersebut, maka bergabunglah bersama orang-orang yang ta’at kepada Allah.

17. Bekal paling merugikan untuk di bawa ke akhirat adalah permusuhan.

18. Biarlah mereka bersikap bodoh dan menghina, dan tetaplah kita bersikap santun. Gaharu akan semakin wangi ketika disulut api.

19. Engkau takkan mampu menyenangkan semua orang. Karena itu, cukup bagimu memperbaiki hubunganmu dengan Allah, dan jangan terlalu peduli dengan penilaian manusia.

20. Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya