Potensi Peningkatan Konsumsi Makanan Halal Bagi Masyarakat Muslim di Asia dan Eropa

Hasil studi Jurnal Al-Kharaj diperkirakan terdapat sekitar 62,1% umat Islam di Benua Asia dari total umat Islam dunia (1,6 miliar). Hampir sepertiganya hidup di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, serrta negara lainnya yang memiliki komunitas muslim seperti Filipina dan Thailand.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 09 Nov 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2022, 08:30 WIB
Ilustrasi makanan halal
Ilustrasi makanan halal (Dok.Unsplash/ Jay Wennington)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil studi Jurnal Al-Kharaj diperkirakan terdapat sekitar 62,1% umat Islam di Benua Asia dari total umat Islam dunia (1,6 miliar). Hampir sepertiganya hidup di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, serrta negara lainnya yang memiliki komunitas muslim seperti Filipina dan Thailand. 

Menurut jurnal tersebut, dari sebaran kaum muslim berdasarkan negara, jumlah penduduk muslim di Indonesia terdiri dari 204.847.000, disusul oleh Pakistan dengan penduduk muslim mencapai 178.097.000, kemudian India berkisar 177.286.000, dan Bangladesh sebanyak 148.607.000. Seluruhnya merupakan negara di kawasan benua Asia.

Di wilayah Asia Tengah, terdapat banyak umat Islam di Kyrgyzstan, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan. Kemudian di wilayah Asia Selatan, mayoritas umat Islam hidup di Afghanistan, Pakistan, dan Bangladesh.

Sementara itu, Malaysia memiliki jumlah penduduk muslim sekitar 65% dari total populasi, sehingga telah terjadi peningkatan kesadaran dari para produsen untuk memproduksi makanan dan produk halal. Namun demikian, terdapat pula minoritas muslim yang hidup di Kazakhstan, India, Thailand, Filipina, Srilanka, Burma, dan Singapura.

Singapura dan Thailand memiliki penduduk muslim masing-masing kurang dari 20% dan 5%. Di kedua negara tersebut, tren produksi makanan halalnya lebih cenderung mirip dengan di Malaysia.

Melihat ke cakrawala yang lebih luas, di negara-negara minoritas muslim seperti Thailand, Korea dan Jepang, konsumsi halal juga menjadi tren baru. Dapat dikatakan tren tersebut merupakan reaksi komunitas muslim untuk memberikan jaminan makanan halal sekaligus sebagai peluang ekonomi masyarakat.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Industri Makanan Halal di Eropa

Ilustrasi makanan halal
Ilustrasi makanan halal (dok.pexels.com)

Beralih ke negara Eropa, keberadaan industri makanan halal di Eropa berkembang cukup pesat. Hal ini tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk muslim di Eropa yang disertai dengan perkembangan ekonomi dan pendapatan.

Dalam beberapa tahun terakhir tren halal telah meluas bahkan ke Amerika dan Eropa, terutama kawasan D-A-CH yang terdiri dari Jerman, Austria dan Swiss. D-A-CH merupakan sebutan untuk negara yang menggunakan bahasa Jerman sebagai salah satu bahasa utamanya. Secara keseluruhan terdapat sekitar 4,6 juta umat Islam yang tinggal di negara-negara D-A-CH. Sedangkan di Uni Eropa, terdapat 16 juta penduduk muslim dan sekitar 54 juta muslim di seluruh Eropa. 

Peningkatan jumlah umat Islam, tentu akan beriringan dengan peningkatan konsumsi atau permintaan makanan halal. Namun ternyata bagi penduduk nonmuslim, pasar halal juga menjadi penting karena logo halal ini mencerminkan kebersihan, kualitas, kemurnian, dan keamanan. Simbol ini merupakan standar dunia dan barometer yang menentukan kualitas produk makanan.

Terdapat sekitar 1,6 miliar konsumen muslim dengan tingkat pertumbuhan tahunan yang cukup besar sekitar 1,84% di pasar halal dunia. Selain adanya peningkatan jumlah penduduk muslim, tingginya angka permintaan makanan halal juga disebabkan oleh wisatawan muslim dengan prioritas  ketersediaan produk halal (66,8%). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa produk halal telah menjadi kebutuhan dasar dan membuatnya tersedia sebagai kebutuhan dasar untuk memenangkan pasar Islam.

Penulis : Putry Damayanty

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya