10 Kerajaan Islam di Indonesia, Tertua hingga Terluas Wilayahnya

Persebaran yang cepat ini tentu dipengaruhi oleh kondisi saat itu. Kerajaan-kerajaan Islam muncul sebagai tatanan baru politik di Nusantara, sejak awal abad 9 Masehi.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Nov 2022, 18:30 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2022, 18:30 WIB
Mengintip 'Benda Peninggalan' di Masjid Walisongo
Memasuki bagian dalam, terdapat makam raja-raja kesultanan Demak, Raden Patah dan Pati Unus (Liputan6.com/Isna Setyanova)

Liputan6.com, Banyumas - Islam menjadi agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Sebanyak 87 persen penduduk Indonesia beragama Islam.

Tak aneh jika tradisi-tradisi Islam menjadi begitu populer di Nusantara. Islam mengejawantah dengan berbagai corak, mengikuti wilayah dan adat istiadat setempat.

Berbagai tradisi masyarakat juga terus berkembang seturut pembauran Islam dan budaya lokal. Dan itu terjadi di seluruh wilayah, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi dan Papua.

Agama Islam di Indonesia juga berkembang merata di tiap wilayah. Tentu ini terkait dengan massifnya persebaran Islam di Nusantara, pada masa lalu.

Dalam sejarahnya, Islam masuk melalui jalur perdagangan. Kemudian, para elit wilayah memeluk Islam dan diikuti oleh masyarakat kebanyakan.

Persebaran yang cepat ini tentu dipengaruhi oleh kondisi saat itu. Kerajaan-kerajaan Islam muncul sebagai tatanan baru politik di Nusantara, sejak awal abad 9 Masehi.

Berikut ini adalah 10 kerajaan Islam di Indonesia, mengutip berbagai sumber:

1. Kerajaan Perlak atau Kesultanan Peureulak (840-1292)

Kerajaan Perlak atau Kesultanan Peureulak adalah kerajaan Islam di Indonesia yang didirikan pada 840 masehi. Kerajaan Perlak ini terletak di daerah Peureulak, Aceh Timur.

Wilayah Perlak banyak dikunjungi oleh para pedagang yang berasal dari Arab, Gujarat, dan Persia karena mampu memproduksi kayu perlak yang menjadi bahan baku dari kapal. Kedatangan para pedagang dari Timur Tengah itu lantas membuat perkembangan islam di Perlak berkembang dengan pesat. Sebab, beberapa wanita lokal menikah dengan para pedagang muslim pendatang.

Kemudian, lahirlah Kerajaan Perlak yang pertama kali dipimpin oleh Alaidin Sayyid Maulana Aziz Syah. Kerajaan Perlak berdiri cukup lama, yaitu dari periode 840 masehi hingga 1292.

 

Peninggalan dari Kerajaan Perlak adalah makam dari salah satu raja bagian Kerajaan Perlak, yaitu Benoa yang diketahui berada di Sungai Trenggulon. Berdasarkan penelitian batu nisan makam tersebut diperkirakan dibuat pada abad ke-11 M.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Kerajaan Ternate, Samudera Pasai, Gowa dan Malaka

Syiar Islam di Kampung Nelaya
Kohar saat mengumandangkan azan di Masjid Jami Al Alam, Cilincing, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Di sinilah para pasukan gabungan Kesultanan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Falatehan menjalankan ibadah sekaligus menyiarkan agama Islam. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)

 

 

2. Kerajaan Ternate (1257)

Kerajaan Ternate dikenal juga dengan nama Kerajaan Gapi. Sesuai dengan namanya, kerajaan ini terletak di wilayah Ternate, Maluku Utara. Kerajaan Ternate pertama kali didirikan oleh sosok bernama Sultan Marhum pada tahun 1257. Kerajaan Ternate menjadi salah satu kerajaan tersukses di Maluku karena mereka menjadi salah satu sumber rempah-rempah terbesar.

Oleh karena itu, selain menyebarkan agama islam, Kerajaan Ternate juga berdagang rempah-rempah sebagai mata pencaharian.

Salah satu pemimpin dari Kerajaan Ternate yang paling terkenal adalah Sultan Baabullah, putra dari Sultan Harun yang juga pernah menjabat sebagai pemimpin Kerajaan Gapi. Sultan Baabullah berhasil membawa Kerajaan Ternate meraih kejayaannya.

Kerajaan Ternate ini menjadi salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia. Peninggalan dari Kerajaan Ternate antara lain Makam Sultan Baabullah, Masjid Sultan Ternate, Keraton Kesultanan Ternate, serta Benteng Tolukko.

3. Kerajaan Samudera Pasai (1267-1521)

Kerajaan Samudera pasai pertama kali didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh atau yang dikenal dengan nama Meurah Silu. Kerajaan Samudera Pasai pertama kali didirikan pada tahun 1267.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Sultan Malik Al Saleh merupakan putra dari Muhammad Amir Syah yang merupakan raja dari Kerajaan Perlak. Oleh karena itu, Kerajaan Samudera Pasai ini merupakan gabungan dari Kerajaan Perlak dan Kerajaan Pase.

Kerajaan Samudera Pasai menjadi salah satu kerajaan islam tersukses di Nusantara. Sebab, Samudera Pasai menjadi salah satu pusat perdagangan rempah-rempah. Oleh karena itu, Samudera Pasai didatangi oleh para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, India, bahkan sampai Tiongkok. Bahkan, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang dirham atau emas murni untuk menjadi alat tukar resmi.

Pada akhirnya Kerajaan Samudera Pasai runtuh pada 1521 karena adanya konflik internal yaitu perebutan kekuasaan dan juga perang saudara. Selain itu, mereka juga diserang oleh Portugis.

Ada banyak peninggalan bersejarah dari Samudera Pasai yang ditemukan. Peninggalan-peninggalan itu seperti makam raja-raja di Kampung Geudong, Aceh Utara, Dirham, Cakra Donya, dan Naskah Surat Sultan Zainal Abidin.

4. Kerajaan Gowa (1300-1945)

Kerajaan Gowa pertama berdiri sekitar tahun 1300 di wilayah Sulawesi Selatan. Kerajaan ini juga menjadi salah satu kerajaan yang memiliki perkembangan yang pesat, terutama saat bergabung dengan Kerajaan Tallo pada abad ke-16.

Gabungan dua kerajaan itu kemudian dipimpin oleh Sultan Alauddin dan memilih agama islam sebagai agama resminya.

Letak dari Kerajaan Gowa ini terbilang cukup strategis, karena berada di wilayah jalur pelayaran. Masa kejayaan dari kerajaan Gowa terjadi ketika dipimpin oleh cucu dari Sultan Alauddin, yaitu Sultan Hasanuddin.

Masyarakat dari Gowa sendiri memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, pedagang, dan juga membuat kapal pinisi.

Adapun peninggalan dari kerajaan Gowa ini adalah tempat-tempat wisata seperti Istana Tamalate, Masjid Tua Katangka, Museum Balla Lompoa, Benteng Somba Opu, dan juga Benteng Fort Rotterdam.

5. Kesultanan Malaka (1405-1511)

Kesultanan Malaka adalah kerajaan islam Melayu yang terletak di Malaka. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1405 oleh seorang bernama Parameswara.

Pada awalnya, masyarakat dari Malaka bukanlah seorang muslim, tetapi dengan berkembangnya kepemimpinan Kerajaan Malaka, masyarakat mulai ikut menganut agama islam.

Kerajaan ini juga dikenal menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka pada abad 15.

Kerajaan Malaka terakhir kali dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah. Kerajaan ini lantas runtuh karena mendapatkan serangan dari Portugis pada 1511. Penyerangan Portugis terhadap Kerajaan Malaka ini lantas menjadi awal mula serangan militer dari Eropa ke Nusantara.

Peninggalan dari Kerajaan Malaka adalah Masjid Baiturrahman Aceh dan Masjid Agung Deli.

 

Kesultanan Cirebon, Demak, Banten dan Pajang

Wisata Keraton Kasepuhan Cirebon Tetap Buka Imbas Tawuran Berebut Tahta
Keraton Kasepuhan Cirebon tetap dikunjungi wisatawan usai insiden tawuran antara dua kelompok pendukung sultan. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

 

6. Kerajaan Islam Cirebon (1430-1677)

Kerajaan Islam Cirebon pertama kali didirikan pada tahun 1430 oleh Pangeran Walangsungsang. Kerajaan ini diketahui terletak di pantai utara Pulau Jawa tepatnya di Jawa Barat. Kerajaan Islam Cirebon disebut-sebut sebagai pusat penyebaran agama islam di Jawa Barat.

Salah satu pemimpin paling terkenal dari Kerajaan Islam Cirebon adalah Sunan Gunung Jati yang merupakan keponakan dari Pangeran Walangsungsang yang merupakan Sultan Cirebon I. Pada masa keruntuhannya, Kerajaan Cirebon terbagi menjadi dua, yaitu kesultanan Kasepuhan dan kesultanan Kanoman.

Peninggalan dari Kerajaan Cirebon antara lain Keraton Kasepuhan Cirebon, Keraton Keprabon, Bangunan Mande, Kereta Singa Barong, dan Patung Harimau Putih.

7. Kerajaan Demak (1478-1554)

Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri pada 1478 saat Kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan dan dipimpin oleh Raden Patah. Selain pertama di Pulau Jawa, kerajaan ini juga menjadi salah satu kerajaan terbesar di Pulau Jawa.

Kerajaan Demak ini juga diketahui sebagai kerajaan yang paling berperan dalam penyebaran islam di Nusantara. Hal itu disebabkan karena Kerajaan Demak mendapatkan dukungan dari sembilan tokoh penyebar agama islam yang dikenal dengan sebutan Wali Songo.

Raja-raja dari Kerajaan Demak yang paling tersohor adalah Raden Patah, Pati Unus, Sultan Trenggono, Sunan Prawoto, dan Arya Penangsang.

Kerajaan Demak akhirnya runtuh karena adanya perang saudara yang dilakukan oleh Sultan Trenggono dan Pangeran Surowiyoto. Akhirnya, kerajaan ini benar-benar runtuh setelah pemberontakan Jaka Tingkir.

Peninggalan sejarah dari Kerajaan Demak antara lain Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga, Lawang Bledek, Dampar Kencana, Soko Guru, dan Surya Majapahit.

8. Kerajaan Islam Banten (1526-1813)

Kerajaan Islam Banten didirikan oleh Sultan Maulana Hasanudin yang merupakan putra dari pimpinan Kerajaan Islam Cirebon, Sunan Gunung Jati pada 1526.

Kerajaan ini juga menjadi salah satu kerajaan yang melawan VOC yang melakukan monopoli perdagangan. Perlawanan kala itu dipimpin oleh salah satu pemimpin paling terkenal dari Kerajaan Banten, yaitu Sultan Agung Tirtayasa.

Runtuhnya kerajaan ini juga dipicu karena adanya perang saudara yang dilakukan oleh anak dari Sultan Ageng Tirtayasa yang ingin merebut jabatan ayahnya.

Kerajaan Banten juga mengembangkan seni bela diri khas Banten yang dikenal dengan debus. Peninggalan lain dari Kerajaan Banten yaitu Masjid Agung Banten, Benteng Speelwijk, dan juga Keraton Surosowan.

9. Kerajaan Pajang (1568-1586)

Kerajaan Pajang merupakan kerajaan yang berdiri setelah Kerajaan Demak runtuh. Kerajaan ini pertama kali didirikan oleh Jaka Tingkir alias Sultan Hadiwijaya.

Ketika itu, Jaka Tingkir memindahkan seluruh kekuasaan dan benda pusaka dari Kerajaan Demak ke Pajang setelah merebut kekuasaan Demak dari Arya Penangsang.

Kerajaan ini berperan dalam penyebaran islam di pedalaman wilayah Jawa. Keberhasilan dari Jaka Tingkir kemudian melebarkan sayap sampai ke Madiun, Blora, dan Kediri.

Peninggalan sejarah dari Kerajaan Pajang adalah Pasar Laweyan, Makam Jaka Tingkir, dan kompleks makam para pejabat Pajang.

10. Kerajaan Mataram Islam (1588-1680)

Kerajaan Mataram Islam berdiri pada 1588 di wilayah Kotagede Yogyakarta. Kerajaan ini pertama kali didirikan oleh dua tokoh, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Sela.

Kerajaan ini didirikan sebagai hadiah yang diberikan Kesultanan Pajang terhadap Ki Ageng Pemanahan atas jasanya.

Raja pertama dari Kerajaan Mataram Islam adalah Raden Mas Sutawijaya alias Panembahan Senapati yang merupakan putra dari Ki Ageng Pemanahan.

Kerajaan Mataram Islam mengalami masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan Agung. Ketika itu, Sultan Agung berhasil menguasai nyaris seluruh tanah Jawa dan juga membantu perlawanan terhadap VOC bersama kerajaan Banten dan Cirebon.

Keruntuhan dari Kerajaan Mataram terjadi karena konflik internal yang menyebabkan terjadinya pembagian wilayah kekuasaan. Saat ini wilayah kekuasaan itu diketahui sebagai Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Pembagian wilayah kekuasaan itu tercantum dalam perjanjian yang diberi nama Perjanjian Giyanti.

Peninggalan Sejarah dari kerajaan Mataram Islam adalah masjid-masjid besar yang tersebar di wilayah Yogyakarta dan Surakarta, seperti Masjid Kotagede, Masjid Agung Gedhe Kauman, Masjid Pathok Negara Sulthoni Plosokuning, Masjid Agung Surakarta, serta Masjid Al Fatih Kepatihan Solo.

Aksara Hanacaraka juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Mataram Islam.

(Sumber: Sumber: CNN via sampoernaacademy.sch.id/)

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya