Liputan6.com, Jakarta - Pada zaman dahulu, sumur Zamzam pernah dihilangkan karena peperangan. Di masa kakek Nabi Muhammad SAW yaitu Abdul Muthalib, sumur Zamzam kembali dicari dan akhirnya ditemukan.
Dalam proses pencarian sumur Zamzam, Abdul Muthalib bernazar akan mengorbankan salah satu anaknya jika ia memiliki 10 anak, sebagaimana Ibrahim hendak mengorbankan anaknya, Ismail. Dari 10 anak, Abdul Muthalib akan mengorbankan salah satunya.
Allah SWT pun mengaruniakannya sepuluh orang anak. Ia pun harus menebus nazarnya dengan memilih salah satu dari sepuluh anak tersebut untuk dijadikan kurban dengan cara diundi. Tanpa disangka, nama Abdullah yang keluar. Dengan berat hati, Abdul Muthalib pun bersedia menunaikan nazarnya dan hendak menyembelih anak tersayangnya, Abdullah.
Advertisement
Namun, semua orang menentang dan menghalangi Abdul Muthalib untuk menyembelih Abdullah. Selain dikarenakan Abdullah sosok yang sangat mereka kagumi di Makkah, mereka juga mengkhawatirkan apabila hal tersebut menjadi rujukan kaumnya dalam bernazar.
Abdul Muthalib pun mencari jalan keluar dengan cara mendatangi seseorang yang bijaksana di Syam. Kemudian Abdul Muthalib disarankan untuk melakukan undian lagi dengan mencantumkan nama Abdullah dan sepuluh unta.
Baca Juga
Namun nama Abdullah tetap saja keluar hingga setelah mencapai 100 ekor unta dalam undian tersebut, barulah keluar nama unta. Akhirnya Abdul Muthalib menyembelih 100 ekor unta yang kemudian dibagikan kepada warga.
Dari sinilah berlaku ketentuan diyat (tebusan) bagi seorang pembunuh yang tidak diqishas maka diwajibkan untuk membayar diyat yang berjumlah atau senilai dengan 100 ekor unta.
Saksikan Video Pilihan ini:
Kilas Balik Kisah Nabi Ismail AS
Berbicara tentang kisah Nabi Ismail AS tak bisa dilepaskan dari Nabi Ibrahim AS yang merupakan ayah kandungnya, terutama kisah yang berkaitan dengan munculnya Hari Raya Kurban (idul adha). Adanya kisah dari Nabi Ismail AS dan Nabi Ibrahim AS menunjukkan bahwa betapa besarnya rasa cinta rasa cinta anak kepada anaknya.
Pada saat Nabi Ibrahim sedang beristirahat selepas beliau berdakwah, setelah melakukan perjalanan jauh ia beristirahat di Masy’aril Haram (sekarang Musdalifah). Nabi Ibrahim AS yang tertidur pulas mendapatkan mimpi berupa perintah untuk menyembelih putranya, Ismail sebagai kurban kepada Allah.
Setelah mendapatkan mimpi itu, Nabi Ibrahim AS segera terbangun dari tidurnya dan berpikir sangat lama sambil berusaha mengartikan maksud dari mimpi menyembelih putranya. Hingga sampai pagi hari, Nabi Ibrahim AS tidak bisa memejamkan matanya, kemudian beliau ingin sekali bercerita kepada istri dan putranya, tetapi takut menambah rasa cemas dan khawatir kepada istrinya dan putranya.Hati Nabi Ibrahim AS pun mulai merasa resah dan gelisah, sehingga beliau mengambil air wudhu dan shalat.
Setelah dua kali bermimpi berupa perintah untuk menyembelih, Nabi Ibrahim AS masih menerima untuk menyembelih putranya yang ketiga kali. Pada mimpi ketiga itu, Nabi Ibrahim AS mulai yakin bahwa perintah untuk menyembelih itu merupakan perintah dari Allah. Setelah berpikir panjang dan penuh dengan keyakinan, Nabi Ibrahim AS tetap akan menyembelih putranya, Ismail walaupun setan sudah menggodanya bahwa perintah itu adalah salah.
Ketika Nabi Ibrahim AS ingin melaksanakan perintah Allah, kemudian datanglah malaikat Jibril yang diutus oleh Allah untuk mencegah agar proses penyembelihan itu tidak terjadi. Setelah itu, malaikat Jibril mengganti Ismail dengan seekor kambing dan memerintahkan kepada Nabi Ibrahim AS, “Untuk menjadikan hari ini sebagai hari raya bagi kalian berdua dan sedekahkanlah sebagian dari daging kambing itu kepada fakir miskin.”
Advertisement
Makna Kisah
Kisah tentang perintah untuk menyembelih Ismail ini terkandung di dalam Al-Qur'an Surat As-Shaffat ayat 102-107, yang artinya:
"Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab, Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar".
Dari dua kisah di atas ternyata yang dimaksud oleh Nabi Muhammad SAW bahwa ia adalah anak dari dua orang yang akan disembelih yaitu Nabi Ismail yang merupakan kakek buyutnya dan ayahandanya Abdullah bin Abdul Muthalib.
Penulis : Putry Damayanty