Liputan6.com, Cilacap - Dalam bulan Rajab, terjadi peristiwa menakjubkan yang menunjukan kemahakuasaan dan keperkasaan Allah SWT yang tiada tandingannya. Peristiwa yang dimaksud ialah Isra dan Mi’raj.
Baca Juga
Advertisement
Peristiwa maha dahsyat ini tertera dalam Al Qur’an Surat Al Isra ayat 1:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ.
"Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."
Peristiwa Isra Miraj ini terjadi pada 27 Rajab. Atas peristiwa ini, umat Islam di dunia selalu memperingati setiap tahunnya.
Selain itu, dalam kisah ini terkandung beberapa peristiwa yang menakjubkan yang jarang orang tahu perihal detailnya, seperti pembedahan dada Nabi, kendaraan secepat kilat (buraq), menembus lintas langit dan perintah langsung salat 5 waktu tanpa perantara malaikat Jibril.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Pembedahan Dada Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW sepanjang hidupnya mengalami 4 kali pembedahan di dadanya. Hal ini dilakukan sendiri oleh Malaikat Jibril. Setelah
Pertama, ketika Nabi Muhammad SAW masih berusia 4 tahun. Waktu itu beliau masih tinggal bersama ibu susunya halimah as-Sa’diyah.
Kedua, saat usianya menginjak 10 tahun. Pembelahan ini berkaitan dengan usia beliau yang mendekati taklif (mukallaf) agar tumbuh menjadi pemuda yang sempurna.
Ketiga, saat Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama kali dan diangkat menjadi Nabi. Hikmah di balik pembelahan ini agar Nabi Muhammad mampu menerima cahaya wahyu dengan hati bersih dan jernih.
Keempat, ketika peristiwa Isra Mi’raj. Hal ini sesuai dengan salah satu hadits Nabi SAW berikut ini
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ أَبُو ذَرٍّ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فُرِجَ عَنْ سَقْفِ بَيْتِي وَأَنَا بِمَكَّةَ فَنَزَلَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَرَجَ صَدْرِي ثُمَّ غَسَلَهُ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ جَاءَ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مُمْتَلِئٍ حِكْمَةً وَإِيمَانًا فَأَفْرَغَهُ فِي صَدْرِي ثُمَّ أَطْبَقَهُ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَعَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا
“Dari Anas bin Malik RA berkata, Abu Dzar RA menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Saat aku di Makkah atap rumahku terbuka, tiba-tiba datang Malaikat Jibril alaihis salam. Lalu dia membelah dadaku kemudian mencucinya dengan menggunakan air zamzam. Dibawanya pula bejana terbuat dari emas berisi hikmah dan iman, lalu dituangnya ke dalam dadaku dan menutupnya kembali. Lalu dia memegang tanganku dan membawaku menuju langit dunia.“
Advertisement
Kendaraan yang Larinya Secepat Cahaya atau Kilat
Secara etimologi, berdasarkan pendapat para ahli bahasa, kata Buraq merupakan turunan dari kata Bariq, yang artinya kilauan atau cahaya. Ada pula yang menyebut buraq itu berasal dari kata barq yang artinya kilat.
Terlepas dari perbedaaan asal muasal kata buraq ini, namun semuanya menunjukkan bahwa kendaraan yang dipakai Nabi SAW sewaktu Isra dan Mi’raj mempu berlari secepat kilat atau secepat cahaya.
Berdasarkan keterangan dari beberapa hadis Nabi SAW, Buraq merupakan jenis hewan berwarna putih yang ciri-cirinya yaitu tunggangan lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari baghal (peranakan hasil perkawinan antara kuda dengan keledai).
Ciri lainnya yakni langkah kakinya sejauh ujung pandangan, sehingga kecepatan larinya dalam satu hentakan itu sejauh mata memandang.
Kemudian, bisa diikat sebagaimana layaknya hewan tunggangan. Namun perihal jenis kelaminnya, laki-laki atau perempuan, bersayap, dan lain sebaginya tidak ada keterangan yang jelas.
Menembus Lintas Langit dan Sidratul Muntaha
Mengutip laman NU, Nabi Muhammad SAW Pergi dari Masjidil Haram menuju Masjid Al-Aqsha menggunakan Buraq, ketika telah sampai di Masjid Al-Aqsha Nabi terlebih dahulu shalat dua rakaat bersama seluruh nabi dan rasul terdahulu beserta malaikat-malaikat yang diimami beliau sendiri.
Ketika telah selesai, Nabi Muhammad SAW diajak naik oleh malaikat Jibril ke langit pertama, di sana Beliau disambut manusia pertama yaitu Nabi Adam alaihissalam beliau mengucapkan salam kepada Nabi dan malaikat Jibril, di langit kedua Rasulullah Muhammad SAW disambut oleh Nabi Yahya dan Nabi Isa alaihimassalam di langit ketiga Nabi SAW sambut Nabi Yusuf alaihissalam.
Selanjutnya di langit keempat Rasulullah Muhammad SAW disambut manusia yang pertama kali menulis menggunakan pena dan menjahit pakaian yaitu Nabi Idris alaihissalam, di langit kelima Rasulullah SAW disambut oleh Nabi Harun alaihissalam, di langit keenam Beliau disambut oleh Nabi Musa alaihissalam, dan di langit ke tujuh beliau disambut oleh Nabi Ibrahim alaihissalam yang sedang bersandar di Baitul Ma’mur, suatu tempat di langit ketujuh yang setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat.
Ketika telah sampai di langit ketujuh, Nabi SAW ingin naik satu tingkatan langit lagi akan tetapi malaikat Jibril tidak bisa mengantarkan lebih dari batasan itu karena nantinya ia akan terbakar oleh Nur nya Allah SWT yang sangat terang.
Lalu naiklah Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha dan di sanalah Allah SWT mewajibkan sholat lima puluh waktu dalam sehari semalam kepada umat Muhammad SAW.
Sidratul Muntaha adalah sebuah pohon besar yang berada di langit ketujuh. Ia adalah pemisah. Disebut muntaha (akhir) karena ia merupakan batas akhir dari sebuah perjalanan. Tidak ada satu makhluk pun yang pernah melewatinya kecuali Rasulullah SAW
Advertisement
Perintah Langsung Shalat 5 Waktu Tanpa Perantara Jibril
Puncak dari peristiwa Isra dan Mi’raj yakni perintah salat 5 waktu. Sebelumnya perintah salat bagi umat Rasulullah SAW sebanyak 50 rakaat.
Yang menakjubkan dari risalah salat 5 waktu ini yakni Allah SWT memanggil langsung untuk bertemu dengan-Nya. Tidak sebagaimana risalah-risalah yang lain. Sehingga karena begitu pentingnya Salat ini untuk menyampaikan risalah ini, Allah SWT tidak melalui perantara malaikat Jibril.
Awalnya perintah salat bukan hanya 5 waktu, melainkan 50 waktu dalam sehari semalam. Akan tetapi, hal ini diperingatkan oleh nabi Musa AS untuk memohon keringanan kepada Allah SWT. Hal ini menjadi pertimbangan akan kemampuan umat Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT mengabulkan permohonan Nabi Muhammad SAW, sehingga umat Islam hanya melaksanakan salat wajib 5 waktu dalam sehari semalam, yaitu: Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib dan Isya.
Penulis: Khazim Mahrur