Lempar Jumroh dan Simbol Permusuhan Abadi Manusia dan Setan

Jamaah akan mulai melakukan rangkaian ibadah haji musim haji 2023 ini. Salah satu ritual yang ikonik adalah lempar jumroh atau lontar jamrah

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2023, 16:30 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2023, 16:30 WIB
Melihat Lebih Dekat Jemaah Haji Lempar Jumrah di Mina
Suasana jemaah haji melempar jumrah di Mina, dekat kota suci Makkah, Arab Saudi (11/8/2019). Batu-batu yang dilemparkan diambil dari hamparan Muzdalifah. (AP Photo/Amr Nabil)

Liputan6.com, Jakarta - Jamaah akan mulai melakukan rangkaian ibadah haji musim haji 2023 ini. Salah satu ritual yang ikonik adalah lempar jumroh atau lontar jamrah.

Ini adalah simbol permusuhan manusia dan setan. Lemparan kerikil batu itu menunjukkan perlawanan manusia terhadap setan.

Permusuhan manusia terhadap setan itu telah dimulai sejak Nabi Adam AS diciptakan. Bagaimana tidak, dengan liciknya, iblis menggoda Nabi Adam dan Hawa agar mendekati buah khuldi.

Jejak muslihat setan berlanjut pada masa-masa setelahnya. Manusia-manusia mulia dan saleh tak luput dari godaan setan. Itu termasuk, Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.

Seperti dilansir dari kemenag.go.id, Mina adalah tempat Nabi Ibrahim AS melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail AS. Sebelum mereka sampai di tempat yang dituju, tiba-tiba Iblis datang dalam wujud manusia menggoda Nabi Ibrahim AS agar menghentikan niatnya tersebut.

Namun, dengan penuh keyakinan dan ketakwaan kepada Allah SWT, Ibrahim AS tetap melaksanakan perintah itu. Ia tahu tujuan iblis pada hakikatnya adalah untuk mengajak melanggar perintah Allah. Karena itu, Nabi Ibrahim kemudian mengambil tujuh batu kerikil dan melemparnya ke Iblis. Inilah yang disebut Jumrah Ūlā.

Tak berhasil memengaruhi Ibrahim AS, Iblis lalu datang membujuk Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim. Iblis memengaruhi Hajar dengan perhitungan, seorang ibu pasti tak akan sampai hati membiarkan buah hatinya disembelih. Tapi Hajar menolak dan melempari Iblis dengan batu kerikil. Lokasi pelemparan Hajar itu kemudian dijadikan tempat melempar Jamrah Wusta.

Langkah Iblis tidak berhenti di situ. Dia beralih kepada Ismail AS, putra Ibrahim-Hajar, yang dianggapnya masih memiliki keimanan dan ketakwaan yang rapuh. Tapi Ismail ternyata juga menunjukkan perlawanan. Ia kukuh memegang keimanannya dan yakin dengan sepenuh hati akan perintah Allah SWT.

Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail lalu bersama-sama melempari Iblis dengan batu kerikil, yang kemudian diabadikan menjadi lemparan Jamrah Aqabah. Allah SWT pun memuji upaya Nabi Ibrahim dan keluarganya karena dianggap berhasil menghadapi ujian.

Al-Qur’an menceritakan ikrar Iblis yang dinilai sesat dan dilaknat oleh Allah SWT setelah menolak perintah untuk bersujud kepada Adam AS dan minta diberi kesempatan hidup hingga manusia dibangkitkan pada hari kiamat. Allah SWT berfirman:

.قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَإِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ

Artinya: Ia (Iblis) berkata, “Ya Tuhanku”, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, [39] kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka [40]’’. Al-Hijr [15]:39-40.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Perlawanan Terhadap Setan

FOTO: Jemaah Haji Terapkan Jaga Jarak Saat Lontar Jumrah
Jemaah haji melangsungkan lontar jumrah dengan menerapkan jaga jarak aman untuk menghindari penularan COVID-19 di Mina, Arab Saudi, Jumat (31/7/2020). Ritual melempar batu ke pilar ini menjadi simbol merajam setan. (AP Photo)

Melontar jamrah atau jumroh mengingatkan jemaah haji bahwa Iblis senantiasa berusaha menghalangi menusia melakukan kebaikan. Nabi Muhammad SAW mengingatkan: ‘’Sesungguhnya setan mengalir pada manusia di tempat darah mengalir dalam dirinya.’’ (HR. Bukhari, Muslim dan Abi Daud).

Inilah simbol perlawanan sepanjang umur manusia terhadap setan. Melontar jamrah adalah simbol kutukan kepada unsur kejahatan yang sering membinasakan manusia. Melontar juga mengisyaratkan tekad kuat untuk tidak lagi melakukan aktivitas yang mendatangkan bahaya kepada diri sendiri dan masyarakat.

Lemparan jamrah harus dilakukan dengan benda padat berupa kerikil, tidak boleh dengan benda cair atau benda lembek. Lemparan tidak cukup sekali, tapi tujuh kali dan harus mengenai sasaran.

Ini artinya perlawanan terhadap setan dan sifat-sifatnya harus dilakukan secara ulet dan sekuat tenaga. Sifat-sifat syaitaniyah yang cenderung destruktif harus dikeluarkan, dilemparkan, dan dibuang sekuat tenaga dari dalam diri manusia. Proses mengeluarkan dan melemparnya harus dipastikan tepat agar tidak salah sasaran dan dilakukan dengan niat yang kokoh, berulang kali, terus-menerus hingga kejahatan benarbenar sirna dari dalam diri manusia.

Setan tidak akan pernah berhenti menggoda manusia dan godaannya tidak mudah dirasakan. Karena itu, hanya orang-orang yang hidup ikhlas sajalah yang akan mampu menanggulangi godaan setan itu. Nabi Ibrahim AS selamat dari godaan Iblis karena keikhlasannya menjalani hidup untuk menaati perintah-perintah Allah SWT meskipun menghadapi ujian sangat berat untuk menyembelih putranya, Ismail AS.

Melontar jamarat pada intinya memiliki hikmah yang sangat besar, sebagai lambang melempar Iblis yang dilaknat oleh Allah SWT, yang kemudian dikenal dengan: Jamrah Ūlā (Sughra), Jamrah Wusta (Tsaniyah), dan Jamrah Aqabah (Kubra).

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya