Lionel Messi dan Hukum Mengidolakan Pesepakbola Nonmuslim dalam Islam

Terlepas dari kabar batalnya Messi ke Indonesia, diakui bahwa penggemar La Pulga ada di mana-mana. Bahkan, tak sedikit juga penggemarnya dari kalangan muslim. Lantas, apakah orang Islam boleh mengidolakan pesepakbola nonmuslim?

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 17 Jun 2023, 02:00 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2023, 02:00 WIB
Timnas Argentina - Lionel Messi
Timnas Argentina - Lionel Messi (Bola.com/Adreanus Titus)

Liputan6.com, Jakarta - Timnas Indonesia akan menjamu Argentina pada laga FIFA Matchday Juni 2023. Pertandingan melawan juara Piala Dunia 2022 itu akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta pada 19 Juni 2023.

Laga Indonesia melawan Argentina sudah dinantikan oleh jutaan penggemar sepak bola Tanah Air. Bagaimana tidak, pertandingan ini menjadi sejarah karena tim Merah Putih berkesempatan melawan salah satu timnas terbaik dan tersukses dunia.

Tim asuhan Shin Tae-yong saat ini berada di peringkat 149 dunia. Sementara La Albicelestes -julukan Timnas Argentina- menempati peringkat 1 dunia.

Selain laga melawan juara Piala Dunia 2022, sebenarnya ada satu hal yang sangat dinantikan oleh penggemar sepak bola Tanah Air. Adalah kehadiran mega bintang Lionel Messi.

Kedatangan Lionel Messi untuk merumput di SUGBK saat melawan skuad Garuda sangat dinantikan para fansnya. Namun, baru-baru ini muncul kabar peraih tujuh Ballon d’Or itu tidak akan masuk skuad Tim Tango saat melawan Merah Putih.

“Leo Messi, Angel Di Maria, dan Nicolas Otamendi tidak akan pergi ke Indonesia,” kata jurnalis Argentina yang mengikuti Asian Tour tim Albiceleste, Gaston Edul di cuitan Twitter pribadinya, dikutip dari Bola.com, Jumat (16/6/2023).

Ketidakhadiran Messi pada laga Fifa Matchday Indonesia vs Argentina memang seperti sayur tanpa garam, hambar. Hingga kini para fans masih berharap idolanya terbang ke Indonesia dan bermain untuk Tim Tango dalam laga melawan Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Bolehkah Mengidolakan Pesepakbola Nonmuslim?

Argentina Vs Australia di China
Argentina sukses mengalahkan Australia dengan skor 2-0 pada FIFA Matchday yang digelar di China. Lionel Messi bermain penuh pada laga ini. Messi bahkan ikut mencetak gol kemenangan Tim Tango. (AP Photo/Andy Wong)

Terlepas dari kabar batalnya Messi ke Indonesia, diakui bahwa penggemar La Pulga ada di mana-mana. Bahkan, tak sedikit juga penggemarnya dari kalangan muslim. Lantas, apakah orang Islam boleh mengidolakan pesepakbola nonmuslim?

Mengutip NU Online, dalil-dalil yang menyebut larangan perihal kedekatan khusus (muwalah) umat Islam dan nonmuslim terutama kafir harbi banyak ditemukan dalam ayat Al-Qur’an. Misalnya, surat Ali Imran ayat 28 dan ayat 118, dan surat Al-Maidah ayat 51 untuk menyebut sebagian.

Selain ayat yang melarang di atas, ada juga ayat Al-Qur’an yang menerangkan kebolehan hubungan umat Islam dengan nonmuslim seperti surat Al-Mumtahanah ayat 8. Bahkan, dalam surat Luqman ayat 15 umat Islam dianjurkan untuk memperlakukan orang tua dan kerabatnya yang nonmuslim dengan perlakuan yang baik.

Hukum Mengidolakan Pesepakbola Nonmuslim

Argentina Menang Dramatis Lawan Prancis di Final Piala Dunia 2022
Pemain Argentina Lionel Messi merayakan gol saat melawan Prancis pada pertandingan sepak bola final Piala Dunia 2022 di Stadion Lusail, Lusail, Qatar, 18 Desember 2022. Bermain imbang 3-3 selama 120 menit, Prancis akhirnya tumbang 2-4 dari Argentina dalam drama adu penalti. (AP Photo/Petr David Josek)

Pada dasarnya tidak ada hukum tunggal untuk hubungan umat Islam dan nonmuslim karena menimbang hubungan kedekatan seperti apa. Karena tidak ada hukum tunggal, ulama misalnya Abu Hafash Umar bin Ali Ad-Dimasyqi Al-Hanbali dalam karya tafsirnya Al-Lubab fi Ulumil Kitab menyebut tiga jenis hubungan kedekatan (muwalat) umat Islam dan nonmuslim.

  موالاة الكافر تنقسم ثلاثة أقسامٍ الأول أن يَرْضَى بكفره، ويُصَوِّبَه، ويواليَه لأجْلِه، فهذا كافر؛ لأنه راضٍ بالكفر ومُصَوِّبٌ له الثاني المعاشرةُ الجميلةُ بحَسَب الظاهر، وذلك غير ممنوع منه الثالث الموالاة، بمعنى الركون إليهم، والمعونة، والنُّصْرة، إما بسبب القرابة، وإما بسبب المحبة مع اعتقاد أن دينَه باطل فهذا منهيٌّ عنه ، ولا يوجب الكفر؛ لأنه بهذا المعنى قد يجره إلى استحسان طريقِه ، والرِّضَى بدينه، وذلك يخرجه عن الإسلام، ولذلك هدد الله بهذه الآية فقال وَمَن يَفْعَلْ ذلك فَلَيْسَ مِنَ الله فِي شَيْءٍ   

Artinya: “Menjadikan orang kafir sebagai teman dekat (wali, pemimpin, pengayom, pelindung) terbagi tiga: pertama, meridhai dan membenarkan kekufurannya serta menjadikannya sebagai wali karena kekufurannya, maka ia menjadi kafir karena meridhai dan membenarkan kekufuran.  Kedua, interaksi yang baik secara lahiriah, maka ini tidak dilarang dalam agama. 

Ketiga, menjadikan orang kafir sebagai wali dalam arti bersandar, menolong, dan membantunya karena faktor kekerabatan atau kasih sayang dengan tetap meyakini agama orang kafir tersebut adalah kebatilan. Maka ini tetap dilarang dalam agama meski tidak menyebabkan kekufuran karena tindakan seperti ini dapat mengantarnya pada simpati pada jalan hidup kekufuran dan meridhai agama kufur tersebut. Pada gilirannya ini berpotensi mengeluarkannya dari Islam. 

Oleh karenanya Allah memperingatkan tindakan ketiga ini dengan Surat Ali Imran ayat 28, ‘Barang siapa berbuat demikian, dia tidak akan memperoleh apapun dari Allah.’” (Abu Hafash Umar bin Ali Ad-Dimasyqi Al-Hanbali, Al-Lubab fi Ulumil Kitab, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1998 M/1419 H], juz V, halaman 143).

Dalam konteks mengidolakan Lionel Messi atau pesepakbola nonmuslim lainnya, hubungan kedekatan dengan mereka ada pada jenis kedua, yaitu muasyarah jamilah atau interaksi lahiriah yang baik, di mana kita memandang pemain dan klub sepak bola dunia dari sudut pandang kepiawaian, skill, keterampilan, cantiknya permainan mereka baik secara individu dan kolektif di lapangan.  

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mengidolakan, mendukung atau menjadi suporter pemain sepak bola nonmuslim seperti Lionel Messi tidak dilarang dalam syariat Islam (ghairu mamnu') karena masuk ke dalam hubungan muasyarah jamilah atau interaksi sosial yang baik (estetik) dengan menikmati permainan mereka terlepas kemudian menang atau kalah di lapangan. Wallahu’alam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya