Biografi dan Kisah Karomah Habib Abu Bakar Assegaf Gresik yang Dijuluki Al Qutb

Habib Abu Bakar Assegaf memiliki nama lengkap Abu Bakar bin Muhammad bin Umar Assegaf. Putra Habib Muhammad bin Umar ini lahir di Besuki, Situbondo, Jawa Timur pada 6 Dzulhijah 1285 H yang bertepatan pada 30 Maret 1869.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 05 Jul 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2023, 18:30 WIB
Habib Abu Bakar Assegaf Gresik
Habib Abu Bakar Assegaf Gresik (nugresik.or.id)

Liputan6.com, Gresik - Haul Akbar Habib Abu Bakar Assegaf ke-68 dilaksanakan di Masjid Jami’ Gresik, Jalan KH Wachid Hasyim, Pekauman. Haul digelar selama dua hari yakni pada 16-17 Dzulhijah 1444 H/5-6 Juli 2023.

Pada momentum haul, mari mengenal lebih dalam tentang Habib Abu Bakar Assegaf Gresik. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini Liputan6.com ulas biografi Habib Abu Bakar Assegaf yang merupakan salah satu ulama dan tokoh penyebar Islam di Gresik, Jawa Timur.

Habib Abu Bakar Assegaf memiliki nama lengkap Abu Bakar bin Muhammad bin Umar Assegaf. Putra Habib Muhammad bin Umar ini lahir di Besuki, Situbondo, Jawa Timur pada 6 Dzulhijah 1285 H yang bertepatan pada 30 Maret 1869.

Ia bersama ayahnya pindah ke Kota Gresik. Tak lama kemudian, sang ayah wafat saat Habib Abu Bakar berusia dua tahun. Habib Abu Bakar menjadi seorang yatim sejak kecil. Meski tak diasuh langsung oleh sang ayah, Habib Abu Bakar tumbuh besar dalam asuhan dan penjagaan yang sempurna. 

Bakat kewalian dan kecintaannya terhadap ilmu sudah terlihat sejak ia berusia tiga tahun. Bahkan, di usianya yang terbilang masih kecil ia mampu mengingat peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Pendidikan Habib Abu Bakar Assegaf

Mengutip Laduni.id, pada 1293 H saat usianya menginjak 8 tahun, Habib Abu bakar berangkat ke Hadramaut, Yaman untuk menimba ilmu di sana. Belajar ke Tanah Para Waliyullah itu merupakan permintaan nenek dari pihak ibunya, Fathimah binti Abdullah 'Allan. 

Selama di Hadramaut, Habib Abu Bakar berguru ke beberapa ulama terkemuka seperti Habib Abdullah bin Umar Assegaf (pamannya), Habib Syeikh bin Umar bin Segaf Assegaf, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (penulis Maulid Simtudduror), Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur (mufti di Hadramaut pada zaman itu), dan lainnya.

Selain berguru, Habib Abu Bakar gemar berziarah mengunjungi makam para ulama salaf. Kebiasaan itu terus dilakukan hingga beranjak dewasa. Baginya, ulama salaf mendapatkan kedudukan yang tinggi karena selalu memanfaatkan waktunya untuk belajar, beribadah, dan bermunajat kepada Allah SWT.

Bertahun-tahun belajar di Hadramaut, Habib Abu Bakar pulang ke Indonesia pada 1302 H dengan ditemani Habib Alwi bin Segaf Assegaf. Ia sempat menetap di Besuki untuk memperdalam ilmu agama yang diperoleh dari Hadramaut. 

Selama tiga tahun ia habiskan waktunya di Besuki. Pada 1305 H ia berpindah ke Gresik di usia 20 tahun. Selama berpindah ke Gresik Habib Bakar mengunjungi para ulama dan auliya zaman itu. Ia belajar, meminta ijazah, atau berkah kepada para ulama salaf pada zaman itu.

Di antara ulama salaf tersebut adalah Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas Empang Bogor, Habib Abdullah bin Ali  al-Haddad Bangil, Habib Ahmad bin Abdullah al-Attas Pekalongan, Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya Surabaya, dan masih banyak lagi.

Kewalian dan Dakwah Habib Abu Bakar Assegaf

Setelah bertahun-tahun menimba ilmu agama, Habib Abu Bakar kerap didatangi orang-orang dari berbagai penjuru. Rumahnya tak pernah sepi dari tamu dengan bermacam-macam tujuan. Ada yang sekadar berkunjung, meminta doa, bahkan meminta solusi melalui Habib Abu Bakar.

Habib Abu Bakar pernah melakukan khalwat selama kurang lebih 15 tahun. Khalwat adalah aktivitas menyepi meninggalkan duniawi dan hanya beribadah kepada Allah SWT.

Setelah itu, kewalian Habib Abu Bakar tak diragukan lagi. Bahkan, para ulama lainya telah membuktikan kewalian Habib Abu Bakar yang berada di tingkatan tertinggi dari para wali lainnya. Bahkan, Habib Abu Bakar pernah bertemu Rasulullah SAW secara langsung. Karena kewaliannya, Habib Abu Bakar mendapat julukan Al Qutb atau pimpinan para wali.

“Benar adanya bahwa saudaraku Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah sebuah  mutiara  dari  keluarga  Assegaf,  keluarga  yang  memiliki derajat paling tinggi di antara lainnya,” kata Habib Muhammad Al-Muhdhor, dikutip dari Laduni.id.

“Habib Abu Bakar adalah  raja  dari  para  Auliya’,  barang  siapa  yang  memandang Habib Abu Bakar terhitung ibadah,” kata Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang Jakarta sambil berlinangan air mata di depan semua orang.

Sebagai jalan dakwah, Habib Abu Bakar mendirikan Majelis Rouhah. Majelis taklim ini adalah majelis pertama kali yang berdiri di Gresik. Majelis ini kerap didatangi oleh jemaah dari berbagai penjuru, mulai dari Surabaya, Pasuruan, Jakarta, bahkan sampai luar negeri.

Habib Abu Bakar mengisi majelis ini dengan kajian-kajian kitab karangan ulama salaf atau ulama terdahulu. Kegiatan majelis diadakan di rumahnya pada pagi dan sore hari.

Karomah Habib Abu Bakar Assegaf

Sebagai seorang wali Allah, Habib Abu Bakar Assegaf memiliki karomah atas izin Allah SWT. Salah satunya menemukan anak pejabat yang hilang diikat di atas pohon oleh jin.

Dikisahkan, datang seorang pejabat yang sedang mencari anaknya yang sudah lama hilang. Pejabat tersebut mendatangi Habib Abu Bakar saat ada pengajian di Masjid Jami'. Pejabat itu berniat menanyakan keberadaan anaknya yang hilang tersebut.

“Anak itu sudah melakukan suatu kesalahan yang sangat besar, sekarang posisinya diikat di atas pohon oleh Jin penunggu pohon besar di tengah jalan,” kata Habib Abu Bakar. 

Pejabat tersebut memohon kepada Habib Abu Bakar agar putranya diselamatkan. Kemudian habib mengajak para jemaah dan penduduk mendatangi pohon besar itu.

"Hai Jin penunggu pohon besar lepaskan anak itu cepat!” pinta habib.

Seketika itu juga anak pejabat itu terlihat di rantai di pohon besar dengan sebelahnya api panas. Semua Mata melihat dengan takut dan kagum, Habib Abu Bakar bisa memperlihatkan dunia jin di siang bolong.

Jin itu menjawab,"Iya Habib, karena kemuliaanmu aku lepaskan anak itu sekarang dan aku kembalikan ke Alam kalian (manusia).”

Sekarang pohon itu sudah di tebang untuk dijadikan jalur jalan turun menuju ke arah makam Syekh Maulana Ibrahim.

Karomah lain, suatu hari ada tetangga Habib Abu Bakar sedang berangkat Haji dengan menaiki kapal milik Belanda. Sang tetangga meminta habib agar mendoakan kelancaran hajinya. 

Saat dalam perjalanan, kapal yang dinaiki oleh tetangganya tersebut terjadi badai dan ombak besar. Kemudian  kapal  yang  dinaikinya  terombang-ambing.  Seketika  orang Belanda  meminta  orang-orang  untuk  berdoa  pada  Tuhannya.  Sementar, tetangga Habib Abu Bakar berdoa dan bertawassul pada Habib Abu Bakar.

Tiba-tiba Habib Abu Bakar muncul dari dalam laut  dengan berpakaian lengkap layaknya beliau sedang berada di majelis. Kemudian Habib Abu Bakar mengusap  kapal  tersebut,  seketika  ombak  langsung berhenti. 

Sepulangnya dari haji, tetangganya langsung menemui Habib Abu Bakar ke rumahnya untuk berterima kasih atas kejadian badai waktu itu. Akan  tetapi, habib malah menyuruh tetangganya untuk pulang seraya berkata, “Diam jangan diberi tahu orang lain, kalau saya sudah wafat baru boleh kau beri tahu orang lain.”

Habib Abu Bakar Assegaf Wafat

Habib Abu Bakar Assegaf wafat pada malam Senin tanggal 17 Dzulhijah 1367 H atau 15 Juli 1957 dalam usia 91 tahun. Menjelang wafatnya, habib berpuasa selama 15 hari dan sering berkata, “Aku merasa bahagia akan berjumpa dengan Allah SWT.”

Habib Abu bakar dimakamkan di sebelah Masjid Jami’ Gresik. Makamnya bersanding dengan makam guru beliau, Habib Alwi bin Muhammad Hasyim Assegaf.

Perjalanan dakwahnya dilanjutkan oleh para putranya, yakni Habib Ali bin Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Habib Segaf bin Abu Bakar bin Muhammad Assegaf. 

Itulah sepenggal kisah hidup Habib Abu Bakar Assegaf Gresik. Semoga dapat mengambil hikmahnya. Wallahu’alam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya