Liputan6.com, Jakarta - Menunaikan ibadah haji ke Baitullah adalah impian setiap orang Islam. Meskipun dalam kenyataannya tidak semua muslim bisa ke Tanah Suci untuk menyempurnakan Rukun Islam.
Ibadah haji dapat dilaksanakan bagi orang yang mampu. Mampu di sini bukan berarti dinisbatkan kepada kaya. Orang yang hidupnya pas-pasan selama memiliki kemauan yang tinggi ditambah dekat dengan orang-orang saleh juga bisa menunaikan haji.
Hal tersebut seperti kisah sepasang suami istri (pasutri) yang ingin berangkat haji, tapi terkendala di biaya. Mencukupi kebutuhan sehari-harinya dari hasil tani saja sudah sangat bersyukur bagi mereka.
Advertisement
Baca Juga
Memiliki tekad dan kemauan pergi haji sangat tinggi, sang istri meminta suami untuk sowan ke Syaikhona Kholil Bangkalan. Mereka ingin mendapat barokah dari ulama kharismatik asal Madura itu agar bisa berangkat haji.
Setelah sampai di kediamannya Mbah Kholil, sang suami mengutarakan hajatnya ingin menunaikan haji ke Tanah Suci.
“Kiai saya minta barokahnya agar bisa ke Makkah,” tuturnya dikutip dari situs Ponpes Syaichona Moh. Cholil, Kamis (10/8/2023).
Mendengar keinginan orang tersebut, Mbah Kholil bergumam, “Kalau dipikir-pikir naik haji itu harus dengan uang.”
Saksikan Video Pilihan Ini:
Paku Bengkok
Kemudian Mbah Kholil pergi ke kamarnya. Ia mencari sesuatu untuk diberikan kepada orang tersebut. Namun, Mbah Kholil tidak menemukan sesuatu di kamarnya. Hanya ada paku bengkok yang biasa digunakan untuk menggantung bajunya.
Tanpa pikir panjang, Mbah Kholil mencabut paku tersebut dan diberikan kepada orang tadi. Sebelum diberikan, Mbah Kholil meminta orang tersebut menghabiskan hidangan yang disuguhkan.
“Ini genggam dan bawa pulang jangan kamu buka sebelum sampai ke rumahmu,” kata Mbah Kholil setelah tamunya menghabiskan hidangan yang ia suguhkan.
Orang tersebut senang dan pulang ke rumahnya. Ia mengira yang diberikan Mbah Kholil itu adalah mutiara atau sebatang emas yang bisa jadi modal untuk pergi haji.
Sesampainya di rumah, suami itu kaget bukan main. Sebab, yang ia genggam selama perjalanan dari dalem Mbah Kholil ke rumahnya ternyata hanya sebatang paku bengkok. Berhubung paku tersebut diberikan Mbah Kholil, ia memutuskan untuk menyimpannya.
Beberapa hari kemudian, sang suami melihat ada kapal bersandar yang digeromboli banyak orang. Dia mendekat dan bertanya apa yang sedang terjadi. Ternyata, kapal milik Amerika yang bersandar itu diakibatkan kunci peti harta simpanan mereka jatuh ke laut dan tidak ada satu pun yang menemukannya.
Alhasil, orang Amerika itu mengadakan sayembara. “Barang siapa yang bisa membuka peti ini maka separuh dari isinya boleh diambil,” demikian isi sayembaranya.
Advertisement
Barokah Paku Bengkok Mbah Kholil
Mendengar ada pengumuman tersebut, sang suami ingat dengan paku bengkok pemberian Mbah Kholil. Ia lari ke rumahnya dan mengambil paku tersebut. Setelah itu, balik lagi ke tempat di mana kapal milik Amerika bersandar.
Dengan penuh keyakinan, sang suami mengutarakan keinginannya untuk membuka peti mereka seraya mengeluarkan paku bengkok pemberian Mbah Kholil. Namun, sang suami itu malah ditertawakan.
“Sebagus-bagusnya kunci tidak bisa membuka peti ini apalagi paku bengkok nan karat ini,” kata yang mengadakan sayembara.
Sang suami tetap mencoba untuk membuka peti itu dengan paku bengkok Mbah Kholil. Atas izin Allah SWT dan barokahnya Mbah Kholil, paku bengkok itu mampu membuka peti dengan mudah. Melihat kejadian itu, semua orang yang melihatnya kagum pada sang suami itu.
Sesuai perjanjian, orang Amerika itu membagikan setengah dari isi petinya. Sang suami bersyukur dan bahagia. Ia pulang ke rumah dan menceritakan kepada istrinya. Akhirnya, dengan uang pemberian orang Amerika pasutri itu bisa pergi haji. Tak lupa, mereka mengajak Mbah Kholil untuk melaksanakan haji bersama.
Demikian kisah pasutri yang berangkat haji karena barokah Mbah Kholil Bangkalan. Dari kisah ini dapat kita ambil hikmah bahwa ketika seseorang senang dan mahabbah terhadap ulama, insya Allah keinginannya akan dimudahkan oleh Allah SWT.
Kisah ini disarikan dari situs Ponpes Syaichona Moh Cholil. Wallahu'alam.