Soal Rempang, Ketua PBNU: NU Bersama yang Lemah

Ketua PBNU Mohammad Syafi' Alielha (Savic Ali) menegaskan, keputusan Munas-Konbes NU 2023 memberikan pertimbangan kepada pemerintah ketika punya program atau agenda pembangunan harus dipersiapkan secara matang dan menggunakan pendekatan yang persuasif

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Sep 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2023, 18:30 WIB
Rempang
Gaya dialog Menteri Bahlil Lahadalia hanya searah dan tidak berubah dalam menyelesaikan kasus Rempang. Warga menyebut bukan komunikasi karena warga tak diberi kesempatan bicara. Foto: liputan6.com/ajang nurdin 

Liputan6.com, Jakarta - Konflik yang terjadi di Rempang, Galang, Batam mendapat disorot oleh berbagai pihak. Salah satunya adalah Nahdlatul Ulama (NU). 

Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas dan Konbes NU) yang digelar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, 18-19 September 2023 melahirkan sejumlah rekomendasi, salah satunya terkait keamanan warga di Pulau Rempang.

Forum Munas-Konbes NU 2023 yang dihadiri para kiai dan pengurus tingkat wilayah NU dari seluruh Indonesia ini menilai, dalam kasus yang terjadi di Rempang dan kawasan lain di Tanah Air yang berlangsung ialah perampasan hak atas tanah milik rakyat demi melancarkan proyek pembangunan. Sementara hak-hak rakyat sering dikalahkan.

Ketua PBNU Mohammad Syafi' Alielha (Savic Ali) menegaskan, keputusan Munas-Konbes NU 2023 memberikan pertimbangan kepada pemerintah ketika punya program atau agenda pembangunan harus dipersiapkan secara matang dan menggunakan pendekatan yang persuasif kepada warga.

"Saya kira dengan keputusan kemarin di Munas-Konbes NU dan sejumlah pernyataan Ketum PBNU Gus Yahya memberikan pertimbangan kepada pemerintah jangan sampai rakyat justru menjadi korban. Kita merdeka tujuannya untuk memakmurkan rakyat bukan semata tujuannya membuat proyek terkesan mewah," tutur Savic dikutip dari laman NU Online, Senin (26/9/2023).

 

NU Bersama yang Lemah

bentrok Rempang
Aparat gabungan TNI, Polri dan BP Batam memaksa masuk ke kampung adat masyarakat Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, bentorkan aparat dan warga pun tak dapat dihindai, Kamis (7/9/2023). (Liputan6.com/ Ajang Nurdin)

Secara prinsipal, kata Savic, Nahdlatul Ulama akan selalu bersama warga yang lemah karena pendekatan kemanusiaan ini penting dan jadi spirit NU. Ini sesuai dengan kaidah figih, dar'ul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih (Menghindari kerusakan didahulukan daripada melakukan kebaikan).

"NU punya figur seperti Gus Dur yang selalu mencontohkan keberpihakan kepada mereka yang lebih lemah dan itu akan menjadi pijakan NU,” ujarnya.

Penegasan yang sama disampaikan Ketua PBNU, KH Ulil Abshar Abdalla. Menurutnya, pengelolaan sumber daya alam (SDA) ini patut mendapatkan perhatian dari Nahdlatul Ulama dan NU akan selalu bersama warga Rempang. "Kita berpihak kepada masyarakat Rempang yang jadi korban kekerasan dari pihak keamanan. Kita berpihak kepada warga dan kita mendorong supaya ada dialog. Adapun langkah-langkah berikutnya nanti akan kita pikirkan lagi, yang penting kita memberikan dukungan moral kepada warga. Dukungan moral ini penting," kata Ulil Abshar Abdalla.

Lebih jauh, Ulil mengatakan sebagai ormas Islam terbesar, Nahdlatul Ulama perlu memberikan sokongan moral kepada warga di Rempang, dan mendorong kepada pemerintah untuk melakukan evaluasi dalam proyek strategis nasional (PSN) tersebut.

"(Dan) kita juga akan berusaha melalui jalur jalur yang dimungkinkan melalui kanal-kanal komunikasi untuk mendorong pemerintah menggunakan pendekatan yang lebih persuasif dan dialogis kepada warga Rempang," jelasnya.

Tim Rembulan

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya