Liputan6.com, Cilacap - Memiliki rambut hitam meskipun sudah berusia tua menjadi dambaan semua orang. Sebaliknya memilki rambut putih bagi sebagian orang menyebabkan dirinya kurang percaya diri.
Baca Juga
Profil Ning Chasna, Putri Guru Gus Iqdam dan Calon Istri Gus Sunny yang Hafal Al-Qur’an
Foto-Foto Meriahnya Seserahan Balasan Lamaran Ning Chasna Putri Gus Kautsar untuk Gus Sunny, Bikin Santri Meleleh Berjemaah
Profil Gus Sunny yang Melamar Ning Chasna Putri Gus Kaustar, Lahirnya Hari Patah Hati di Ponpes Almamater Gus Iqdam
Advertisement
Padahal memiliki rambut putih atau uban sejatinya bukan sebuah kehinaan, justru merupakan sebuah kemuliaan. Sebab rambut putih atau uban akan menjadi cahaya di hari kiamat.
Hanya saja ada beberapa orang yang merasa minder, sebab telah banyak memiliki uban. Ia merasa hal ini merupakan kekurangan dirinya yang harus ditutupi.
Beragam cara dilakukan untuk menghilangkan uban ini. Dari membeli ramuan anti uban, hingga mencabutnya. Tak sedikit pula yang berusaha menutupi uban ini dengan cara menyemir rambutnya.
Bagi yang belum terlanjur memiliki uban, ada amalan dan doa dari KH Abdul Hamid Chasbullah Tambakberas agar rambut tetap hitam meskipun usia sudah tua. Berikut ini amalan dan doanya.
Simak Video Pilihan Ini:
Mandi Menjelang Waktu Subuh
Menukil laman bahrululum.id, Modin Abidah ini sudah sepuh akan tetapi rambutnya masih hitam legam layaknya anak muda. Hal tersebut membuat Kiai Ishom penasaran, bagaimana tips atau apa yang dilakukan Modin Abidah untuk menjaga warna rambutnya.
Ternyata, Modin Abidah mengaku mendapatkan ijazah rambut hitam dari Kiai Hamid Chasbullah Tambakberas. Khasiatnya adalah untuk menjaga warna rambut agar tetap hitam bebas uban.
Ijazah dan tata cara amalan menjaga rambut hitam dari Kiai Hamid tersebut terbilang cukup sederhana.
Modin Abidah melanjutkan ceritanya bahwa Kiai Hamid dulu pernah memberikan saran dan doa kepada para santrinya.
Nasihat tersebut adalah agar para santrinya setiap kali bangun pagi menjelang subuh agar segera mandi grujugan atau menyirami tubuh mereka dengan air mulai dari kepala sampai ujung kaki dalam satu kali siraman.
Advertisement
Lafal Doa Agar Rambut Tetap Hitam
Sebelum grujugan atau mandi keramas, hendaknya membaca bacaan berikut ini yang merupakan potongan ayat dalam Surat Al-Anbiya Ayat 69:
يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
Arab-Latin: yā nāru kụnī bardaw wa salāman 'alā ibrāhīm
Artinya: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Nabi Ibrahim."
Tidak ada keterangan lebih lanjut apakah amalan rambut hitam tersebut harus diamalkan setiap hari atau bagaimana. Namun jika melihat salah satu santri Mbah Hamid yaitu Kang Wan yang rutin mandi pagi sebelum subuh, maka kemungkinan amalan tersebut dilakukan secara istiqomah.
Sekilas tentang KH Abdul Hamid Chasbullah
Menukil laman bahrul ulim.id, KH Abdul Hamid Chasbullah dilahirkan di Dusun Tambakrejo, tepatnya di Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang. Nama Ayahnya adalah KH Chasbullah Said dan Ibunya adalah Nyai Lathifah. Kiai Hamid merupakan putra kedua dari delapan bersaudara.
Nama-nama keturunan KH Chasbullah Said dan Nyai Lathifah adalah Abdul Wahab Abdul Hamid Khadijah, istri KH. Bisri Syansuri Denanyar, Jombang. Abdurrochim memperistri Nyai Mas Wardliyah Yogyakarta (keponakan KH. Ahmad Dahlan pendiri muhammadiyah).
Masa kecil kiai Hamid dihabiskan untuk mondok dari pesantren ke pesantren lainya. Pesantren yang pernah ia tempati diantaranya Pondok Pesantren Kyai Syaikhona Mohammad Kholil Bangkalan Madura Jawa Timur, Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Tebuireng dibawah asuhan KH Hasyim Asy’ari, Pesantren Krapyak Yogyakarta dibawah asuhan KH Munawwir, bahka ia adalah lulusan terbaik ilmu Al-Qur’an di pesantren Krapyak, dan kemudian ia menuntut ilmu ke Makkah Al Mukarromah.
Peran Sosial Kiai Abdul Hamid Chasbullah pernah menjadi pengurus NU dan menjabat sebagai wakil katib NU pada periode pertama, yakni tahun 1926. Kiai Hamid juga menjadi pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Induk sampai Tahun 1956 menggantikan kakaknya yaitu, KH Abdull Wahab Chasbullah yang sedang sibuk mengurus NU dan dunia perpolitikan.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement