Al-Qur’an Ungkap Teknik Menakjubkan Dzulqarnain Membangun Tembok Ya’juj dan Ma’juj

Dzulqarnain merupakan raja yang gagah dan perkasa yang berhasil menundukkan Ya’juj dan Ma’juj yang kemunculannya menjadi salah satu tanda-tanda kiamat.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Feb 2024, 03:30 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2024, 03:30 WIB
Dzulqarnain (SS: YT Teman Bercerita)
Dzulqarnain (SS: YT Teman Bercerita)

Liputan6.com, Cilacap - Berdasarkan riwayat, Dzulqarnain bukan seorang Nabi, melainkan merupakan raja yang gagah dan perkasa. Ia juga merupakan hamba Allah yang saleh.

Ia berhasil mengurung Ya’juj dan Ma’juj yang kemunculannya menjadi salah satu tanda-tanda kiamat dalam dinding atau tembok raksasa yang pembuatannya menggunakan teknik yang spektakuler.

Dzulqarnain membangun tembok raksasa ini karena karakter perusak Ya’juj Ma’juj yang banyak menyengsarakan umat manusia ketika telah dekat waktu kiamat.

Berdasarkan riwayat, kehebatannya makhluk ini melebihi Dajjal hingga diperlukan tempat pengurung yang kokoh dan kuat. Namun yang membuat penasaran teknik Dzulqarnain dalam membangun tembok raksasa ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Penjelasan Al-Qur’an tentang Dinding Kokoh Zulkarnain

Makna Surat Al Baqarah ayat 183
Ilustrasi Al-Qur’an Credit: freepik.com

Menukil tanwir.id Al-Qur’an menjelaskan perihal teknik Dzuqarnain membuat tembok pengurung Ya’juj dan Ma’juj.

Hal ini terekam dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi:96, yang berbunyi:

ءَاتُونِى زُبَرَ ٱلْحَدِيدِ حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ ٱلصَّدَفَيْنِ قَالَ ٱنفُخُوا۟ حَتَّىٰٓ إِذَا جَعَلَهُۥ نَارًا قَالَ ءَاتُونِىٓ أُفْرِغْ عَلَيْه قِطْرًا

Berilah aku potongan-potongan besi!” Hingga ketika (potongan) apabila besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia Zulkarnain berkata, “Tiuplah (api itu)!”. Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).” (QS. Al-Kahf [18]: 96)

Teknik Pengecoran

FOTO: Renovasi Tahunan Kompleks Arsitektur Kuno Istana Potala
Para pekerja mengecat tembok Istana Potala dalam rangka renovasi tahunan kompleks arsitektur kuno tersebut di Lhasa, ibu kota Daerah Otonom Tibet, China barat daya, pada 28 Oktober 2020. (Xinhua/Sun Fei)

Ayat tersebut menggambarkan teknik tertentu, tepatnya teknik pengecoran lengkap dengan bahan dasarnya.

Teknik yang digambarkan ayat tersebut memuat dua unsur atau bahan; al-ẖadîd dan qithrun, dua keadaan; sâwâ baina al-shadafaini dan nârun, serta dua proses; anfakhû dan ufrigh.

Tujuan pengecoran dalam ayat tersebut, memperoleh paduan besi-tembaga yang lebih kuat dari pada logam besi murni dan kokoh sebagai benteng pembatas. Karena bersifat teknis operasional, proses ini tidak terkait dengan keyakinan tertentu termasuk Islam.

Pengecoran logam merupakan teknik pembuatan produk melalui pencairan atau peleburan logam dalam tungku, lalu dituangkan dalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk yang diinginkan.

Tahap berikutnya adalah mengembalikan logam cair menjadi padat. Setelah tercapai cetakan disingkirkan dan dan produk logam cor digunakan untuk proses dan keperluan lebih lanjut. Isyarat Al-Qur’an tersebut, ternyata banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Di zaman modern sekarang, teknik pengecoran logam berkembang pesat dan menjadi bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.

Proses Pengecoran Logam

Pembuat Pedang
Sebuah besi dipanaskan untuk dibuat menjadi pedang oleh Lundemo di bengkelnya di New Hampton, New York, (2/3). Lundemo membuat pedang terinspirasi oleh sejarah dari unsur barat dan timur. (AP Photo/Seth Wenig)

Surat al-Kahf (18): 96 juga memuat informasi tentang proses dan kondisi logam. Proses pertama adalah pengumpulan bongkahan dan potongan besi sampai sâwâ baina al-shadafaini. Al-shadafaini adalah bentuk isim dua dari al-shadafu yang berarti dua kulit kerang. Seekor kerang memang mempunyai dua kulit yang keras, dan ketika kedua kulit ini terbuka, tampak ada celah antara dua kulit tersebut.

Baina al-shadafaini berarti celah di antara dua tempat yang kokoh, sedangkan sâwâ baina al-shadafaini adalah setinggi celah dua tempat yang kokoh. Kulit keong juga dapat dipandang sebagai dinding kokoh yang membentuk dan berfungsi sebagai cetakan dasar.

Setelah tumpukan potongan besi sama dengan ukuran cetakan, dilakukan proses pemesanan di antaranya dengan cara mengembuskan api. Proses dilakukan sampai besi mencair merah menyala, selanjutnya dituangkan tembaga cair. Inti dari proses ini adalah pemanasan sampai keadaan cair, lalu penuangan ke dalam cetakan, dan proses perpaduan melalui penuangan salah satu logam ke logam lainnya.

Proses yang dilakukan oleh Zulkarnain dalam Surah Al-Kahf tersebut, tidak lain adalah proses pengecoran (casting) logam. Pengecoran logam merupakan teknik pembuatan produk melalui pencairan atau peleburan logam dalam tungku, kemudian dituangkan dalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk yang diinginkan. Tahap berikutnya adalah mengembalikan logam cair menjadi padat. Setelah tercapai, cetakan disingkirkan dan produk logam cor digunakan untuk proses dan keperluan lebih lanjut. 

Bahan logam padat dicairkan sampai suhu titik cair. Logam yang paling banyak digunakan dalam pengecoran adalah besi. Pemanasan dengan tujuan peleburan atau pencairan logam merupakan aspek terpenting dalam proses pengecoran karena berpengaruh langsung pada kualitas produk cor. Pada proses peleburan, mula-mula muatan yang terdiri dari logam, unsur-unsur paduan, dan material lainnya dimasukkan ke tungku.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya