Persiapan dan Doa Para Ulama Sambut Ramadhan, Harus Dicontoh Agar Makin Berkah

Rasulullah SAW sangat senang ketika Ramadhan akan tiba. Demikian halnya dengan sahabat-sahabat beliau. Suka cita menyambut bulan Ramadhan ini juga dilakukan oleh ulama-ulama saleh terdahulu.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mar 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2024, 14:30 WIB
Ilustrasi ucapan, ramadhan
Ilustrasi ucapan, ramadhan. (Photo on Freepik)

Liputan6.com, Cilacap - Ramadhan 2024 sebentar lagi akan tiba. Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada Senin, 11 Maret 2024.

Sementara Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) memperkirakan 1 Ramadhan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.

Rasulullah SAW sangat senang ketika Ramadhan akan tiba. Demikian halnya dengan sahabat-sahabat beliau. Suka cita menyambut bulan Ramadhan ini juga dilakukan oleh ulama-ulama shaleh terdahulu.

Sebagaimana diketahui, bulan Ramadan ialah bulan di mana pintu-pintu surge dibuka lebar dan pintu-pintu neraka ditutup.

Dalam bulan ini potensi ibadah diterima dan dilipatgandakan sangat besar. Rasulullah SAW bersabda:

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ 

Artinya: Telah datang bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan (HR Ahmad).  

Lalu persiapan dan doa apa saja yang dilakukan oleh ulama-ulama shaleh terdahulu ketika menyambut datangnya bulan Ramadhan ini?

Simak Video Pilihan Ini:

Sikap Para Ulama dalam Menyambut Bulan Ramadhan (1-3)

Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi Ramadhan (Sumber: Pixabay.com)

Mengutip NU Online, ada beberapa sikap terpuji para ulama saleh terdahulu dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang pantas kita diteladani.

Pertama, menyambut Ramadhan dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Yahya bin Abi Katsir meriwayatkan bahwa orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:  

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

Artinya: Ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan (usia) kami berjumpa Ramadhan.

Seolah mereka juga memohon: Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadhan.

Kedua, dengan pengetahuan yang dalam. Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna. Sesuatu yang menjadi  prasyarat ibadah wajib, maka kita wajib memenuhi dan mempelajarinya.

Ilmu tentang ketentuan puasa atau yang sering disebut dengan fiqih puasa merupakan hal yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa. Pengetahuan yang utuh tentang bulan Ramadhan akan menghindarkan kita dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak bahkan membatalkan ibadah Ramadhan.

Ketiga, dengan doa. Bulan Ramadhan selain merupakan bulan karunia dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan nafsu untuk berbuat jahat, tantangan untuk menggapai kemuliaan malam Lailatul Qadar dan tantangan-tantangan lainnya. Keterbatasan manusia mengharuskannya untuk selalu berdoa agar optimis melalui bulan Ramadhan.  

Sikap Para Ulama dalam Menyambut Bulan Ramadhan (4-6)

Ilustrasi Ramadhan
Ilustrasi Ramadhan (Sumber: Pexels.com)

Keempat, dengan tekad dan perencanaan (planning) yang matang.  Orang-orang saleh terdahulu selalu merencanakan mengisi bulan Ramadhan dengan cermat dan optimis. Misalnya berapa kali dia akan mengkhatamkan membaca Al-Quran, berapa kali shalat malam, berapa banyak akan bersedekah dan memberi makan orang berpuasa, berapa kali menghadiri pengajian dan membaca buku agama.

Itulah perencanaan yang benar mengisi Ramadhan, jadi bukan hanya sekadar merencanakan menu makan dan pakaian kita untuk Ramadhan, tapi lebih diarahkan ke perencanaan yang matang untuk meningkatkan kualitas ibadah.

Kelima, persiapan ruh dan jasad. Rasulullah saw dan orang-orang saleh tidak pernah menyia-nyiakan keutamaan Ramadhan sedikitpun. Rasulullah dan para sahabat memperbanyak puasa dan bersedekah pada bulan Sya'ban sebagai latihan sekaligus tanda kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan. 

Anas bin Malik ra berkata: ketika kaum muslimin memasuki bulan Sya’ban, mereka sibuk membaca Al-Qur'an dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa.

Dengan mengondisikan diri pada bulan Sya’ban untuk berpuasa, bersedekah dan memperbanyak ibadah, kondisi ruhiyah akan meningkat, dan tubuh akan terlatih berpuasa. Maka ketika memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjutnya dapat langsung menyambut bulan Ramadhan yang mulia dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan. 

Keenam, persiapan materi. Kemudian yang harus kita perhatikan menyongsong bulan Ramadhan adalah persiapan finansial atau materi. Persiapan materi di sini tidak dimaksudkan untuk membeli kebutuhan berbuka dan sahur yang mewah dan mahal bahkan kadang terkesan berlebihan. Tapi finansial yang ditujukan untuk menopang ibadah sedekah dan infak kita. 

Bulan Ramadhan merupakan bulan muwaasah (bulan santunan, pelipur lara). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun sekedar sebiji kurma dan seteguk air. 

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya