Jawaban Cerdas Gus Baha saat Ditanya Mahasiswa Nonmuslim UGM

Gus Baha menjawab, Indonesia berdiri justru berkat dialog antar umat beragama, sehingga diputuskan yang penting adalah rakyat Indonesia berketuhanan. Sementara, atheisme dan komunisme dilarang di Indonesia.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 09 Mar 2024, 03:20 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2024, 03:20 WIB
KH. Ahmad Bahauddin (Gus Baha)
KH. Ahmad Bahauddin / Gus Baha (Instagram)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang mahasiswa nonmuslim dari Universitas Gadjah Muda (UGM) mengaku mendapat banyak wawasan baru dari ayat-ayat Al-Qur’an yang disampaikan Prof Quraish Shihab dan KH Ahmad Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) di acara dialog kebangsaan yang digelar di Grha Sabha Pramana UGM, Senin (4/3/2024) lalu. 

Menurut mahasiswa yang bernama Krisman itu, acara dialog keagamaan yang menghadirkan peserta dari berbagai latar belakang agama berbeda sangat jarang ditemukan di Indonesia. Ia memandang, dialog keagamaan seolah-olah hanya boleh dihadiri oleh orang yang berlatar agama sama.

“Nah, kira-kira mengapa sangat sulit bagi kita di negara kita ini untuk menghadirkan orang-orang dari latar belakang agama berbeda untuk hadir dalam satu dialog yang sama. Bagaimana kita bisa menyikapi fenomena tersebut?” tanyanya kepada Gus Baha, dikutip dari kanal YouTube resmi UGM, Jumat (8/3/2024).

Gus Baha menjawab, Indonesia berdiri justru berkat dialog antar umat beragama, sehingga diputuskan yang penting adalah rakyat Indonesia berketuhanan. Sementara, atheisme dan komunisme dilarang di Indonesia. 

“Jadi Mas Krisman, kalau dibilang gak pernah ada dialog, dulu ketika negara ini berdiri, itu semua tokoh agama bersepakat, termasuk saat itu ada Perindo, selain ada NU ada Perindo, itu yang ditentang atheisme, karena orang gak bertuhan itu ngeri,” kata Gus Baha.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Mengapa Harus Bertuhan?

Gus Baha (Tangkap Layar Youtube Kumparan Dakwah)
Gus Baha (Tangkap Layar Youtube Kumparan Dakwah)

Gus Baha menegaskan pentingnya bertuhan bagi masyarakat Indonesia. Sebab, orang yang tidak percaya Tuhan tidak memiliki ketakutan dalam melakukan sesuatu yang dilarang dalam norma agama.

“Misalnya kita punya anak perempuan diajak orang sama yang tidak beragama. Misalnya, berzina ya gak takut dosa, karena gak punya Tuhan. Tapi kalau yang bertuhan, sistem kebaikan, kesalahannya berlipat-lipat. Takut hukuman Tuhan, takut ini itu, sehingga kita  (pendiri bangsa) bersepakat berketuhanan,” kata Gus Baha.

Kala Rasulullah SAW Dukung Bangsa Romawi

Gus Baha (SS: YT Short @khairazzaadittaqwa)
Gus Baha (SS: YT Short @khairazzaadittaqwa)

Dalam menjawab pertanyaan mahasiswa nonsmuslim UGM itu, Gus Baha mengisahkan tentang Rasulullah SAW yang mendukung bangsa Romawi saat perang melawan Persia padahal bukan beragama Islam. Saat itu Persia tidak bertuhan, tidak memiliki kitab suci sebagaimana bangsa Romawi.

“Ketika Romawi kalah, itu Rasulullah susahnya bukan main, karena yang masih menautkan diri dengan Tuhan kalah sama yang tidak bertuhan. Ketika akhirnya Persia yang kalah yang menang Romawi, nabi ikut senang. Karena yang bertuhan mengalahkan yang tidak bertuhan,” tutur Gus Baha.

“Kenapa penting bertuhan? Karena bertuhan itu setidaknya punya aturan. Melakukan ini dosa, melakukan ini dosa. Empati sama fakir miskin ibadah. Semua agama pasti sama di tema-tema itu, sehingga berketuhanan penting sekali,” tambah Gus Baha.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya