Perjalanan Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, Pimpinan Majelis Nurul Musthofa yang Wafat Usai Sholat Dhuha

Pimpinan Majelis Nurul Musthofa, Habib Hasan bin Ja’far Assegaf meninggal dunia setelah melaksanakan sholat dhuha, Rabu (13/3/2024) dalam usia 47 tahun. Kabar duka ini disampaikan langsung adik almarhum, Habib Abdullah bin Ja’far Assegaf.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 14 Mar 2024, 00:30 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2024, 00:30 WIB
Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf
Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf

Liputan6.com, Jakarta - Pimpinan Majelis Nurul Musthofa, Habib Hasan bin Ja’far Assegaf meninggal dunia setelah melaksanakan sholat dhuha, Rabu (13/3/2024) dalam usia 47 tahun. Kabar duka ini disampaikan langsung adik almarhum, Habib Abdullah bin Ja’far Assegaf.

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Telah berpulang ke rahmatullah. Al mujahid fi sabilillah, adda'i ilallah, akhinal mahbub, Al-Habib Hasan bin Ja'far bin Umar bin Ja'far Assegaf, pimpinan Majelis Ta'lim Nurul Musthofa tadi habis menunaikan sholat dhuha jam 09.01,” kata habib Abdullah dikutip dari Instagram pribadinya @habib_abdallah-bin_jafar.

Habib Abdullah menyampaikan bagi jemaah yang ingin melakukan takziah bisa datang ke Masjid Nurul Musthofa Center, Jalan Jatimulya, Cilodong, Depok. Almarhum akan disholatkan dan dimakamkan pada Kamis (14/3/2024).

“Insya Allah akan disholatkan dan juga disemayamkan di bawah kaki ibunda beliau, yaitu Syarifah Fatmah binti Habib Hasan bin Muhsin bin Abdullah bin Muhsin Al-Attas esok hari, Kamis ba'da dzuhur di Makam Hubabah Fatmah di Masjidil Nurul Musthofa Center,” katanya.

“Sekali lagi saya keluarga besar daripada Majelis Nurul Musthofa menginformasikan kepada semuanya para pecinta Al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dan Nurul Musthofa bahwasanya  guru kita tercinta Al-Habib Hasan bin Ja’far Aassegaf tadi pagi ba'da sholat dhuha telah berpulang ke rahmatullah. Semoga beliau diberikan oleh Allah tempat yang layak bersama Rasulullah SAW,” tutup Habib Abdullah.

Untuk mengetahui sosok dan kiprahnya, berikut profil dan perjalanan dakwah Habib Hasan Ja’far Assegaf, pemimpin Majelis Nurul Musthofa yang baru saja wafat.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Profil Habib Hasan Ja’far Assegaf

Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf
Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf. (sumber: Instagram/riyadluljannah)

Habib Hasan bin bin Ja’far Assegaf adalah seorang ulama dan tokoh agama Islam yang berasal dari Indonesia. Habib Hasan bin Ja’far Assegaf biasa dipanggil dengan sebutan Habib Hasan merupakan anak sulung Habib Ja’far Assegaf yang lahir di Kramat Empang, Bogor pada tanggal 26 Februari 1977.

Habib Hasan mendapat pendidikan awal dari ayahnya. Kemudian meneruskan ke Pesantren Darul Hadits dan Darut Tauhid di Malang selama tiga tahun. Setelah itu, ia juga sempat mengambil kuliah di IAIN Sunan Ampel, Malang.

Tahun 1998, Habib Hasan membuka sekaligus memimpin Majelis Ta’lim Al-Irfan. Pengajian digelar di kediamannya, di Bogor, tepat di belakang rumah Habib Kramat Empang, Bogor.

Pada suatu malam, setelah sholat istikharah dan sebelumnya melakukan ziarah ke makam kakeknya, Habib Abdullah bin Muhsin Alattas, di Bogor, Habib Hasan bermimpi. 

“Ana bermimpi bertemu Habib Kuncung (Habib Ahmad bin Alwi Al-Haddad). Dalam mimpi itu Habib Kuncung berkata agar ana berdakwah di Jakarta,” tutur Habib Hasan, dikutip dari situs resmi Majelis Nurul Musthofa.

Menyadari bahwa saran itu datang dari habib kharismatik yang sudah tiada, Habib Hasan pun memulai dakwahnya di Jakarta.

Perjalanan Dakwah di Jakarta

Habib Hasan Bin Jafar Assegaf
Habib Hasan Bin Jafar Assegaf

Mengutip kanal Hot Liputan6.com, pada 1999, Habib Hasan kembali ke Jakarta, dikarenakan mendapat kabar bahwa gurunya, Al-Habib Umar bin Hud Al-Attas telah meninggal dunia. 

Habib Hasan melihat Jakarta yang dipenuhi oleh para pemuda suka hura-hura dan senang melakukan maksiat kepada Allah SWT, tidak mengenal Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, serta pemuda yang sangat jauh dari ketakwaan sering berbuat maksiat jauh dari sunah-sunah Nabi Muhammad SAW, kurang mengetahui wali-wali, tidak mengenal kitab-kitab salafus sholihin yang dibawakan para ulama, hingga tidak mengetahui keutamaan shalawat.

Dikarenakan keadaan Jakarta yang bermacam-macam karakter dan berbagai fenomena maksiat, Habib Hasan tersentak untuk berdakwah kepada pemuda di Jakarta. Karena belum ada celah dan tempat untuk berdakwah di Jakarta, akhirnya beliau kembali ke Bogor untuk membantu orang tua Habib Hasan untuk berdagang berjualan kain yang berkodi-kodi jumlahnya, biasanya Habib Hasan menjual kain sehari habis 18 kodi kain, bahkan Habib Hasan menjajahkan daganganya mulai dari kampung ke kampung, dari pesantren ke pesantren.

Di tahun yang sama, ada sekelompok pemuda yang datang untuk berziarah ke Habib Keramat Empang, Bogor. Peziarah yang berasal dari Jakarta Selatan itu bernama Aray dan Zaenal Arifin. 

Para anak muda tersebut menginginkan Habib Hasan untuk berdakwah di Jakarta. Akan tetapi, Allah SWT belum berkehendak karena Habib Hasan belum niat berdakwah ke Jakarta.

Pada akhirnya selang beberapa minggu Allah SWT memberikan petunjuk kepada Habib Hasan untuk berangkat ke Jakarta untuk berdakwah. Adapun dakwah yang pertama kali Habib Hasan dimulai di wilayah Ciganjur, Jakarta Selatan tepatnya di Jalan Jambu Dua Ciganjur, di rumah Zaenal Arifin.

Mulailah Habib Hasan berdakwah dengan membuka ratib dan maulid Simthuddurror secara kecil-kecilan. Baru berapa hari di Jakarta untuk berdakwah, Habib Hasan sudah mendapatkan ujian baik bersifat dzahir dan batin.

Menggelar Pengajian Ratib dan Maulid

Alvin Faiz
Kedekatan Alvin Faiz dengan Habib Hasan bin Jafar Assegaf semasa hidup (Sumber: Instagram/@alvin_411)

Pada 2000 mulailah Habib Hasan untuk membuat pengajian ratib, yang diikuti oleh dua puluh orang jama’ah. Seminggu kemudian berkurang jemaahnya menjadi lima belas orang saja yang mengikuti pengajian ini hari demi hari, minggu demi minggu, jemaah bukan bertambah tetapi berkurang.

Kondisi seperti ini tidak mengurangi gairah untuk berdakwah di jalan Allah SWT karena Habib Hasan tidak memandang manusia, tetapi ini semua untuk Allah SWT. Pada akhirnya, ujian demi ujian Habib Hasan lewati para penduduk kembali lagi untuk mengikuti pengajian yang dipimpin langsung oleh Habib Hasan sendiri, sampai lima puluh jama’ah yang mengikuti pengajian ini.

Dari tahun ke tahun terus bertambah lagi menjadi 100 orang jemaah. Karena para para jemaah yang terus bertambah banyak, maka di saat itulah beliau berangkat ke Solo untuk menemui Habib Anis Al-Habsyi untuk minta ijazah maulid Simtudduror. 

Setelah mendapat ijazah dari Habib Anis Al-Habsyi untuk membawakan maulid Simthuddurror, mulailah Habib Hasan membuka pengajian dengan menggunakan maulid Simtudduror. Pada saat itu maulid diadakan di wilayah Ciganjur ataupun Kampung Kandang.

Habib Hasan menggagas untuk membuat maulid dengan menggunakan marawis atau ketimpring (rebana) dengan tujuan agar lebih meriah dan ramai. Pada 2001 jemaah Habib Hasan terus bertambah mulai dari 100 jemaah lalu bertambah menjadi 150 orang, sampai akhirnya menjadi 500 jama’ah yang menghadiri pengajian ini.

Di tahun yang sama, Habib Hasan kedatangan para habib mulai dari Habib Anis Al-Habsyi, yang memberikan ijazah maulid Simtudduror. Dan saat itu pula pengajian ini diberi nama Majelis Ta’lim Nurul Musthofa yang sebelumnya bernama Al-Irfan. Majelis Nurul Musthofa terus berkembang pesat hingga sekarang. Jemaahnya semakin banyak dibanding saat awal didirikannya.

(Disarikan dari situs resmi Majelis Nurul Musthofa dan skripsi berjudul Metode Dakwah Habib Hasan bin Ja'far Assegaf pada Jama'ah Majlis Ta'lim Nurul Musthofa di Jakarta Selatan via kanal Hot Liputan6.com, wallahu a’lam.)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya