Kiamat Makin Dekat Ternyata Bisa Dilihat dari Penampakan Ikan di Samudra Pasifik

Dampak perubahan cuaca bukan hanya berimbas pada keadaan mahluk hidup yang berada di daratan saja, melainkan juga makhluk hidup yang berada di laut. Salah satunya ialah ikan yang hidup di laut.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mar 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2024, 09:30 WIB
Wisata Paus Bungkuk
Wisatawan melihat paus bungkuk (Megaptera novaeangliae) yang muncul ke permukaan perairan Samudra Pasifik di Pulau Contadora, Panama, pada tanggal 24 September 2023. (Luis ACOSTA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Dampak perubahan cuaca bukan hanya berimbas pada keadaan mahluk hidup yang berada di daratan saja, melainkan juga makhluk hidup yang berada di laut. Salah satunya ialah ikan yang hidup di laut.

Melansir CNBC Indonesia, penampakan ini terlihat di Samudra Pasifik bagian utara. Dalam sebuah riset yang dilakukan Universitas Tokyo ditemukan sejumlah ikan mengalami penurunan massa badan dalam periode 40 tahun.

Selama 1978-2018, tercatat dua kali fenomena ini terjadi. Salah satunya terjadi pada tahun 1980. Saat tu, lonjakan ikan sarden di Jepang melonjak tajam dan bersaing mendapatkan makanan.

Ini membuat spesies ikan lain tidak bisa makan lebih banyak. Pada akhirnya membuat pertumbuhan tiap ikan tersebut terhambat.Beralih empat puluh tahun kemudian atau 2010 ukuran ikan juga mengecil. Kali ini penyebabnya adalah karena "kiamat" perubahan iklim, dikutip Next Shark via CNBC Indonesia, Senin (19/03/2024).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Mengecilnya Ukuran Ikan

gempa mariana
Gempa Magnitudo 7,0 mengguncang wilayah Mariana Islands, di Samudra Pasifik. (Liputan6.com/ Dok BMKG)

Saat itu terjadi penguatan Stratifikasi Laut dan membatasi aliran nutrisi dari permukaan ke bagian dalam laut. Termasuk juga mengurangi makanan yang dikonsumsi oleh ikan. Temuan menunjukkan wilayah perairan Pasifik Utara dikenal sebagai daerah penangkapan ikan terkemuka menghadapi gangguan pada ekosistem laut.

Mengecilnya ukuran ikan juga harus ditanggapi serius oleh negara yang memiliki budaya memakan makanan laut. Jepang dan sejumlah negara lain perlu memikirkan cara mengurangi dampak pemanasan global yang berdampak pada perubahan kehidupan laut.

Shin-ichi Ito, penulis studi ini, mengingat kondisi kali ini lebih buruk dari yang terjadi beberapa dekade lalu. Jika tidak diatasi maka kualitas ikan menurun."Jadi kita harus mengambil tindakan untuk bisa menikmati makanan laut yang sehat dan ikan lezat," pungkasnya.

 


Kerusakan Lingkungan Awal dari Kiamat Perspektif Islam

Tambang Ilegal
Tambang ilegal Pohuwato yang berdampak pada kerusakan cagar alam dan Produktivitas Pertanian (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com

Menukil lslami Liputan6.com, hari kiamat ditandai oleh sejumlah anomali yang sama sekali mengejutkan dan mencengangkan bagi pengalaman manusia. Hari kiamat setidaknya ditandai oleh kemunculan makhluk-makhluk yang tidak lazim, peperangan, pembunuhan, perzinaan, dosa, diangkatnya ilmu agama, dan bencana alam.

Adapun bencana alam, pencemaran lingkungan, krisis iklim, dan kerusakan bumi belum mendapatkan banyak perhatian dari umat manusia dan umat Islam pada khususnya sebagai sebagai awal dari Hari Kiamat.

Kerusakan lingkungan, bencana alam, mengecilnya keragaman hayati karena penggundulan hutan, tata kelola sampah plastik yang buruk, eksploitasi atas alam, ekstraksi mineral/penambangan, pencemaran tanah, dan pertumbuhan populasi manusia yang tak terkendali, belum sepenuhnya disadari sebagai tanda-tanda hari kiamat itu sendiri.

Adapun alam dan lingkungan merupakan rumah kita bersama, tempat berpijak dan tempat makhluk hidup tumbuh berkembang. Jika alam dan lingkungan sebagai tempat tumbuh kembang ragam hayati itu mengalami kerusakan, apakah nama lain untuk menyebut fenomena ini selain proses menuju kepunahan ragam hayati dan spesies manusia itu sendiri, yang dalam bahasa agama disebut Kiamat.

Kerusakan lingkungan, bencana alam baik gempa, banjir, tanah longsor, maupun penurunan permukaan tanah, krisis iklim, kenaikan suhu pada alam terbuka, dan pencemaran bumi baik di darat, laut, maupun di udara merupakan penanda awal hari Kiamat. Rasulullah dalam salah satu sabdanya berikut ini menyebutkan secara lugas bencana alam sebagai rangkaian dari Hari Kiamat. Rasulullah saw bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ

Artinya, “Hari Kiamat tidak akan terjadi sehingga banyak terjadi gempa bumi,” (HR Bukhari).

Kerusakan lingkungan, bencana alam, krisis iklim bukan sesuatu yang berjalan secara alamiah atau natural begitu saja. Kerusakan lingkungan, bencana alam, krisis iklim terjadi atas kontribusi besar tangan manusia.

Al-Qur’an dalam Surat Ar-Rum ayat 41 menyebutkan peran besar manusia atas kerusakan lingkungan dan atas Kiamat itu sendiri:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya, “Kerusakan tampak di darat dan di laut karena ulah tangan manusia sendiri agar Allah dapat menimpakan kepada mereka sebagian ulah tangan mereka agar mereka kembali,” (Ar-Rum ayat 41).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya