Ternyata Malam Lailatul Qadar Bermula dari Keresahan Rasulullah Kata Gus Baha, Kok Bisa?

Ulama kharismatik asal Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengisahkan asal mula turunnya malam Lailatul Qadar

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mar 2024, 02:00 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2024, 02:00 WIB
Gus Baha (SS: YT Laduni ID)
Gus Baha (SS: YT Laduni ID)

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik asal Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengisahkan asal mula turunnya malam Lailatul Qadar.

Menurut santri Mbah Moen ini malam Lailatul Qadar merupakan pemberian spesial Allah SWT atas umat Rasulullah SAW. Malam Lailatul Qadar, berdasarkan riwayat terdapat pada malam bulan Ramadhan.

Gus Baha juga memaparkan, malam Lailatul Qadar bermula dari keresahan Rasulullah SAW akan nasib umatnya yang memiliki umur yang pendek-pendek tidak sebagaimana umat nabi-nabi terdahulu.

Sebab memiliki umur yang pendek, tentu saja kadar amal ibadah umat Rasulullah SAW tidak bisa mengimbangi umat-umat para Nabi terdahulu.

Sinyal keresahan Rasulullah akan nasib umatnya ini, maka Allah SWT menurunkan malam Lailatul Qadar yang merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Hadiah dari Allah untuk Umat Rasulullah SAW

Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)
Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)

Pendapat Gus Baha didasarkan pada salah satu kitab yang ia miliki berkaitan dengan malam Lailatul Qadar. Secara spesifik, kitab ini membahas asal muasal turunnya malam lailatul qadar.

Rupanya penyebab turunnya Lailatul Qadar bermula dari keresahan Rasulullah SAW akan nasib umatnya yang memiliki usia yang sangat pendek dibandingkan dengan umat-umat para Nabi terdahulu yang usianya mencapai ribuan tahun.

“Saya punya kitab dan itu kitab yang kredibel. Kitabnya orang terdahulu, kitab hadis,” terang Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Laduni ID, Rabu (27/03/2024).

“Itu ceritanya Nabi Muhammad SAW sedang cerita Nabi Nuh AS yang usianya 1.000 tahun kurang 50 tahun, berarti 950 tahun, Nabi Ibrahim sekian ratus tahun. Lalu ada keresahan, keresahan itu karena luh, umatku kalau usianya pendek-pendke trus bagaimana?” sambungnya.

Atas keresahan kekasih-Nya itu, maka Allah SWT menurunkan rahmatnya berupa malam lailatul qadar yang nilainya sama dengan 1.000 bulan.

“Lalu Allah merespons keresahan Rasulullah SAW, dengan memberi bonus lailatul qadar,” terangnya.

“Umatmu yang usianya pendek itu saya kasih lailatul qadar yang nilainya sama dengan 1.000 bulan,”

Datangnya Malam Lailatul Qadar Menurut Rasulullah SAW

Gus Baha dan Mbah Moen
Kolase Gus Baha dan Mbah Moen. (Istimewa dan NU Online)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dikatakan bahwa kita dianjurkan untuk mencari Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir bulan Ramadhan.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya, “Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir di bulan Ramadhan,” (HR Bukhari).

Untuk mendapatkan Lailatul Qadar memang tidak mudah. Karenanya tidak semua orang bisa mendapatkannya. Dibutuhkan usaha keras dan tidak kenal lelah untuk selalu meningkatkan intensitas ibadah terutama pada sepuluh akhir di bulan Ramadhan sebagaimana yang dipraktikan Rasulullah SAW. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan hadits riwayat Muslim.

عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Artinya, “Dari Aswad dari Aisyah ra ia berkata bahwa Nabi saw meningkat amal-ibadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan melebihi di waktu yang lain,” (HR Muslim).

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah SAW mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya dan membangungnkan keluarganya.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ-أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya, “Dari Aisyah RA, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW ketika masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan, mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya,” (Muttafaq ‘alaih).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya