Das'ad Latif Sampaikan Hikmah Nuzulul Quran, Bandingkan Penceramah dengan Jajaran Polda Kalsel

Peringatan tersebut dilaksanakan persis setelah Apel Gelar Pasukan Ketupat Intan di lapangan Polda Kalsel.

oleh Aslam Mahfuz diperbarui 07 Apr 2024, 18:05 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2024, 18:05 WIB
Ustadz Das'ad Latif Polda Kalimantan Selatan Kalsel
Ustadz Das'ad Latif (Liputan6.com/ist)

Liputan6.com, Banjarmasin - Polda Kalimantan Selatan (Kalsel) menghadirkan penceramah kondang asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Das'ad Latif untuk mengisi tausiah pada Peringatan Nuzulul Quran di aula Mathilda Batlayeri Polda Kalsel di Banjarmasin, Rabu 3 April 2024. Peringatan tersebut dilaksanakan persis setelah Apel Gelar Pasukan Ketupat Intan di lapangan Polda Kalsel.

Ustadz Das'ad Latif mengawali tausiahnya dengan tajuk Nuzulul Quran dengan menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW saat dilantik menjadi rasul. Ketika itu, bangsa Arab dalam keadaan zaman yang jahiliah, namun persisnya dengan saat ini yakni di bulan Ramadan.

"Sebab pertama turunnya Al Quran, sebelum itu kita harus tahu dulu sejarah latar belakang diturunkan Alquran di mana masyarakat di Makkah disebut masyarakat jahiliah, jahiliah dimaksudkan tidak hanya sebagai karakter yang berbeda dengan zaman itu dan zaman sekarang," ujar ustadz dalam tausiahnya.

Dijelaskan jika karakter jahiliah, yang paling jelas dan kentara adalah sifat sombong. Kesombongan dicontohkan tepatnya pada kisah Nabi Muhammad yang dipercaya sebagai orang yang akan meletakkan kembali hajar aswat di salah satu sisi Ka'bah. Namun keputusan itu ditentang oleh Abu Jahal.

"Masa Muhammad, siapa Muhammad?, suku saya lebih mulia dari Muhammad, Muhammad anak baru kemarin, kemudian diumpamakan dengan zaman sekarang, masa dia angkatan 95, masa saya angkatan 93," sebutnya menirukan kesombongan Abu Jahal.

Diumpamakan dengan zaman sekarang, persisnya di kesatuan-kesatuan terkadang demikian. Terkadang timbul pertanyaan, kenapa dia saya lebih senior, dia baru tiga tahun? Karakter ini digolongkan sebagai orang yang jahiliah atau sombong.

Dicontohkan pula, yakni tidak mesti jika orang menggunakan barang-barang mahal, ini belum tentu termasuk, karena sombong itu jika menganggap remeh kepada orang lain. Dia punya rezeki pakai jam tangan mahal, silakan itu rezeki dia, namun kapan dikatakan sombong, saat memandang enteng anak-anak polisi yang baru masuk kemudian memamerkan jam tangannya dan membandingkan jam tangan orang lain dengan murahan.

Ia juga menjelaskan jika karakter sombong itu terbagi atas dua perilaku, pertama menganggap remeh orang lain dan kedua menolak kebenaran. Dicontohkan, masih pada Abu Jahal, disebutkan Abu Jahal itu tahu apa yang disampaikan nabi tapi menolak kebenaran.

"Jika ada yang memiliki sifat demikian maka dia adalah orang jahiliah yang hidup di zaman moderen, apa yang menyebabkan kita sombong, ada empat, satu bertambahnya pangkat jabatan, kedua bertambahnya ilmu, ketiga bertambahnya kecantikan, dan keempat bertambahnya harta," lanjut Das'ad Latif.

Peringatan Nuzulul Quran ini diselenggarakan dengan harapan diikuti oleh seluruh jajaran Polda Kalsel, seluruh jajaran termasuk di kabupaten kota sehingga pelaksanaannya difasilitasi dengan siaran live melalui channel youtube akun Humas Polda Kalsel. Turut hadir secara langsung, Kapolda Kalsel Irjen Pol Winarto beserta pejabat lainnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kisah Nuzulul Quran

Ustadz Das'ad Latif Polda Kalimantan Selatan Kalsel
Nuzulul Quran Polda Kalsel bersama ustadz Das'ad Latif

"Allah melantik Muhammad menjadi nabi dan rasul, sejarah pertama turunnya Al Quran pada 17 Ramadan, meskipun terjadi perselisihan pendapat di antara ulama ada yang mengatakan 17 Ramadan ada juga yang tidak menyetujui tanggal tersebut, yang pasti bulan Ramadan itulah turunnya Al Quran yang pertama," lanjutnya.

Selain tajuk Nuzulul Quran, namun sub tema yang patut disampaikan pula yakni mengajak untuk menjadi rahmatan lil alamiin, rahmat bagi seluruh alam. Disampaikan jika menjadi rahmatan lil alamin, tidak mesti kepada orang yang lebih banyak, akan tetapi memulainya dari institusi saja dulu, kepada anggota dan sebagainya.

"Contohnya, bapak diberi jabatan sebagai Ditnarkoba atau direktur-direktur lainnya, sudahlah, jadi rahmatan lil alamin saja dulu di antara anggota kita, itu saja dulu, setelah itu baru kita berkembang keluar, karena Islam mengajarkan sebelum keluar, rumah tangga dulu yang dibenahi, sudah rumah tangga baru ke tetangga, sudah ke tetangga baru yang lebih jauh".

Hal tersebut lebih didetailkan dengan satu perbuatan yang tidak terpuji, "jangan marah pak, minimal jangan potong uang pengamanan anggota, dicontohkan pengamanan pemilu laporan di kantor nasi padang, sampai di lapangan bakso tusuk," cetusnya.

Menurutnya, kepada satuan Polda Kalsel kiranya tidak berbuat demikian melainkan memberikan rahmatan lil alamin bagi jajaran atau anggota lebih dahulu. Kalau ini diterapkan, insya Allah untuk naik pangkat akan lebih mudah, jika baik sama anggota begitu pun ketika pensiun nantinya maka anggota tetap mengingat, dia kemudian membantu oleh anggota yang pernah kita baik.

"Seorang Polisi, mohon maaf, keliru kalau tidak menjadikan jabatannya gampang masuk surga, saya kalau dakwa, mengajak masyarakat untuk tidak mabuk, jangan berjudi, tetap jalan, akan tetapi jika polisi lakukan razia, penangkapan, maka selesai semua," paparnya.

"Maka percayalah, insya Allah jauh lebih gampang masuk surga dari pada penceramah, dengan catatan tadi amar maruf nahi munkar, mohon maaf, bapak punya baju cokelat, itu ada masa jabatannya, masa aktifnya ada, dan pada saat hilang masa aktifnya, maka pada saat itu juga tidak dapat lagi digunakan untuk amar maruf nahi munkar," tegasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya