Liputan6.com, Jakarta - Teks khutbah sholat Idul Fitri 2024 ini mengajak umat Islam untuk melestarikan nilai-nilai kebaikan yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan. Artinya, amal dan kebaikan yang dilakukan di bulan suci dilanjutkan di bulan lainnya.
Sedikitnya ada lima nilai kebaikan yang patut diteruskan pasca-Ramadhan. Yakni tidak mudah melakukan dosa, berhati-hati dalam mengambil sikap dan tindakan, bersikap jujur, memiliki semangat persatuan dan persaudaraan, dan melakukan pengendalian diri.
Materi khutbah Idul Fitri ini bisa disampaikan untuk mengingat muslim bahwa meningkatkan kebaikan itu bukan sekadar di bulan Ramadhan, tapi juga di bulan-bulan lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Naskah khutbah Idul Fitri ini disusun oleh Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil, seorang guru di Pesantren Daruttauhid, Kota Malang. Semoga materi khutbah ini bermanfaat untuk masyarakat luas dan menjadi ladang pahala bagi penyusunnya.
Berikut teks khutbahnya, dikutip dari NU Online Jatim, Selasa (9/4/2023).
Khutbah I
اللَّه أَكْبَرُ ٣× اللَّه أَكْبَرُ ٣× أَكْبَرُاللهُ ٣× اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ. وَاللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِي الْمَحْشَرْ. نَبِيٌّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّر. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قالَ اللهُ تَعَالىَ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ، وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمً
االلهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Salat Idul fitri yang Dimuliakan Allah
Marilah kita tingkatkan takwa kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sebab dengan takwa kita akan mendapat rahmat dan pengampunan dari Allah. Salah satu bentuk takwa itu adalah menjalani puasa di bulan Ramadhan selama satu bulan penuh.
Tak terasa, bulan Ramadan telah usai. Kita telah tiba di bulan Syawal. Namun, kebaikan-kebaikan di dalam Ramadhan harus tetap kita pertahankan. Sebab beribadah kepada Allah SWT tidak pandang bulan, apakah di bulan Ramadhan atau selainnya.
Setelah Ramadhan berakhir, nilai-nilai kebaikan harus kita lestarikan, sebagai bentuk keseriusan kita dalam menghamba dan mengabdi kepada Allah SWT. Karena kita ini bukan hamba Ramadhan. Kita adalah hamba Allah SWT.
Hadirin Jamah Idul Fitri Rahimakumullah
Sekurang-kurangnya ada lima hal dari bulan Ramadhan yang harus kita lanjutkan:
Pertama, tidak mudah melakukan dosa. Secara bahasa, Ramadhan artinya membakar. Di dalam Ramadhan sejumlah amal menjadi pembakar/ penghapus dosa-dosa kita. Puasa, tarawih, memberi makan untuk buka puasa, dan lain sebagainya menggugurkan dosa-dosa kita yang lampau. Setelah Ramadhan berakhir, kita berusaha sekuat hati untuk tidak menciptakan dosa baru dengan melakukan kemaksiatan. Ibarat pakaian yang kotor, kita cuci, kita bersihkan, maka jangan dikotori untuk kali kesekian.
Mari kita belajar dari seorang pemuda yang kesulitan meninggalkan perbuatan dosa. Di zaman Nabi Muhammad SAW ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi Muhammad SAW, “Ya Rasulullah, izinkanlah aku untuk berzina,” kata si pemuda. Nabi SAW berkata, “Apakah kau suka bila ibumu berzina?” "Tidak, demi Allah yang menjadikan aku sebagai tebusanmu.” "Demikian pula orang-orang lain mereka tidak menginginkan hal itu terjadi pada ibu mereka,” kata beliau.
"Sukakah engkau jika anak perempuanmu berzina?” “Tidak, demi Allah yang menjadikan diriku sebagai tebusanmu.” “Demikian pula orang-orang lain, mereka tidak menginginkan hal itu terjadi pada anak mereka,” jelas beliau.
“Sukakah engkau jika saudara perempuanmu berzina?” “Tidak, demi Allah yang menjadikan diriku sebagai tebusanmu.” “Demikian pula orang-orang lain, mereka tidak menginginkan hal itu terjadi pada saudara perempuan mereka,” ringkas beliau.
"Sukakah engkau jika bibimu berzina?” “Tidak, demi Allah yang menjadikan diriku sebagai tebusanmu.” “Demikian pula orang-orang lain, mereka tidak menginginkan hal itu terjadi pada bibi mereka,” kata beliau.
Beliau lalu meletakkan tangan di tubuh pemuda itu seraya mendoakannya, “Ya Allah, ampuni dosanya, sucikan hatinya, dan jagalah kemaluannya.” Sejak saat itu si pemuda tidak tergoda lagi untuk berzina.
اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Jemaah Salat Idul fitri yang Berbahagia
Kedua, berhati-hati dalam mengambil sikap dan tindakan. Segala sesuatu yang kita lakukan, baik ucapan atau perbuatan, ada pertanggungjawaban yang akan ditanyakan kepada kita. Pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan ditanya oleh Allah SWT :
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
Artinya: "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. al-Isra' : 36)
Selama Ramadhan kita berusaha untuk berhati-hati dalam melakukan sesuatu, maka kita pertahankan langkah yang baik ini setelah Ramadhan, terhitung sejak hari ini 1 Syawal. Kita bisa belajar dari Imsak dan beduk magrib. Keduanya menjadi alarm pengingat untuk berhati-hati. Saat terdengar suara imsak, imsak, imsak, berarti kita diingatkan untuk berhati-hati karena sebentar lagi akan masuk waktu subuh. Begitu pula dengan bedug magrib, kita berhati-hati untuk tidak keburu berbuka sebelum dipastikan telah tiba waktunya.
اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah
Ketiga, bersikap jujur. Di saat Ramadhan, kita belajar untuk jujur. Kita jujur dalam puasa kita dengan tidak makan dan minum, meski tidak ada yang melihat. Selama Ramadhan kejujuran mewarnai kehidupan sehingga kita rela menahan lapar dan haus sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Langkah yang sama, ayo, kita buktikan sejak Syawal ini sampai Ramadhan berikutnya, dengan menjadi pribadi yang jujur. Kita hindari dusta dan kecurangan. Sebagai pedagang, rakyat biasa, pejabat, guru, pelajar, santri, pengurus organisasi, suami, istri, anak, tetangga, kita harus mengedepankan kejujuran yang akan membawa kepada kebaikan dan surga Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
Artinya: “Wajib atas kalian senantiasa berlaku jujur, karena kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." (HR. Bukhari-Muslim)
Sikap jujur bisa kita pelajari dari seorang bernama Muhammad al-Majdzub. Suatu hari ia bercerita, “Ketika aku masih kecil tatkala datang bulan baru, aku dipanggil ayahku seraya berkata, “Ambilkan Alquran!” Aku pun datang dengan membawa Alquran.
Lalu ayah berkata, “Berikan janjimu kepada Allah, atas nama kitab ini, bahwa kamu tidak akan bermaksiat kepada Allah di bulan ini.” Aku katakan pada ayah, “Baiklah.” Maka aku pun memberi perjanjianku kepada Allah untuk tidak bermaksiat kepada-Nya di bulan ini. Dan aku pun telah memenuhi janjiku."
Tatkala datang bulan yang kedua, ayah memanggilku lagi dan mengambil janjiku kepada Allah untuk tidak bermaksiat kepada-Nya di bulan ini. Dan tiap kali bulan baru datang, ayah selalu mengambil janji dariku seperti itu, sehingga aku terdidik untuk meninggalkan kemaksiatan."
Lebih lanjut kata Muhammad al-Majdzub, "Aku pun terbiasa berbuat taat sejak kecil, lalu terbukalah untukku pintu komunikasi dengan Nabi Muhammad SAW. Aku pun berkumpul dengan Nabi Muhammad SAW dalam keadaan terjaga. Aku berhubungan selalu dengan beliau sehingga semua gerak-gerikku adalah atas perintah Nabi Muhammad SAW."
اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Hadirin yang Dimuliakan Allah
Keempat, memiliki semangat persatuan dan persaudaraan. Banyak aktivitas selama Ramadhan yang kita jalani secara bersama-sama. Utamanya salat lima waktu yang kita laksanakan dengan berjemaah, jauh lebih sering dibanding dengan selain bulan Ramadhan. Nyaris semua waktu salat lima waktu kita tunaikan secara berjemaah di masjid atau mushala selama Ramadhan.
Belum lagi jika ditambah dengan aktivitas lainnya seperti sahur bersama, buka puasa bersama, salat tarawih, salat malam di sepuluh hari terakhir dan sebagainya. Kebersamaan seperti ini memupuk rasa persaudaraan. Semangat berjemaah semacam ini harus kita pertahankan. Jangan sampai selesainya Ramadhan, selesai pula salat berjemaah di masjid, selesai pula sikap persaudaraan di antara kita.
Kelima, melakukan pengendalian diri. Banyak di antara kita yang sudah dilatih untuk menahan diri dari makan dan minum yang merupakan kebutuhan pokok, tapi tidak mampu menahan diri dari hal yang tidak pokok. Misalnya, seperti hari ini, di mana aneka makanan dan minuman tersaji. Ada ketupat, lontong, opor ayam. Kita makan semua. Kita minum semua. Padahal perut ini ada batasnya. Akibatnya, setelah Ramadan ada yang jatuh sakit karena berlebihan dalam makan dan minum. Semoga Allah ta'ala anugerahkan kesehatan kepada kita.
Makan secara berlebihan menyebabkan rasa kantuk, rasa kantuk menjadikan seseorang akan tertidur. Dengan tidurnya, maka dia kehilangan banyak kesempatan melakukan kebaikan, sehingga dikatakan oleh sebagian ulama, “Siapa yang makannya banyak maka minumnya pun juga akan banyak, siapa yang minumnya banyak maka dia akan tidur banyak, dan siapa yang tidurnya banyak, dia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan merugi.”
Para ulama juga berkata, “Perut yang penuh dengan makanan akan menutup kecerdasannya, sehingga dia tidak dapat berpikir dengan matang, jernih, dan logis.”
Demikianlah khutbah Idul fitri ini. Semoga bisa menjadi bahan renungan dan pengamalan. Mari terus melanjutkan kebaikan yang sudah kita ukir di bulan Ramadan sampai Allah SWT mempertemukan kita kembali dengan bulan Ramadhan yang akan datang.
جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Advertisement
Khutbah II
اللهُ اَكْبَرْ ٣× اللهُ اَكْبَرْ ٤× اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ احْفَظْنَا بِحِفْظِكَ، وَاحْفَظْ لِبِلَادِنَا الْأَمْنَ وَالْأَمَانَ، وَالسَّلَامَةَ وَالْإِسْلَامَ، وَانْصُرِ الْمُجَاهِدِينَ في كل مكان، وَانْشُرِ الرُّعْبَ فِي قُلُوبِ أَعْدَائِنَا، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا، اللَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ امْدُدْ عَلَيْنَا سِتْرَكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا النِّيَّةَ وَالذُرِّيَّةَ وَالْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ، اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مَهْدِيِّينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْـمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Simak Video Pilihan Ini: