Kisah Karomah Syaikhona Kholil Bangkalan yang Dialami KH Hasyim Asy’ari

Salah satu karomah Mbah Kholil dialami langsung oleh muridnya, KH Hasyim Asy’ari saat dijodohkan. Kala itu, Mbah Hasyim dijodohkan oleh Mbah Kholil dan dalam waktu singkat ia harus menikah.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 08 Mei 2024, 00:30 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2024, 00:30 WIB
Syaikhona Kholil Bangkalan dan KH Hasyim Asy'ari
Syaikhona Kholil Bangkalan (kanan) dan KH Hasyim Asy'ari (kiri). (Istimewa via Wikipedia dan An-nur.ac.id)

Liputan6.com, Bangkalan - KH Muhammad Kholil yang dikenal Syaikhona Kholil Bangkalan adalah seorang ulama asal Madura yang punya peran besar dalam menyebarluaskan dakwah Islam di Nusantara. Ia punya murid yang tersebar di berbagai daerah dan menjadi kiai di tempatnya masing-masing.

Keberhasilannya dalam mencetak murid membuat Mbah Kholil dijuluki sebagai syaikhona, yang berarti guru. Mbah Kholil Bangkalan adalah gurunya para kiai Nusantara.

Mbah Kholil diyakini sebagai wali yang mendapat anugerah karomah dari Allah SWT. Karomah-karomah Mbah Kholil banyak dikisahkan oleh santrinya. 

Salah satu karomah Mbah Kholil dialami langsung oleh muridnya, KH Hasyim Asy’ari saat dijodohkan. Kala itu, Mbah Hasyim dijodohkan oleh Mbah Kholil dan dalam waktu singkat ia harus menikah.

Berkat karomah guru, banyak keajaiban yang terjadi menjelang pernikahannya. Ia mengamalkan satu sholawat yang diijazahkan gurunya dan selama tiga malam berturut-turut Mbah Kholil bertemu dengan Imam Bukhari, Imam Syafi’i, Imam Al-Ghazali, dan Imam Junaid Al-Baghdadi.

Simak berikut kisah karomahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Perjodohan Mbah Hasyim Asy’ari

Pendiri NU sekaligus Rais Akbar, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari. (Foto: Istimewa via NU Online)
Pendiri NU sekaligus Rais Akbar, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari. (Foto: Istimewa via NU Online)

Suatu hari, Syaikhona Kholil Bangkalan kedatangan tamu seorang kiai yang santrinya tidak sampai ratusan, hanya puluhan saja. Kiai tersebut menyampaikan keperluannya kepada Mbah Kholil.

“Mbah Kholil, saya datang ke sini kiai pertama niat silaturahmi dan yang kedua saya hendak menikahkan putri saya berhubung dia sudah dewasa kiranya patut saya carikan jodoh apalagi usia saya juga sudah ada di ambang pintu ajal yang tak lama lagi Allah pasti memanggil ruh saya kiai. Jika ada kiai, saya mohon petunjuk dan izin kiai untuk mencarikannya,” kata kiai tersebut.

Seketika itu Mbah Kholil memanggil Mbah Hasyim yang sedang mengurusi kuda di belakang rumahnya. Spontan Mbah Hasyim menghadap ke gurunya, langsung diam merunduk.

Kepada tamunya, Mbah Kholil menyampaikan bahwa Mbah Hasyim adalah calon jodoh putri kiai tersebut yang akan meneruskan perjuangannya. Namun, kiai tersebut tidak yakin dengan Mbah Hasyim dan meragukan keilmuannya.

“Masa iya sih santri mblasaken seperti ini akan mengurus pesantrenku? Saya tidak yakin bila anak ini banyak ilmunya,” gumam kiai tersebut dalam hatinya.

Di sisi lain, Mbah Hasyim juga terkejut dengan perjodohan ini. Dalam hatinya ia bergumam, “Masa iya Mbah Kholil tega akan menjodohkan saya dengan putrinya ulama yang begitu mulia dan santrinya banyak nan berwibawa serta alim?”


Perasaan Mbah Hasyim Setelah Dijodohkan

KH Hasyim Asy’ari
KH Hasyim Asy’ari (sumber: wikipedia)

Mbah Kholil kemudian meminta kiai tersebut pulang ke rumah dan segera menyiapkan pernikahan dengan muridnya. Sebab, akad nikah Mbah Hasyim dengan putri kiai itu akan berlangsung tiga hari lagi.

“Sudahlah kamu (tamu) pulang saja dan siapkan selamatannya di rumahmu. Tiga hari lagi akad nikah dilaksanakan. Dan kamu Hasyim kembali ke belakang!” pinta Mbah Kholil.

Hasyim Asy'ari muda kembali ke tugasnya dengan banyak pertanyaan dalam pikirannya. Perasaan galau menyelimuti, ia masih risau dengan perjodohan tersebut.

Dalam hati kecilnya ia muncul pertanyaan, “Bagaimana saya bisa menjalani ini semua, kenapa guru tidak memberitahu saya sebelumnya atau paling tidak menawarkannya?” 

Setelah perjodohan itu, perasaan galau dan gundah gulana dialami Mbah Hasyim. Pikirannya seketika kacau balau. Di saat itulah hidayah Allah datang, ia teringat dengan dawuh gurunya, Mbah Kholil.

“Barang siapa di antara kalian yang ingin tercapai hajatnya maka bacalah sholawat Nariyah sebanyak-banyaknya dan pada waktu ijabah sangat dianjurkan yaitu setelah separuh malam hingga menjelang subuh.”


Mengamalkan Apa yang Dikatakan Mbah Kholil

Syaikhona Kholil Bangkalan, gurunya para kiai di Indonesia, terutama Jawa. (Foto: Istimewa via Laduni.id)
Syaikhona Kholil Bangkalan, gurunya para kiai di Indonesia, terutama Jawa. (Foto: Istimewa via Laduni.id)

Saat malam hari kira-kira jam 12 dinihari, Mbah Hasyim melaksanakan apa yang gurunya ucapkan. Ia membaca sholawat Nariyah sebanyak-banyaknya hingga akhirnya tertidur menjelang Subuh. 

Dalam tidur sekejapnya, ia bermimpi bertemu Imam al-Bukhari dan mengajarkan kepadanya hadis shahih selama 40 tahun lamanya, lalu ia terbangun serta terkejut tidak percaya atas mimpinya itu.

Hal ajaib terjadi lagi di malam kedua. Ia bermimpi bertemu Imam as-Syafi’i dan mengajarkan kepadanya kitab-kitab Fiqih dari berbagai madzhab yaitu Imam as-Syafi’i, Hanafi Maliki, dan Hanbali selama 40 tahun lamanya.

Pada malam ketiga, Mbah Hasyim bermimpi bertemu dengan Imam al-Ghazali dan Junayd al-Baghdady yang mengajarkan kitab-kitab tasawuf selama 40 tahun. Mimpi-mimpi tersebut membuat ia bertanya-tanya, apa makna di balik mimpi itu.

Keesokan harinya Mbah Hasyim hendak bertanya kepada Mbah Kholil, namun tak ada waktu sebab harus segera berangkat ke rumah calon mertua untuk melangsungkan akad nikah.

Keduanya pun berangkat ke rumah kiai calon mertua Mbah Hasyim. Selama perjalanan menuju lokasi tak ada sepatah katapun yang terucap keluar dari Mbah Kholil. Barulah setelah akad dan hendak pulang Mbah Kholil berbicara.

“Hasyim Jangan nyelewang-nyeleweng ya! Ibadah ikut yang dicontohkan nabi melalui ulamanya dan ikutilah ulamanya Allah agar selamat, Allah pasti bersamamu,” kata Mbah Kholil kepada muridnya.

“Jangan ragu dengan Hasyim dia sudah ngaji 120 tahun lamanya,” ucap Mbah Kholil kepada mertua Mbah Hasyim.

Mbah Hasyim dan mertuanya tidak paham dan kebingungan dengan perkataan Mbah Kholil. Secara umur, Mbah Hasyim belum sampai 50 tahun, tapi dawuh Mbah Kholil muridnya itu telah mengaji 120 tahun lamanya.


Keajaiban Karomah yang Terjadi

Kitab Kiai Kholil
Ini sejumlah turots atau Kitab peninggalan Syaikhona Kholil Bangkalan

Esoknya, kiai tersebut menguji Mbah Hasyim dengan meminta membaca dua kitab tafsir dan hadis. Ia ingin membuktikan sealim apakah menantunya yang dijagokan Mbah Kholil.

Keajaiban pun mulai tampak. Mbah Hasyim membaca kitab tersebut dengan fasih dan hafal di luar kepala. Pembahasannya pun seperti seorang guru yang memiliki segudang ilmu. 

Dengan kejadian ini para ustadz dan santri senior takjub, padahal awalnya tidak yakin dengan kemampuannya. Begitu pun mertuanya yang senang melihat kemampuan menantunya.

Sejak hari itu, Mbah Hasyim dipercaya untuk mulang semua kitab klasik dari berbagai cabang ilmu tradisional Islam. Kemudian di depan namanya tersematlah satu kata baru: Kiai Hasyim Asy’ari.

Itulah kisah karomah Mbah Kholil Bangkalan yang diterima Mbah Hasyim Asy’ari. Tentunya masih banyak karomah lain yang disaksikan para santrinya. 

Kisah karomah Mbah Kholil ini disarikan dari laman Laduni.id dan dikisahkan oleh Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, KH Ade Fatahillah yang dimuat di NU Online Jabar. Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya