Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), ulama yang dikenal dengan ceramah-ceramahnya yang mendalam dan inspiratif, dalam salah satu ceramahnya mengupas tentang kemudahan masuk surga.
Dia menjelaskan bahwa sebenarnya masuk surga itu tidaklah sulit,. Namun yang menjadi tantangan utama adalah mencapai status sebagai hamba Allah yang sejati.
Ia mengutip ayat Al-Qur'an yang berbunyi "Ya ayyuhan nafsul muthmainnah, irji’i ila rabbiki radhiyatam mardhiyyah".
Advertisement
Ayat ini menekankan pentingnya status kehambaan sebagai syarat utama untuk masuk surga. Menurut Gus Baha, status kehambaan ini adalah prasyarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang bisa menikmati kebahagiaan surga.
Gus Baha mengibaratkan hal ini dengan analogi visa dan paspor. Seperti halnya seseorang yang bisa menikmati fasilitas negara lain jika visa dan paspornya disahkan, demikian pula seseorang bisa masuk surga jika status kehambaannya diakui oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Menuju Status Hamba, Ini yang Dilakukan
"Kamu harus masuk status sebagai hambu dulu," kata Gus Baha, seperti dilansir di laman Youtube, kanal @vranara.
"Analoginya, jadi orang boleh nikmati fasilitas negara lain kalau visa paspornya disahkan. Orang boleh masuk surga kalau status kehambaannya disahkan oleh Allah subhanahu wa taala." tegas Gus Baha. Oleh karena itu, mendapatkan pengakuan dari Allah sebagai hamba-Nya adalah langkah pertama yang harus diupayakan oleh setiap Muslim.
Lebih lanjut, Gus Baha menjelaskan bahwa status kehambaan dimulai dari sujud secara fisik. Anggota tubuh yang begitu terhormat seperti kepala harus ditundukkan kepada Allah Ta'ala.
"Status kehambaan itu dimulai dari mana? Secara fisik kita sujud, anggota tubuh yang begitu terhormat namanya kepala, kita tundukkan kepada Allah Taala," tegas Gus Baha.
Sujud adalah simbol ketaatan total kepada Sang Pencipta, menandakan bahwa seseorang benar-benar mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah.
Selain sujud secara fisik, Gus Baha juga menekankan pentingnya tunduk secara hati dan akal. Hati dan akal yang sering kali dipenuhi ambisi untuk menguasai dunia harus dikalahkan, dan diarahkan untuk tunduk kepada aturan-aturan Allah subhanahu wa ta'ala.
Advertisement
Hati juga Harus Ditata Seperti Ini
"Hati kita, akal kita yang ingin menguasai dunia misalnya. Ambisi itu kita kalahkan untuk hanya tunduk kepada aturan-aturan Allah subhanahu wa taala," ucapnya.
Hanya dengan demikian, seseorang dapat benar-benar mencapai status kehambaan yang sejati.
Dalam ceramahnya, Gus Baha juga membahas tentang kekhawatiran manusia menghadapi alam akhirat. Ia mengingatkan bahwa yang paling penting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan setelah mati.
"Apa yang akan terjadi setelah kita menjadi debu dan tanah, serta bagaimana kita akan dibangkitkan kembali, semuanya harus dipikirkan dengan serius," sebut Gus Baha.
Gus Baha menegaskan bahwa kekhawatiran terhadap alam akhirat harus mendorong kita untuk memperbaiki kualitas kehambaan kita di dunia.
Murid KH Maimoen Zubair in mengajak umat Islam untuk selalu ingat akan kematian dan apa yang akan terjadi setelahnya, sehingga bisa lebih fokus dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Â