Menurut Gus Baha Kita itu Keturunan yang Sudah Steril, Maksudnya Begini

Gus Baha jelaskan asal-Usul manusia dan pentingnya memahami sejarah keturunan kita yang sudah melewati seleksi dan ujian sejak dahulu kala

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jul 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2024, 16:30 WIB
Gus Baha AI
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), dalam sebuah ceaah di pengajiannya memberikan ceramah yang sebenarnya sedehana namun di balik itu penuh makna dan mendalam.

Dalam ceramahnya yang dikutip dari kanal YouTube @TaufikHidayat-kh1yr, Gus Baha menyampaikan pandangan menarik mengenai asal-usul manusia dan pentingnya memahami sejarah keturunan kita.

Gus Baha mengawali ceramahnya dengan menjelaskan bahwa kita semua adalah keturunan yang sudah steril. "Kamu-kamu ini sudah turunan yang steril, tidak ada bapak yang kafir. Karena manusia pertama Nabi Adam AS," ujar Gus Baha.

Pernyataan ini mengandung makna bahwa sebagai umat manusia, kita telah melewati banyak proses penyaringan keturunan hingga akhirnya sampai pada generasi saat ini.

Gus Baha melanjutkan, "Terus Nabi Adam seterusnya itu masih ada yang kafir macam-macam." Artinya, meskipun Nabi Adam adalah manusia pertama yang taat kepada Allah, keturunannya mengalami berbagai macam ujian, termasuk adanya individu-individu yang kafir.

Namun, proses penyaringan terus berlanjut hingga zaman Nabi Nuh AS.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Sejarah Nabi Nuh AS

Gus Baha kemudian membahas era Nabi Nuh sebagai momen penting dalam sejarah manusia.

"Era Nabi Nuh ini bapak kedua, sing kafir tenggelam kabeh terus ada orang 80 semuanya Mukmin," jelasnya.

Dalam peristiwa tersebut, semua orang yang tidak beriman kepada Allah tenggelam dalam banjir besar, sementara hanya delapan puluh orang Mukmin yang selamat.

Makna dari ceramah ini semakin jelas ketika Gus Baha menyebutkan, "Makanya kita-kita yang sekarang itu istilahnya Allahumma dzurriyatan hamalna nuh."

Hal ini mengacu pada ayat Al-Qur'an yang menggambarkan keturunan manusia yang diselamatkan di atas bahtera Nabi Nuh. Dengan demikian, kita adalah keturunan orang-orang yang diangkat di perahunya Nabi Nuh, sebuah garis keturunan yang bersih dari kekafiran.


Leluhur Kita Naik Perahu Nabi Nuh AS

Masjid Safinatun Najah yang berbentuk serupa dengan bahtera Nabi Nuh (Istimewa)
Masjid Safinatun Najah yang berbentuk serupa dengan bahtera Nabi Nuh (Istimewa)

Gus Baha menekankan pentingnya memahami dan mengapresiasi sejarah ini.

"Kita ini turunan orang yang diangkat di perahunya Nabi Nuh," ulangnya, menegaskan bahwa kita memiliki warisan spiritual yang sangat berharga dan patut dijaga.

Ceramah Gus Baha selalu diisi dengan pemahaman mendalam dan referensi yang kuat dari Al-Qur'an dan sejarah Islam. Melalui penjelasannya, ia mengajak kita untuk merenungkan kembali asal-usul kita dan menghargai keberadaan kita sebagai umat yang diselamatkan oleh Allah SWT.

Lebih jauh, Gus Baha juga mengingatkan agar kita tidak mudah terjerumus dalam godaan duniawi dan tetap berpegang teguh pada ajaran agama.

"Dengan memahami asal-usul kita, kita bisa lebih kuat dalam menghadapi cobaan hidup," nasihatnya.

Sebagai seorang ulama yang dihormati, Gus Baha tidak hanya menyampaikan ceramah, tetapi juga memberikan teladan bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan. Ceramah ini menjadi salah satu contoh bagaimana ia selalu berusaha menyadarkan umat tentang pentingnya iman dan ketakwaan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya