Liputan6.com, Jakarta - Kisah inspiratif Kiai Abdul Hamid Pasuruan, seorang wali yang terkenal di Pasuruan, menjadi sorotan Gus Baha dalam salah satu ceramahnya.
Kiai Hamid dikenal sebagai figur yang dihormati dan seringkali menjadi tujuan sowan bagi banyak orang yang mencari petunjuk spiritual.
Dalam suatu kesempatan, di tengah-tengah penghormatan dan kesetiaan yang ditunjukkan kepadanya, Kiai Hamid terlihat menangis.
Advertisement
Kejadian ini menarik perhatian dan penasaran banyak orang yang hadir. Ketika ditanya alasannya oleh ayah Gus Baha, dengan rendah hati Kiai Hamid Pasuruan menjawab,
"Saya ini, saya berusaha menjalani kehidupan yang soleh untuk diri saya sendiri. Saya berusaha menjadi orang yang baik dan sering beribadah utuk sendiri, kata Gus Baha menirukan kalimat Kiai Hamid Pasuruan, mengutip kanal YouTube @beneling296.
"Namun, ketika saya melihat betapa banyaknya penghormatan dan kesetiaan dari mereka, saya khawatir ini bisa menjadi penyebab saya melupakan Allah. Mungkin ini adalah waktu untuk saya untuk lebih memfokuskan diri saya pada ingatan kepada Allah, bukan kepada makhluk," tabah Gus Baha masih menirukan perkataan Kiai Hamid.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Kerendahan Hati Kiai Hamid Pasuruan
Kisah ini menggambarkan kerendahan hati seorang Kiai Hamid Pasuruan, yang meskipun dikenal sebagai tokoh spiritual yang sangat dihormati, tetap mempertahankan kesederhanaan dan konsentrasi pada tujuan utamanya, yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Gus Baha mengomentari bahwa sikap Kiai Hamid yang mampu menahan diri dari membanggakan diri sendiri dan tetap fokus pada spiritualitasnya adalah contoh yang sangat penting bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Kiai Hamid Pasuruan dikenal karena kebijaksanaan dan ketakwaannya yang mendalam. Pesan spiritual yang diwariskannya bukan hanya tentang penghormatan dari manusia, tetapi lebih dari itu, tentang bagaimana menjaga hati dan kesucian hati dalam bingkai iman.
Gus Baha menekankan bahwa belajar dari kisah semacam ini mengajarkan kita untuk tidak terbuai oleh pujian dan penghargaan duniawi, melainkan untuk senantiasa berusaha memperkuat ikatan spiritual dengan Allah SWT.
Kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam tentang pentingnya menjaga niat dan keikhlasan dalam beribadah. Kiai Hamid Pasuruan mengajarkan bahwa kehidupan spiritual yang sejati tidak hanya terlihat dari luaran penghormatan dan kesetiaan, tetapi dari kekuatan hati yang teguh dan hubungan batin yang kokoh dengan Sang Pencipta.
Gus Baha mengingatkan bahwa dalam menghadapi segala bentuk pujian dan penghormatan, kita harus senantiasa merenungkan niat dan tujuan sesungguhnya di balik tindakan-tindakan kita.
Advertisement
Pentingnya Introspeksi
Seperti yang diperlihatkan oleh Kiai Hamid Pasuruan, yang dengan tulus mempertanyakan dirinya sendiri di tengah-tengah pujian, kita juga harus berupaya menjaga hati dan niat kita agar tetap lurus dan murni.
Kisah ini menegaskan pentingnya introspeksi spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Gus Baha menyarankan agar setiap orang, terutama para pencari kebenaran spiritual, belajar dari sikap Kiai Hamid Pasuruan yang mampu mempertahankan keteguhan hati dan ketulusan di tengah-tengah dunia yang sering kali membutakan hati.
Kisah Kiai Hamid Pasuruan memberikan inspirasi bahwa setiap tindakan kita harus diarahkan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan menghindari kemungkinan terjebak dalam kesombongan diri atau pencarian pujian duniawi.
Kisah ini tidak hanya memotivasi untuk menjaga kesucian hati dan kesetiaan kepada Allah SWT, tetapi juga mengajarkan bahwa setiap bentuk pujian dari dunia haruslah dihadapi dengan hati yang rendah dan penuh keikhlasan.
Gus Baha menegaskan bahwa hanya dengan memperkuat ikatan spiritual dan menjaga keteguhan hati seperti Kiai Hamid Pasuruan, umat Islam dapat meraih kesempurnaan iman dan ketenangan jiwa di dunia dan akhirat.
Dengan demikian, kisah Kiai Hamid Pasuruan yang dituturkan oleh Gus Baha bukan sekadar cerita tentang seorang wali yang dihormati, tetapi juga cerminan akan nilai-nilai spiritualitas dan kebijaksanaan yang harus dijunjung tinggi oleh setiap individu muslim dalam menjalani kehidupan ini.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul