Ada yang Menganggap Bid'ah, Apakah Ada Dalil tentang Cium Tangan Ulama dan Guru?

Benarkah cium tangan ulama sebagai bentuk tabarukan, bagaimanakah dalilnya?

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jul 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2024, 12:30 WIB
Gus Iqdam Sowan ke Habib Bidin Az Zahir
Momen Gus Iqdam mencium tangan Habib Bidin Az Zahir. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Mencium tangan orang tua, ulama, atau guru adalah sebuah tradisi yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan keagamaan, terutama di Indonesia.

Mencium tangan ini sering kali dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan rasa hormat terhadap mereka yang lebih tua atau memiliki peran penting dalam kehidupan seseorang, seperti orang tua atau guru.

Meski demikian masih ada banyak orang yang mempertanyakan hal ini. bahkan, ada yang berpendapat cium tangan bid'ah.

Mengenai dasar atau dalil cium tangan ulama sebagai bentuk dari tabarukan.

Mencium tangan ulama, guru sebagai bentuk tabarukan adalah praktik yang umum dalam beberapa budaya dan tradisi keagamaan, terutama dalam Islam. Tabarukan berasal dari kata "barakah," yang berarti berkah atau keberkahan.

Tabarukan adalah tindakan mencari berkah melalui orang-orang yang dianggap memiliki kedekatan dengan Allah, seperti para ulama, guru, atau orang-orang saleh.

Dalam konteks mencium tangan guru, tindakan ini sering kali dilakukan dengan niat untuk mendapatkan berkah dari guru tersebut.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Ini bentuk Penghormatan

Gus Iqdam cium KH Nurul Huda Djazuli 1
Pemandangan Gus Iqdam begitu menghormatui gurunya, KH Nurul Huda Djazuli. Pertemuan murid dan guru ini terjadi pada pernikahan anak Gus Kautsar (TikTok)

Guru dalam Islam tidak hanya dilihat sebagai penyampai ilmu, tetapi juga sebagai figur yang memiliki keberkahan spiritual.

Mengutip lampung.nu.or.id, sesungguhnya mencium tangan para ulama, guru, orang tua merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan dalam agama.

Karena perbuatan tersebut merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada mereka. Hal ini berdasarkan Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:

عن زارع رضي الله تعالى عنه وكان في وفد عبد القيس قال: فجعلنا نتبادر من روا حلنا فنقبل يدالنبي صلى الله عليه وسلم ورجله. (سنن أبو داود ، رقم ٤٥٤٨).

‘An zaari’in radliyallahu ta’aala ‘anhu wa kaana fii wafdi ‘abdil qaisi qaala: faja’alnaa natabaadaru min rawaahilinaa fanuqabbilu yadan Nabiyyi shallallahu ‘alaiihi wasallama wa rijlahu.

Artinya: Dari Zari RA ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku ‘Abdil Qais, beliau berkata, Kemudian kami segera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi SAW. (HR Sunan Abi Dawud, 4548).

Pendapat Imam Nawawi

Ilustrasi tata krama, sopan, cium tangan
Ilustrasi tata krama, sopan, cium tangan. (Image by rawpixel.com on Freepik)

Imam Nawawi dalam salah satu kitab karangan juga mengatakan bahwa mencium tangan orang saleh dan ulama hukumnya sunnah:

يستحب تقبيل أيدي الصالحين وفضلاء العلماء ويكره تقبيل يد غيرهم. (فتاوى الإم النووي، ص ٧٩).

Yustahabbu taqbiilu aydish shaalihiina wa fudlolaail ‘ulamaai wa yukrahu taqbiilu yadi ghairihim

Artinya: Disunnahkan mencium tangan orang-orang saleh dan ulama-ulama yang utama. Namun mencium tangan selain orang-orang itu hukumnya makruh (Fatawi al-Imam al-Nawawi, 79).

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya