Masih Berkubang Maksiat? Ini Tips dari Imam Al-Ghazali agar Bisa Menghindarinya

Belum mampu berhenti maksiat? Ini tips dari Imam Al-Gazali

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jul 2024, 10:30 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2024, 10:30 WIB
Kata Bijak Imam Ghazali
Imam Al-Ghazali.

Liputan6.com, Jakarta - Masih berlumur maksiat adalah keadaan di mana seseorang terus-menerus terjebak dalam perbuatan dosa dan tidak bisa lepas dari perilaku yang melanggar perintah Allah SWT.

Meskipun hati kecilnya menyadari kesalahan dan ingin berubah, godaan dan hawa nafsu seringkali lebih kuat, membuatnya sulit untuk melepaskan diri dari jeratan maksiat.

Dalam kondisi ini, sering kali timbul perasaan bersalah, namun tanpa upaya nyata untuk taubat dan memperbaiki diri, maksiat terus berlanjut.

Maksiat bisa berupa perbuatan yang jelas-jelas haram seperti mencuri, berbohong, berzina, dan meminum minuman keras, atau perbuatan yang dianggap makruh namun dilakukan secara berulang-ulang.

Setiap perbuatan maksiat menjauhkan seseorang dari rahmat Allah SWT dan menodai hati serta jiwa, membuatnya semakin jauh dari jalan kebaikan dan hidayah.

Hati kecil ingin berhenti maksiat? Berikut ini tips dari Imam Al-Ghazali agar bisa menghindari perbuatan maksiat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Imam Al-Ghazali Tawarkan Tips Hindari Maksiat

Ilustrasi Islam, muslimah berdoa
Ilustrasi muslimah berdoa dan muhasabah diri. (Foto oleh Zeynep Sude Emek: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-perempuan-kaum-wanita-agama-20785719/)

Menukil islamindonesia.id, Imam Al-Ghazali menawarkan tips bagi seseorang yang menyadari perbuatan maksiatnya, namun tak mampu menghindarinya. Al-Ghazali memberikan jalan kepada orang yang seringkali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari maksiat sehingga ia terus mengulang perbuatan terlarang tersebut.

Imam Al-Ghazali menganjurkan setiap orang untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri. Ia berpesan kepada terutama orang yang berat atau mengalami kesulitan untuk berhenti dari perbuatan maksiatnya agar tidak berhenti melakukan muhasabah atau introspeksi diri.

Menurut Al-Ghazali, muhasabah atau introspeksi diri adalah langkah awal dan terus-menerus yang harus dilakukan. Muhasabah atau introspeksi diri perlu ditingkatkan oleh orang yang tidak jera dari perbuatan maksiat meski berkeinginan untuk berhenti.

Bagi mereka yang ingin berhenti dari perbuatan maksiat tetapi terus terjerembab dalam kubangan dosa yang sama, Imam Al-Ghazali menganjurkan agar mereka meningkatkan dan menjaga muhasabah atau introspeksi diri.

“Setiap kali selesai bermuhasabah atau berintrospeksi diri, dan dirinya tidak juga selamat dari perbuatan maksiat serta pelanggaran kelalaian pada hak Allah, maka ia seyogianya tidak melepas liar dirinya. Jika ia membiarlepaskan dirinya, niscaya ia akan semakin ringan dalam bermaksiat; dirinya merasa nyaman dengan kemaksiatan; dan ia makin sulit meninggalkannya. Itu juga yang menjadi sebab kebinasaannya.” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin)

 


Ini yang Bisa Ditempuh

refleksi meditasi
Waktunya introspeksi diri/Copyright unsplash.com/Milan Popovic

Imam Al-Ghazali menganjurkan mereka untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri setiap waktu, bahkan di setiap tarikan napas, serta setiap kali perbuatan maksiat lahir dan batinnya dilakukan.

Lebih lanjut, Imam Al-Ghazali mengajak orang yang tidak juga berhenti dari maksiat untuk membayangkan pada setiap kali berbuat maksiat sebuah batu dilemparkan ke rumahnya.

Bukankah dalam waktu singkat saja rumah itu akan penuh oleh batu? Tetapi banyak orang yang terus-menerus mengulangi perbuatan maksiatnya memandang remeh maksiat. Sedangkan kedua malaikat pencatat amal tidak pernah akan lalai.

“Allah mencatat amal perbuatan itu, sedangkan mereka telah melupakannya. Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS, Al-Mujadilah: 6)

Bagi mereka yang ingin berhenti dari perbuatan maksiat tetapi tidak berdaya untuk menghentikan perbuatan maksiatnya, Imam Al-Ghazali menganjurkan agar mereka menghukum dirinya.

Jika mengonsumsi sesuap makanan syubhat, kata Imam Al-Ghazali, mereka harus menghukumnya dengan lapar dalam jangka waktu tertentu.

Jika sempat memandang lawan jenis yang bukan mahram, maka mereka dapat menutup sementara waktu matanya sebagai bentuk sanksi. Demikian juga berlaku pemberian sanksi bagi anggota tubuh lainnya.

Imam Al-Ghazali menawarkan tips ini bagi mereka yang sulit berhenti dari perbuatan maksiatnya. Demikian, kata Imam Al-Ghazali, jalan yang ditempuh orang-orang saleh terdahulu yang menaruh perhatian pada kehidupan akhiratnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya