Naskah Khutbah Jumat: Pedoman Nasihat Luqman Al-Hakim dalam Mendidik Anak

Naskah khutbah jumat ini berisi tentang hikmah yang didapat dari nasihat Luqman Al-Hakim terutama tentang parenting yang baik dalam menanamkan tauhid dan akhlak mulia dari orang tua kepada anak.

oleh Putry Damayanty diperbarui 25 Jul 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2024, 16:30 WIB
Luqman Al-Hakim
Luqman Al-Hakim

Liputan6.com, Jakarta - Luqman Al-Hakim bukanlah seorang nabi atau pun raja yang berpengaruh pada masanya, namun ia sangat dikenal oleh umat Islam sebab keshalehan dan akhlaknya yang mulia.

Ia juga dieknal karena nasihat-nasihat bijaksana kepada anaknya. Beberapa nasihat Luqman kepada putranya bahkan diabadikan dalam Al-Qur’an.

Nasihat yang ia sampaikan tersebut masih relevan hingga sekarang dan tentunya dapat kita ikuti dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Melansir dari laman NU Online, berikut adalah naskah khutbah jumat yang mengangkat materi tentang nasihat Luqman Al-Hakim kepada anaknya yang diabadikan dalam Al-Qur'an.

Materi khutbah ini ditulis oleh Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Tinggal di Dawarblandong, Mojokerto. Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

الحَمْدُ للهِ ذِي الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، الَّذِي أَعَزَّنَا بِالْإِسْلَامِ، وَأَكْرَمَنَا بِالْإِيْمَانِ، وَنَوَّرَ قُلُوْبَنَا بِالْقُرْآنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الَّذِي عَلَا النُّجُوْمَ وَالْكَوَاكِبَ الْعِظَامَ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، بُدُوْرِ التَّمَامِ وَشُمُوْسِ دِيْنِ

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ (لقمان: 13)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan. 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Dalam kesempatan khutbah singkat kali ini, khatib akan mengajak kita semua untuk merenungkan dan mengamalkan apa yang dinasihatkan oleh seorang bijak bestari yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an, Luqman yang berjuluk Al-Hakim, kepada putranya.

Hadirin rahimakumullah

Luqman adalah seorang laki-laki yang hakim (bijaksana), yakni orang yang diberikan hikmah dan kebijaksanaan oleh Allah. Karenanya ia terkenal dengan nama dan julukan Luqman Al-Hakim. Menurut satu pendapat, ia adalah seorang nabi. Pendapat yang lain menyatakan, ia seorang wali yang shalih. Pendapat yang kedua ini lebih kuat.

Nasihat Luqman Al-Hakim kepada putranya diceritakan dalam Al-Qur’an. Ia mengawali nasihatnya dengan memperingatkan putranya dari syirik (menyembah selain Allah), menjauhinya dan menyebut syirik sebagai kezaliman yang besar. Allah menceritakan nasihat indah tersebut dalam firman-Nya:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ (لقمان: 13)

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar“.” (QS. Luqman: 13)

Hadirin yang berbahagia 

Inilah kebiasaan para nabi dan orang-orang saleh. Yang mereka prioritaskan untuk diajarkan dan disebarkan adalah iman kepada Allah dan menjauhi syirik. Karena iman dan menjauhi syirik adalah hal terpenting bagi seorang hamba dan berkaitan dengan kebahagiaan hakiki dan abadi di akhirat.

Setelah memperingatkan putranya dari syirik, Luqman pun melanjutkan nasihatnya dengan mengatakan:

يَـٰبُنَىَّ إِنَّهَآ إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍۢ مِّنْ خَرْدَلٍۢ فَتَكُن فِى صَخْرَةٍ أَوْ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ أَوْ فِى ٱلْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌۭ (لقمان: 16)

Maknanya: “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (perbuatan buruk) seberat biji sawi (sekecil apapun), dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah mengetahuinya (dan akan memberinya balasan). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui perkara-perkara yang samar dan Maha Mengetahui hakikat perkara tersebut.” (QS. Luqman: 16)

Dengan nasihat ini, Luqman memberikan pemahaman kepada putranya bahwa Allah ta’ala Mahakuasa atas segala sesuatu dan mengetahui segala sesuatu. Sampai-sampai, seandainya ada suatu perbuatan buruk seberat biji sawi pun , maka itu tidak menjadikan Allah lemah sehingga tidak mengetahuinya. Allah ta’ala mengetahuinya dan akan mendatangkannya (di hari kiamat untuk diberi balasan), di mana pun keburukan itu berada dan di mana pun keburukan itu dilakukan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Marilah kita perhatikan. Hal pertama yang Luqman sampaikan adalah memperingatkan putranya dari syirik dan memberinya sebuah pelajaran tentang tauhid. Hal ini mengingatkan kita kepada hadits sahabat Jundub bin ‘Abdillah yang berkata:

كُنَّا مَعَ النَّبيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فَتَعَلَّمْنَا الْإيْمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيْمَانًا (رواه ابن ماجه)

Artinya: “Dahulu kami bersama Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam saat kami menjelang usia baligh. Kami pun belajar tentang iman sebelum kami belajar Al-Qur’an. Kemudian kami mempelajari Al-Qur’an, maka semakin bertambahlah keimanan kami dengannya.” (HR. Ibnu Majah)

Jadi, perkara iman didahulukan dan diprioritaskan atas seluruh amal lainnya. Karena amal seseorang tidak akan diterima selama ia tidak beriman kepada Allah. Allah ta’ala berfirman:

وَمَن يَعْمَلْ مِنَ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌۭ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًۭا (النساء: 124)

Artinya: “Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.” (QS. An-Nisa’: 124)

Lanjutan Khutbah Pertama

Saudara-saudara seiman Luqman kemudian mengajari putranya tentang furu’ (syari’at Islam) setelah mengajarinya tentang ushul (aqidah Islam). Ia berkata:

يَـٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ (لقمان: 17)

Artinya: “Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.” (QS. Luqman: 17)

Luqman memerintah putranya dalam nasihat ini untuk melaksanakan kewajiban yang paling penting dan paling utama setelah iman, yaitu shalat yang merupakan ibadah fardhu dalam syari’at semua umat terdahulu.

Kemudian Luqman menasehati putranya agar senantiasa melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar (mengajak berbuat baik dan melarang melakukan kemungkaran). Keduanya adalah dua pilar penting yang menjadi tonggak terwujudnya masyarakat yang saleh. Yaitu dengan mengajak menunaikan perkara-perkara wajib dan yang paling utama adalah iman. Juga dengan melarang melakukan perkara-perkara mungkar dan yang paling berbahaya adalah kekufuran dengan segala macamnya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah 

Lalu Luqman membimbing putranya agar bersabar karena sabar dengan segala macamnya adalah cahaya yang menyinari jalan setiap muslim. Jadi beriman harus disertai dengan sabar untuk tetap terus berpegang teguh dengannya. Begitu juga amar ma'ruf nahi munkar membutuhkan kesabaran untuk dapat melalui rintangan yang menghadang. Begitu pula seluruh ibadah lainnya.

Setelah itu, Luqman menasihati putranya agar berakhlak mulia. Ia berkata: 

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍۢ (لقمان: 18) 

Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak mencintai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

Sombong ada dua. Pertama, mengetahui kebenaran lalu menolaknya karena yang menyampaikannya lebih rendah status sosialnya, lebih sedikit hartanya, lebih muda usianya dan semacamnya. Kedua, merendahkan orang lain. Kedua jenis sombong ini termasuk dosa besar. 

Saudaraku seiman 

Marilah kita bersikap rendah hati kepada orang yang lebih tua ataupun yang lebih muda. Marilah kita perlakukan orang lain dengan cara yang baik. Mari kita simak dengan baik apa yang orang lain bicarakan kepada kita. Kita dengarkan dengan seksama nasihat yang disampaikan kepada kita.

Janganlah kita melihat kepada diri sendiri dengan pandangan pengagungan dan memandang orang lain dengan pandangan penghinaan. Jika kita mendengarkan kebenaran dari seseorang, maka janganlah kita menolaknya hanya karena ia lebih muda usianya, lebih minim ilmunya, lebih sedikit hartanya atau lebih rendah status sosialnya.

Sebaliknya, hendaklah kita terima, kita ikuti serta amalkan perkataannya. Semestinya kita bergembira karena masih ada seorang muslim yang mau menasehati kita, menghendaki kebaikan dan mengupayakannya untuk kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:  

الدِّينُ النَّصِيحَةُ

Artinya: “Agama menganjurkan nasihat (berbuat kebaikan).” 

Ditanyakan kepada Nabi: “Bagi siapakah, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab:

للهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِدِينِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

“Kebaikan kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang biasa (yang bukan pemimpin).”  (HR Muslim)

Demikian khutbah singkat pada siang hari ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan dapat kita amalkan. Aamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Saksikan Video Pilihan ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya