Liputan6.com, Jakarta - Umar bin Khattab, adalah salah satu tokoh paling penting dalam sejarah Islam dan merupakan khalifah kedua dari Khulafaur Rasyidin.
Dilahirkan sekitar tahun 584 M di Mekah, Umar dikenal karena keberaniannya, keadilan, dan kepemimpinannya yang visioner. Sebelum memeluk Islam, ia awalnya menentang keras ajaran Nabi Muhammad SAW, tetapi kemudian menjadi salah satu pengikut yang paling setia dan berpengaruh setelah memeluk Islam.
Keislaman Umar bin Khattab membawa pengaruh besar, mengingat ketokohannya di kalangan Quraisy. Selama masa kekhalifahannya (634-644 M), Umar dikenal sebagai pemimpin yang adil dan berkomitmen pada prinsip-prinsip keadilan sosial.
Advertisement
Ia memperluas wilayah Islam secara signifikan, mencakup Persia, Mesir, Syam, dan banyak wilayah lainnya. Umar juga dikenal karena administrasi dan reformasi pemerintahan yang inovatif.
Ia memperkenalkan sistem administrasi publik, termasuk pembentukan diwan (departemen administrasi) dan penetapan kalender Hijriyah sebagai sistem penanggalan resmi.
Selain kemampuan militer dan administratifnya, Umar dihormati karena keteguhan moralnya dan perhatian besar terhadap kesejahteraan umat. Ia sering berjalan di malam hari untuk mendengar langsung keluhan dan kebutuhan rakyatnya.
Sikapnya yang sederhana dan penuh empati membuatnya dicintai oleh banyak orang. Kepemimpinannya yang tegas dan adil menjadi teladan bagi generasi penerus, dan warisannya sebagai salah satu pemimpin terbesar dalam sejarah Islam masih dirasakan hingga saat ini.
Umar bin Khattab wafat pada tahun 644 M, meninggalkan warisan kepemimpinan yang kuat dan inspiratif bagi umat Islam.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Selalu Mengiringi Rasulullah SAW
Menukil Islampos.com, Umar bin Khattab merupakan salah satu sahabat Rasulullah SAW. Beliau adalah sahabat yang begitu dekat dengan Rasulullah. Saking dekatnya, Umar selalu mengiringi Rasulullah SAW. Ya, banyak riwayat yang menyatakan akan hal ini.
Diriwayatkan dari Ibnu Abi Mulaikah dia pernah mendengar Abdullah bin Abbas berkata, “Umar ditidurkan di atas kasurnya, sementara manusia berada di sekelilingnya mendoakan dirinya sebelum diangkat –ketika itu aku hadir di antara mereka— aku terkejut ketika seseorang memegang kedua pundakku dan ternyata ia adalah Ali bin Abi Thalib.
“Ali mengucapkan doa untuk Umar bin Khattab, semoga dirahmati Allah, kemudian Ali berkata, ‘Engkau tidak pernah meninggalkan seorang yang dapat menyamai dirimu dan karya yang engkau hasilkan. Aku berharap dapat menjadi seperti dirimu ketika akan menghadap Allah. Demi Allah aku merasa yakin bahwa Allah akan mengumpulkanmu dengan kedua sahabatmu (Rasulullah SAW dan Abu Bakar, pent)’.”
“Aku banyak mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku berangkat bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar’.”
Dalam riwayat lain, dari Miswar bin Makhramah dia berkata, “Ketika Umar bin Khattab ditikam, ia mengerang kesakitan, maka Abdullah bin Abbas berkata sambil menghiburnya, ‘Wahai Amirul mukminin, bukankah engkau sahabat Rasulullah SAW yang selalu mengiringinya, dan engkau telah berbuat baik dalam persahabatan dengannya. Kemudian engkau berpisah dengannya dalam keadaan ia rela terhadapmu.
Setelah itu engkau menjadi sahabat setia Abu Bakar hingga engkau berpisah dengannya dalam keadaan ia rela terhadapmu.
Advertisement
Betapa Dekatnya dengan Rasulullah
Kemudian engkau bergaul dengan sahabat-sahabat mereka dengan baik, maka jika engkau meninggalkan mereka, mereka akan rela terhadapmu.’
Umar bin Khattab berkata, ‘Adapun apa yang telah engkau sebutkan mengenai persahabatanku dengan Rasulullah dan ridhanya terhadap diriku, itu merupakan karunia Allah terhadapku.
Dan apa yang telah engkau sebutkan mengenai persahabatanku dengan Abu Bakar dan keridhaannya terhadapku itupun merupakan karunia Allah -Yang Mahamulia- terhadapku.
“Sementara yang engkau lihat tentang kekhawatiranku, itu seluruhnya disebabkan tanggung jawabku terhadapmu dan para sahabatmu. Demi Allah andai saja aku memiliki emas sepenuh dunia pasti akan aku tebus diriku dengannya dari adzab Allah sebelum aku melihat adzab itu datang’.”
Selain itu, diriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam dia berkata, “Kami bersama Rasulullah, ketika itu ia sedang menarik tangan Umar.” Wallahu Alam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul