6 Rekomendasi Film Kemerdekaan Bernuansa Islami, Inspiratif dan Penuh Pesan Moral!

Rekomendasi film terbaik bertema kemerdekaan yang cocok ditonton pada momen Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 RI.

oleh Putry Damayanty diperbarui 18 Agu 2024, 20:30 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2024, 20:30 WIB
Film Sang Kiai
Film Sang Kiai hadir di Vidio, jelang peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia 2021 via langganan premier

Liputan6.com, Jakarta - 17 Agustus diperingati sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Republik Indonesia. Tepatnya pada tahun ini bangsa Indoneisa telah memasuki usia ke 79.

Beragam kegiatan dan acara yang diselenggarakan oleh masyarakat semakin menambah kemeriahan dan suka-cita di Hari Kemerdekaan Indonesia.

Mulai dari upacara bersama, aneka perlombaan, hingga menonton film secara bersama. Ada banyak sekali film yang bertemakan tentang kemerdekaan Indonesia.

Menonton film tersebut tidak hanya sekedar hiburan semata namun sekaligus mengingatkan kita akan sejarah dan heroisme para pahalwan bangsa dalam merebut dan juga mempertahankan kemerdekaan.

Melansir dari laman NU Online, berikut rekomendasi film kemerdekaan bernuansa islami yang wajib ditonton pada momen perayaan kemerdekaan. Dirgahayu Indonesiaku!

 

Saksikan Video Pilihan ini:

1. Sang Kyai (2013)

sang-kyai-130425b.jpg
Sang Kyai (2013)

Dirilis pada 2013, Sang Kyai disutradarai oleh Rako Prijanto, mengangkat kisah Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, yang merupakan Pendiri Nahdlatul Ulama, sekaligus Pahlawan Nasional dan Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia.

Film Sang Kyai berlatar belakang masa pendudukan Jepang, ketika KH Hasyim Asy’ari ditahan oleh Jepang karena dituduh terlibat dalam Peristiwa Cukir dan menolak untuk melakukan seikerei (menghormat kepada matahari). Dalam film tersebut juga dijelaskan tentang tercetusnya Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama. Lalu dalam Film Sang Kyai juga menggambarkan bagaimana terbunuhnya Brigjen Mallaby oleh salah satu santri KH Hasyim Asy’ari.

2. Jejak Langkah 2 Ulama (2020)

Film Jejak Langkah 2 Ulama dirilis tahun 2020, disutradarai oleh Sigit Ariansyah. Film ini mengangkat kisah hidup dua ulama besar Indonesia dan juga Pahlawan Nasional yaitu Pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan, lalu Pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari. Perlu kita ketahui bahwa kedua tokoh tersebut pernah sama-sama berguru (nyantri) kepada KH Sholeh Darat Semarang, lalu kemudian diperintahkan untuk menimba ilmu di Makah.

Film yang merupakan kolaborasi antara Lembaga Seni Budaya dan Olahraga PP Muhammadiyah (LSBO) dan Pondok Pesantren Tebuireng ini wajib banget untuk ditonton. Sebab banyak mengandung pesan moral, seperti menghargai perbedaan dan bagaimana memaknainya, cinta terhadap ilmu, dan lain sebagainya.

3. Kadet 1947 (2021)

[Fimela] Kadet 1947
Kadet 1947

Film yang disutradarai oleh Rahabi Mandra dan Aldo Swastia ini berlatar belakang tahun 1947, mengangkat kisah heroisme dari kadet (calon penerbang) Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang menyerang markas pertahanan Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga.

Film Kadet 1947 ini memang diadaptasi dari kisah nyata, yaitu operasi penerbangan udara pertama yang dilakukan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia.

Operasi yang dilakukan oleh para kadet dengan pesawat bekas Tentara Jepang ini terjadi pada tanggal 29 Juli 1947 menyasar basis pertahanan Tentara Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga. Serangan ini tentu sangat mengejutkan Tentara Belanda.

Film Kadet 1947 menampilkan tokoh-tokoh perintis TNI AU, seperti Marsekal Suryadi Suryadarma, Komodor Muda Abdulrachman Saleh, Komodor Udara Halim Perdanakusuma, Komodor Muda Adisucipto.

4. Jenderal Soedirman (2015)

Film Jenderal Soedirman dirilis tahun 2015. Film ini disutradarai oleh Viva Westi, menceritakan tentang perjalanan gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman. Film ini dibintangi sejumlah aktor ternama, diantaranya Adipati Dolken yang memerankan Jenderal Soedirman.

Film ini berlatar belakang Agresi Militer Belanda II, saat Belanda melanggar perjanjian Renville. Jenderal Soedirman yang saat itu masih terbaring lemah di tempat tidur akibat penyakit yang dideritanya, memutuskan untuk bergerilya, mengobarkan semangat perlawanan mempertahankan kemerdekaan.

5. Guru Bangsa Tjokroaminoto (2015)

Guru Bangsa: Tjokroaminoto
Film Guru Bangsa: Tjokroaminoto (Dok. Vidio)

Film Guru Bangsa disutradarai oleh Garin Nugroho dan dibintangi oleh aktor ternama Reza Rahadian, mengangkat tentang Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto. Ia merupakan seorang yang memiliki latar belakang Islam yang kuat, juga dikenal sebagai Guru Bangsa, beberapa tokoh pergerakan seperti Soekarno, Haji Agus Salim pernah berguru kepadanya.

Ia lahir dari keluarga bangsawan Jawa di Ponorogo, meskipun begitu sejak kecil ia sudah merasakan keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat saat itu di bawah penjajahan Belanda. Tjokroaminoto kemudian hijrah dari Ponorogo ke Surabaya, bersama dengan istri dan anaknya. Ia berjuang dengan tulisan di Surat Kabar dan orasi.

Pada tahun 1912 Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Islam (SI), yang sebelumnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Sang Guru Bangsa tersebut berhasil menjadikan SI sebagai organisasi bumiputera pertama terbesar, dengan jumlah anggota mencapai 2 juta.

6. De Oost (2021)

Film ini berlatar belakang pascakemerdekaan Indonesia yaitu tahun 1946, disutradarai oleh Jim Taihuttu. Diceritakan prajurit sukarelawan bernama Johan de Vries dari Arcen dikirim ke Semarang. Hal yang Johan tahu mengapa ia dikirim ke Indonesia adalah untuk membebaskan penderitaan rakyat dari para ekstremis. Sesampainya di Semarang, ia menemui kenyataan bahwa penduduk ternyata memusuhi Tentara Belanda.

Setelah mengalami berbagai kejadian yang tidak mengenakan, seperti rekannya ditembak oleh gerilyawan. Kemudian ia mulai dekat dengan Kapten Raymond Westerling dan Johan sering ditugaskan misi khusus olehnya, sehingga ia pun berubah menjadi sosok yang bengis. Lalu ia pun dipromosikan menjadi Kopral.

Ketika Kapten Raymond Westerling ditugaskan untuk memimpin pasukan Korps Speciale Troepen, Johan pun masuk di dalamnya. Di bawah pimpinan Westerling, pasukan tersebut dikerahkan ke Sulawesi Selatan untuk melakukan pembersihan terhadap pejuang Indonesia, ribuan pejuang Indonesia terbunuh.

Menyaksikan kekejaman dari Westerling yang membunuh dengan sadis, membuat Johan merasa dilema, karena dibunuh tanpa adanya pengadilan. Setelah melalui serentetan konflik, ketika ia kembali ke Belanda, Johan mengalami apa yang disebut dengan trauma perang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya