Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan modern yang serba cepat, tidak jarang kita menemui orang-orang yang merasa hidup tidak berarti.
Perasaan ini bisa datang dari berbagai faktor, mulai dari tekanan pekerjaan, masalah keluarga, hingga kekecewaan dalam hubungan.
Namun, Ustadz Hanan Attaki memberikan perspektif yang berbeda. Dalam salah satu ceramahnya yang diunggah di kanal YouTube @Story_Motivasi594 yang dikutip pada Rabu (21/8/2024), Hanan Attaki menjelaskan akar permasalahan yang seringkali membuat seseorang merasa hampa.
Advertisement
Menurut Ustadz Hanan, salah satu alasan utama mengapa banyak orang merasa hidupnya tidak berarti adalah karena mereka terlalu fokus pada hal-hal yang toxic.
“Kenapa banyak orang yang merasa hidupnya sudah enggak berarti? Karena dia terlalu fokus dengan hal-hal yang toksik,” ujar Ustadz Hanan Attaki.
Ketika seseorang terlalu banyak terjebak dalam pikiran negatif dan perasaan kecewa, hal ini bisa menutupi semua hal baik yang sebenarnya masih ada di dalam hidupnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Kecewa oleh Pasangan, Masih Ada Anak atau Keluarga
Ustadz Hanan melanjutkan bahwa terlalu sering kita hanya melihat sisi gelap dari hidup dan melupakan sisi terang yang sebenarnya masih menyertai kita.
“Seolah-olah enggak ada lagi hal positif dalam hidupnya,” katanya. Padahal, meskipun kita mungkin merasa kecewa atau terluka, selalu ada orang-orang yang tetap menyayangi kita dan memberikan cinta yang tulus.
“Mungkin kita dikecewakan pasangan, masih ada anak. Mungkin kita dikecewakan anak, masih ada saudara,” jelas Ustadz Hanan.
Ia mengingatkan bahwa cinta dalam hidup kita tidak pernah benar-benar habis, hanya saja cinta itu bergiliran datang dari berbagai sumber.
“Kadang cinta muncul dari orang tua, kadang cinta muncul dari saudara, kadang cinta muncul dari pasangan,” tambahnya.
Dalam penjelasannya, Ustadz Hanan menekankan bahwa Allah memberikan cinta kepada kita dengan cara yang beragam dan dari sumber yang berbeda-beda.
“Semuanya bergiliran Allah kasih dengan keberlimpahan,” ujarnya. Ini berarti, meskipun satu pintu cinta mungkin tertutup, pintu lainnya selalu terbuka dan siap menyambut kita.
Advertisement
Kita Gak Pernah Kekurangan Cinta
Menurut Ustadz Hanan, penting bagi kita untuk tidak hanya terpaku pada satu sumber cinta, tetapi juga membuka hati untuk menerima cinta dari orang lain yang mungkin selama ini kita abaikan.
“Kita tuh enggak pernah kekurangan cinta, cuma cinta dalam kehidupan kita itu bergiliran,” ungkapnya.
Pernyataan ini menekankan bahwa hidup tidak pernah benar-benar hampa, hanya saja kita perlu melihat dengan sudut pandang yang lebih luas.
Ia juga menambahkan bahwa ketika kita merasa hidup tidak lagi berarti, itu bisa jadi karena kita lupa untuk bersyukur atas apa yang masih kita miliki.
“Masih ada ibu kan, masih ada ayah kan, masih ada keluarga kan, masih ada pasangan kan, masih ada anak kan, apapun pokoknya masih ada cinta dalam hidup kita,” tutur Ustadz Hanan.
Ini mengajak kita untuk merenung sejenak dan melihat kembali orang-orang di sekitar kita yang masih peduli dan sayang kepada kita.
Dalam ceramahnya, Ustadz Hanan juga mengingatkan bahwa fokus pada hal-hal positif dan cinta yang ada di sekitar kita adalah kunci untuk mengembalikan rasa berarti dalam hidup.
“Ketika cinta yang lain mengecewakan kita, ingatlah bahwa masih ada cinta lain yang Allah siapkan untuk kita,” pesannya.
Ucapan ini memberikan penghiburan bagi mereka yang mungkin sedang merasa kecewa atau terluka.
Ustadz Hanan mengakhiri ceramahnya dengan ajakan untuk selalu bersyukur dan tidak terlalu lama terpuruk dalam kekecewaan.
“Hidup kita masih penuh dengan cinta jika kita mau melihatnya,” katanya. Ia mengajak kita untuk selalu membuka hati dan menerima cinta yang ada, meskipun datang dari arah yang tidak kita duga sebelumnya.
Melalui ceramah ini, Ustadz Hanan memberikan pandangan yang mencerahkan tentang pentingnya memfokuskan diri pada hal-hal positif dalam hidup.
Ketika kita mampu melihat dan menerima cinta dari berbagai sumber, rasa berarti dalam hidup akan kembali tumbuh, membawa kebahagiaan dan ketenangan yang sejati.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul